Part 2 - Bad Day

2.3K 399 22
                                    

Sebagian orang menganggap hari Senin adalah hari yang menyebalkan, beraktivitas setelah melalui akhir pekan yang menyenangkan. Orang-orang merasa malas untuk kembali beraktivitas. Tapi karena tuntutan pekerjaan, mau tak mau, mereka tetap beranjak dari tempat tidur yang rasanya memiliki daya magnet sehingga menarik badan untuk tak ke manapun.

Itulah yang Jeje rasakan.

Ya, meski wanita berambut pendek itu dikenal sebagai orang yang pekerja keras dan ambisius, tapi ada kalanya wanita itu diserang rasa malas. Ditambah saat ini ia sangat lelah karena dua hari terakhir Alin 'menculiknya'. Menemani wanita itu ke kota Batu, padahal wanita itu baru saja dari Surabaya.

"Pagi bener berangkat ke kantor?" Teguran dari Alin yang sedang berada di dapur bersama yang ada di indekos tersebut. Jeje menatap Alin yang sedang menyeruput kuah mie soto.

"Emang berangkat kantor di siang hari?" sahut Jeje sinis. Alin tertawa sepertinya Jeje masih kesal padanya karena ia paksa pergi ke kota Batu.

"Mbak Je mau kubikinin mie?"

"Gak usah. Aku pergi dulu."

"Iya! Jangan lupa salamin aku sama Mas Rama!"

Jeje hanya melambaikan tangannya asal kemudian masuk ke dalam mobil miliknya jenjs hatchback. Segera melajukan mobil tersebut menuju ke tempat kerjanya. Memutuskan untuk membeli sarapan di coffee shop yang ada di lantai dasar.

"Mbak Jeje!"

Jeje yang baru saja hendak membuka mulutnya untuk menggigit sandwich tuna yang baru saja ia beli, Yasmin memanggilnya membuatnya mengurungkan niat.

"Kenapa Yas?"

"Itu Mbak ruang rapat belum siap dan Mas Rama suruh saya cari Mbak eh ternyata Mbak ada di sini!" jelas Yasmin agak panik karena tadinya ia sempat kena omel dari Rama padahal menyiapkan meeting room bukanlah tugasnya.

"Lho itu tugasnya Melody. Dia belum datang?" Jeje ikutan panik, bahkan mulai berdiri. Melupakan sandwich dan kopinya.

"Belum Mbak."

"Astaga!" desis Jeje kesal. Buru-buru keluar dari coffee shop tersebut. Yasmin pun memutat badannya, tapi mengurungkan niatnya saat menyadari jika Jeje tak membawa sandwich dan kopinya. Segera ia mengambilnya dan mengejar Jeje.

"Mbak Jeje!"

Ponsel Melody tak aktif, Jeje semakin meradang. Bisa-bisanya wanita itu belum datang dan lupa akan tugasnya. Tiba di meeting room tersebut ia bertemu dengan Rama yang melipat tangan di dada dan menatapnya kesal. "Kok meeting room belum siap? Hari ini kita ada rapat, kan?" Rama merupakan Manager Sales and Marketing, pria yang seusia dengan Jeje itu memang 'sumbu pendek'. Sangat suka marah-marah.

"Iya," balas Jeje ketus. Mulai menghubungi beberapa karyawan yang bisa membantunya menyiapkan meeting room tersebut. Tidak mengacuhkan tatapan kesal Rama. "Kamu keluar dulu. Masih ada waktu dua puluh menit sebelum meeting dimulai."

Rama tak keluar melainkan membantu lainnya. Jeje tak lagi bicara, tersentak saat Yasmin menyodorkan sandwich dan kopi. "Mbak Jeje lupa."

Jeje tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Yasmin. Wanita muda itu pun membantu lainnya.

"Aduh, aduh sorry. Sorry aku telat, Mbak." Jeje meremas pelan cup kopi yang ada di genggamannya menatap Melody yang memasang ekspresi memelas. Penampilan wanita itu begitu segar, rapi dan modis seperti biasa.

"Kamu bukan lagi telat, tapi sangat-sangat terlambat!" desis Jeje, memelankan ucapannya karena di ruangan tersebut bukan hanya ada Melody, meski Melody salah dan ia sangat ingin memerahi wanita itu habis-habisan, tapi ia tak akan melakukan hal tersebut di depan orang ramai.

The Final ChapterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang