11. Kapan Siap?

76 6 1
                                    

Beragam reaksi muncul saat mendengar pertanyaan sang nenek. Juyeon yang rasanya ingin menghilang saja dari bumi, kakek serta kedua orang tua Juyeon yang sama sekali tidak terkejut dengan pertanyaan tersebut hingga Eric yang diam-diam menahan tawa melihat Juyeon. Memang sang nenek sudah berkali-kali menanya Juyeon perihal ini, tapi kan Juyeon belum pengen nikah Nek. Tapi Juyeon tuh sayang banget sama neneknya, bukan cuma Juyeon sih, Eric juga. Kedua pria itu paling tidak bisa mengatakan tidak pada sang nenek saking sayangnya. Sang nenek juga sangat menyayangi kedua cucunya itu. Sewaktu kecil dulu kalau orang tua mereka marah, Juyeon dan Eric pasti lari pada sang nenek. Terlepas dari semua reaksi itu jelas ada Chacha yang terkejut bukan main mendengar pertanyaan wanita tersebut. Chacha bahkan seolah tiba-tiba lupa caranya bernapas. Ini sampai nenek Juyeon yang bertanya, berarti serius dong. Eh tapi kan barusan Chacha memberitahu tentang keluarganya yang sangat berbanding terbalik dengan keluarga Juyeon. Kebingungan Juyeon bertambah dua kali lipat sekarang, ia tak ada membicarakan hal ini dengan Chacha karena sedikit pun ia tak menyangka sang nenek akan langsung membahas pernikahan di pertemuan pertama seperti ini. Juyeon benar-benar bingung bagaimana harus berkoordinasi dengan Chacha sekarang.

"Nek, maaf, maaf banget Nek, maaf ... banget." Chacha berkali-kali mengucapkan kata maaf karena ia sangat takut dengan reaksi nenek Juyeon setelah mendengar ucapannya.

"Nek, untuk sekarang mungkin aku harus lebih berusaha memantaskan diri agar bisa bersanding dengan Bang Juyeon. Kita sekarang bagaikan langit dan bumi Nek. Sekali lagi aku minta maaf Nek, aku nggak bermaksud lancang." Jujur saja jantung Chacha berdetak kencang tak karuan setelah menyelesaikan kalimatnya. Entah apa yang terjadi setelah ini, ia tak berani melihat siapapun. Padahal ya tanpa Chacha sadari semua orang tersenyum mendengar jawaban Chacha kecuali Juyeon. Bukan, Juyeon bukannya Juyeon tak suka dengan ucapan Chacha. Tapi ia sama takutnya dengan Chacha. Ia takut dengan reaksi semua orang, ia juga bingung harus bagaimana menjelaskan ini nanti pada Chacha.

"Padahal kita nggak ada ngomong itu loh," ucap nenek Juyeon membuat Chacha semakin bingung, gimana?

"Pa, dia nggak tau aja dulu kita gimana," ucap nenek Juyeon pada sang suami.

"Kalian nggak ada cerita ke Chacha tentang keluarga kita ya?" tanya kakek Juyeon.

"Bang Juyeon dong seharusnya Kek," ucap Eric.

"Berarti Kakek aja yang cerita," ucap kakek Juyeon, pria itu pun mulai bercerita bahwa dirinya dulu juga hanya anak seorang petani sedangkan nenek Juyeon anak pedagang biasa. Mereka merintis usaha dari nol tepat setelah menikah, tentunya dengan bekal modal dan ilmu. Mungkin memang kehendak Tuhan ingin sepasang suami istri itu sukses terlebih dahulu baru mendapat keturunan sehingga ayah Juyeon baru lahir setelah sepuluh tahun usia pernikahan mereka dan di saat itu perusahaan kakek Juyeon sudah di masa jaya-jayanya. Kalau kakek dan nenek Juyeon lama mendapat momongan, ayah Juyeon lama mendapat hati ibu Juyeon. Makanya menikah di usia yang menurut sebagian orang cukup tua. Jadi salah satu alasan nenek Juyeon ingin cucunya itu cepat agar orang tua Juyeon cepat menimang cucu. Jangan sampai se-tua mereka. Pun, pada akhirnya perusahaan akan diwariskan pada Juyeon dan Eric, jadi sebelum mereka mendapat tanggung jawab itu setidaknya mereka bisa memberi waktu sepenuhnya untuk keluarga kecilnya. Karena kalau untuk perusahaan Juyeon sekarang kasarnya masih bisa sesuka Juyeon, besok-besok kalau sudah di perusahaan utama tidak akan semudah itu mengambil waktu untuk keluarga. Seperti ayah Juyeon sekarang, sudah berumur pun sibuknya minta ampun. Terkadang di satu sisi ia juga ingin Juyeon cepat menikah agar tahta ini ia beri pada sang anak.

