Bagian 3

387 14 0
                                    

Meisya mengaduh, gumpalan awan pekat menggantung diudara. Debu dan pasir berterbangan, membuat matanya terasa perih semilir angin Senja pun kian terasa.

Dari kejauhan, suara qori yang berasal dari pengeras suara berbaur dengan deru mesin kendaraan. Perempuan muda itu tersentak kaget.

" Astaghfirullah, maaf kan hamba ya Allah" Dengan tergesa, segera diraihnya botol mineral yang tersimpan di ransel mencukupkan air yang ada untuk membasuh anggota wudhu, memakai dan membentangkan perlengkapan sholat yang setia menjadi penghuni tasnya.

Penuh kepasrahan hati dan penyerahan diri Meisya mengangkat tangan, bertakbir mengagungkan sang pencipta. Satu persatu rangkaian gerakan berhasil ia laksanakan, berlama di sujud terakhir mengadukan gundahnya pada sang pencipta. Usai mengucap salam, Meisya menarik napasnya panjang, sesak yang menghimpit pun berangsur reda.

Dengan jari-jari yang bergerak lincah disetiap bukunya. Bibir gadis itu tak berhenti mengeluarkan suara lirih takbir, tasbih dan tahmid yang bersahutan. Tak lama adzan Maghrib berkumandang, bibir tipisnya bersahutan menjawab seruan Muazin membaca do'a selepas adzan, bangkit dan siap melakukan ibadah wajibnya.

Meisya terus melaksanakan sholat, beratapkan langit dengan rintik kecil yang menyertainya. Perlengkapan sholat berbahan parasit itu dilipat sekecil mungkin, memasukkan kedalam tasnya, merapikan dan menggendong ranselnya. Bangkit berjalan meninggalkan tempat tersebut.

Meisya bergeming, menengadah menatap langit yang kian gelap. Telapak tangannya membuka merasa tetes demi tetes yang diturunkan sang maha pemberi Rizki. Abai dengan keadaan, Meisya terus melangkah meninggalkan gerbang kampus menerobos gerimis yang kian deras menangis dibawa hujan menyamarkan air mata yang mengalahkan leburnya turunan langit. Perempuan muda itu tak lagi peduli dengan tubuhnya yang kuyup, dinginnya hujan tak mampu mengalahkan hati yang membeku.

" Ya Allah, segala keadaan dan kesakitan ini tidak akan terjadi tanpa izinmu. Karena itu kuatkan hati hamba, bimbing dan perlihatkan langkah untuk menyelesaikannya La haula walaquwata illa billahil aliyil adzim" Sepanjangan jalan, tak henti rangkaian do'a ia munajatkan pada sang khalik. bibir yang pasi itu tak henti bergerak dengan telapak yang memutih dan keriput Meisya mengeluarkan ponselnya, memesan transportasi online berbasis aplikasi.

Lama menunggu pesanannya tak kunjung mendapat jawaban, berkali-kali mencoba hingga ia pun pasrah. Malam semakin larut, Meisya terjebak dan berdesakan di halte dengan beberapa pengendara sepeda motor yang tidak mempersiapkan mantel dimusim penghujan.

Hujan deras dan tubuh basah membuat Meisya menggigil dengan tubuh yang bergetar ia mengaitkan kedua tangan dan bertumpu didada. Menjelang pukul sepuluh malam hujan pun mereda kembali Meisya mencoba keberuntungannya tak lama kendaraan roda empat silver berhenti tepat didepan halte.

🎀🎀🎀

***
Instagram on.

***Instagram on

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
TAKDIR CINTA Where stories live. Discover now