Keinginan Nata yang terpenuhi

ابدأ من البداية
                                    

Dan lagi, Ayyara ini terlalu dramatis.

"Yaaah, Ayah bikin Mama nangis, " Ziel menatap bergantian pada Ayah dan Ibunya. Tangan kecilnya bergerak mengusap lengan sang Mama, "Mama jangan nangis, nanti kita aduin Ayah ke Kakek."

Ayyara mengusap ujung matanya yang tak mengeluarkan air setitik pun, "iya, nanti kita aduin Kakek."

Nata menghembuskan nafasnya kasar. Sudahlah, dia menyerah jika harus menghadapi tingkah dramatis istrinya. Masih dengan posisi berjongkok, Nata mengambil masing-masing tangan anak dan istrinya lalu menggenggamnya. "Maaf, oke?"

Ziel melepaskan tangannya dari genggaman sang Ayah, "Ziel maafin kok, Ayah kan gak ada salah sama Ziel." Katanya dengan cengiran tiga jari. "Ziel mau main sama Haru, ya. Dadah Mama, dadah Ayah."

Lalu bocah itu pergi begitu saja setelah mencium pipi kedua orangtuanya, membuat Nata geleng kepala. Setelah sadar masih ada pihak lain yang harus dia bujuk, Nata pun kembali memusatkan perhatiannya pada sang istri.

"Di maafin juga?"

Namun Ayyara menggeleng. "Klasik banget minta maaf nya. Bujuk kek!"

Loh, barusan kan Nata juga ngebujuk?

Beberapa saat mereka hanya diam-diaman. Ayyara yang gereget dan penasaran bagaimana cara Nata membujuk dan Nata yang masih bingung harus menggunakan cara apa.

"Lama. Gak aku maafin."

"Oke oke, sorry." Nata tersenyum manis, ibu jarinya bergerak konstan diatas punggung tangan Ayyara, "Aya, maafin Mas."

Sialan.

Sebenarnya itu juga klasik. Tapi karena ini Adinata Mahdhava jadi terasa luar biasa. Perdana!

Sudahlah, Ayyara butuh tiket ke Mars sekarang juga.

***

"Mas Nana ... "

Sudah bermenit-menit berlalu, tapi Nata masih terjebak di pelaminan. Lebih tepatnya terjebak bersama Rachel yang tak berhenti menangis dan merengek dalam pelukannya. Persetan dengan kata anggun, kini perempuan itu malah menghentak-hentakan kaki dengan tangan yang tak mau lepas dari leher Kakaknya.

Nata membuang nafas jengah. Setelah terbebas dari Ayyara yang kini malah tambah ngambek-- Nata sendiri tidak tau alasannya apa. Kini dia harus menghadapi Rachel mode barongsai. Satu tangannya menahan tubuh Rachel sedangkan satu tangan nya lagi menepuk bahu Naufal.

"Naufal, semoga setelah ini hati kamu lebih lapang dan sabar untuk menghadapi anak ini."

Naufal mengangguk mendengar petuah dari Kakak ipar sekaligus bos nya itu.

"Cengeng." Ejek Nata yang membuat tangis Rachel semakin menjadi-jadi. "Udah diem. Nanti kamu mirip ondel-ondel."

"Ih Mas Nana!"

Akhirnya Rachel melepaskan pelukannya. Matanya sudah mulai sembab, hidungnya merah dan bibirnya masih bergetar. Tidak ada gunanya menyelipkan tisu di lengan perempuan itu, karena Rachel malah memilih nangis meraung-raung daripada so anggun. Yah, yang namanya Rachel tetap Rachel.

"Kenapa?"

Setya datang setelah menyapa para koleganya. Dia terpaksa menghentikan obrolannya dengan teman lama karena mendengar teriakkan Rachel.

"Papa, Mas Nana ngatain aku kayak ondel-ondel."

Nata berdecih mendengar Rachel merengek. "Gak malu nangis-nangis kayak topeng monyet di depan suami? Toh mukamu abis nangis emang jelek kayak ondel-ondel."

Adinata ini sungguh membuat Ayyara gemas. Tangannya dengan sayang memelintir sedikit kulit pinggang suaminya. "Mas, jangan aneh-aneh ah."

"Apanya yang aneh? Mas cuma ngomong jujur kok." jawabnya enteng.

1000% GENGSIحيث تعيش القصص. اكتشف الآن