"Pada akhirnya kita punya kesamaan 'kan?" tanya nenek Juyeon sambil tersenyum, ya ampun Chacha rasanya ingin menangis melihat senyuman wanita itu. Sungguh hangat, sangat berbeda jauh dibanding dengan saat mengintrogasi Chacha tadi. Ayah dan ibu Juyeon turut senang dengan reaksi orang tua mereka. Jujur saja sepasang suami istri itu sebenarnya menyukai Chacha, tapi tetap harus mendapat restu dari kakek dan nenek Juyeon. Karena ini bukan hanya soal restu semata, tapi bagaimana nanti perusahaan ke depannya jika publik tahu soal keluarga Chacha.

"Gimana? Apa kalian memang belum pernah ngomongin ini sebelumnya?"

"Belum Nek," jawab Juyeon pelan.

"Mereka baru pacaran Ma, jadi mungkin masih perlu tahap saling mengenal satu sama lain," ucap mama Juyeon.

"Kita tunggu kabar baik dari kalian berdua ya, bahkan kakek sama nenek siap nemuin orang tua kamu kalo memang itu masalahnya, iya kan Pa?" tanya nenek Juyeon dan sang kakek pun mengangguk lengkap dengan senyumnya. Tampaknya semua orang sudah menyukai Chacha, tapi yang menjadi masalah adalah di Chacha dan Juyeon. Mereka sama-sama tidak ada perasaan satu sama lain. Chacha sih gampang, ia bisa dengan cepat menyukai Juyeon dan mempunyai perasaan pada pria itu karena sekarang ini pun ia berusaha menahan perasaan pada pria itu. Tapi yang Chacha takutkan adalah Juyeon, ia benar-benar tak tahu yakin bisa hidup dengan orang yang tak mencintainya. Walaupun berlimpah harta pada akhirnya Chacha juga butuh kasih sayang. Masa iya ia tetap mencari kasih sayang dari orang lain setelah mereka menikah?

"Kasih kita waktu ya Nek?" pinta Juyeon lembut, bagaimana pun juga ia harus membicarakan ini dengan Chacha. Jujur saja Juyeon lelah dengan bahasan ini dan ingin langsung menikah agar neneknya tak terus bertanya karena Juyeon lihat hanya itu satu-satunya yang diinginkan oleh sang nenek. Tentu saja Juyeon berusaha memberinya, tapi tak semudah itu. Pun, ia tak tahu bagaimana tanggapan Chacha tentang ini. Ia hanya meminta perempuan itu jadi pacar bayaran, hanya itu, bukan seperti ini.

"Satu minggu?"

"Iya Nek."

***

Kini Juyeon dan Chacha telah berada di sebuah cafe rooftop yang sudah Juyeon booking satu cafe sehingga di rooftop tersebut hanya ada mereka berdua. Sepulang dari rumah kakeknya Juyeon langsung membawa Chacha untuk membicarakan hal tadi.

"Pertama abang minta maaf udah bawa kamu ke situasi, abang juga benar-benar nggak nyangka bakal kayak gini," ucap Juyeon membuka pembicaraan.

"Aku ngerti kok, nggak usah merasa bersalah Bang." Entahlah, Chacha juga bingung kenapa mengatakan itu. Tapi ia juga kasihan melihat Juyeon tampak kewalahan dengan permintaan neneknya yang sama sekali tak dapat ia tolak.

"Eum ... apa tanggapan kamu soal itu?"

"Soal apa?"

"Soal pernikahan yang nenek bilang."

"Abang mau nikah? Sama siapa?" Juyeon menghela napas, pertanyaan Chacha apaan sih?

"Ya menurut kamu? Tadi memang nenek minta abang nikah sama siapa?"

"Aku?"

"Huh ... malah nanya lagi, ya kamu lah. Emangnya siapa lagi?"

"Abang serius?"

Istri Bayaran || The Boyz Lee Juyeon Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon