Aku Jatuh Cinta Kepada Oppa Korea ku -Siapa Anda?-

669 6 0
                                    

-Elsa POV-

"Kau baik-baik saja?"

Aku menatap nanar ke arah pria yang baru saja menolongku tadi. Ia sangat baik. Padahal baik aku atau pun dia, kami tak saling mengenal satu sama lain. Ia tanpa ragu membelaku didepan orang banyak. Bahkan saat aku diserang, ia langsung bertindak cekatan. Ia menyuruh bodyguard-bodyguardnya (atau lebih enak disebut satpam) melerai pertengkaran tersebut.

Sebenarnya siapa dia? Kenapa ia begitu mudah memanggil, menyuruh lalu membentak semua bodyguardnya tersebut? Apa dia orang berkuasa? Se-berkuasa apakah dia?

Aku melirik sekilas ke arahnya. Ku amati ia baik-baik. Mulai dari ujung rambut sampai ujung dari sepatu pantofel hitam miliknya. Ah, iya pasti bukan orang biasa. Dan ia sangat tampan. Mata orientalnya tampak sempurna melekat di wajahnya. Kulitnya yang putih halus tanpa cacat. Lalu pakaiannya yang rapi dan elegan. Hmm..dia benar-benar ciptaan tuhan yang paling sempurna.

Tanpa sadar aku terhipnotis dan menatapnya intens. Pikiranku sepenuhnya tertuju padanya. Aku baru sadar. Kenapa ia tadi mau menolongku ya?

Aku memberanikan diri untuk bertanya. "Ma-maaf..kenapa anda mau menolongku?" ujarku pelan.

"Apakah menolong orang lain memerlukan sebuah alasan?"

Keningku berkerenyit. Dia baru saja mengatakan hal yang mengagetkanku. Ya, aku juga bertanya dalam hati, apakah menolong orang lain memerlukan sebuah alasan?

"Sudahlah nona, tak perlu repot-repot kau memikirkan hal itu. Oh iya, apakah kau terluka?"

Kata-katanya terdengar sangat lembut ditelingaku. Ia orang yang baik.

Aku membenarkan posisi dudukku. "Ng, sa-saya baik-baik saja kok. Terima kasih sudah mau menolong saya tadi. Saya tidak tahu apa jadinya saya tanpa anda." ujarku jujur.

Aku malu sebenarnya mengatakan hal itu. Jujur, ia orang pertama yang mau menolongku disaat kritis seperti tadi, selain dimas tentunya.

Ah, dimas? Kenapa aku menyebut namanya lagi? Sial, pasti beberapa saat lagi saraf dalam otakku menegang dan menyuruhku untuk meneteskan aimata kesedihan.

Aku tak mau! Aku harus kuat menahannya!

"Dan anda orang yang sangat baik." lanjutku sembari menundukkan wajah. Tuhan, ku mohon hentikanlah sistem saraf dalam otakku yang mulai kuat menegang dikedua mataku. Kedua mataku berkedut hebat. Kenapa sekarang aku mulai merasakan kelenjar airmataku menetes?

"Kau yakin baik-baik saja? Sebentar, ku ambilkan minum dulu untukmu."

Pria itu segera beranjak keluar ruangan. Ia menutup kenop pintu secara perlahan. Aku langsung menghapus tetesan airmata yang terlanjur jatuh tadi dipipi. Ah, kenapa banyak sekali?

"Sial, ia pasti melihatku menangis."

Aku mencoba fokus untuk menentramkan hati dan pikiranku. Aku harus kuat. Jangan karena masalah seorang dimas saja membuatku hancur berkeping-keping.

Aku menutup mata mencoba sejenak melupakannya, kemudian aku melangkah perlahan mendekati jendela yang terbuka. Jangan bayangkan aku dapat melihat jendela itu dengan mataku yang tertutup. Aku berjalan sambil meraba benda-benda disekitarku. Dan sebelumnya aku sudah mengetahui letak jendela tersebut.

Setelah yakin aku sudah sampai ditepi jendela. Aku membuka mata kemudian menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dari rongga hidungku.

"Hmm..leganya..eh, ini dimana ya?"

Penglihatanku tertuju pada keadaan diluar jendela. Aku kaget sekali begitu mendapati sesuatu yang belum pernah ku lihat sebelumnya. Aku ini sebenarnya ada dimana?

Aku langsung mengedarkan pandangan diseluruh sudut dalam ruangan ini. Aku mengamatinya satu-persatu.

"Tas? Selamat datang di Pt. xxx Indonesia (nama perusahaan kusamarkan, karena tidak mau ada kesalahpahaman nantinya)? Pt? Ini sebuah pabrik?"

Mataku terbelalak. Sungguh, aku tidak percaya tempat dimana aku berada.

Kreeek..

Pintu perlahan terbuka. Pria itu! Disana ia berdiri sembari menatapku bingung dengan segelas air ditangannya.

"Sebenarnya aku dimana? Dan kau siapa??" tanyaku dengan penasaran tingkat tinggi.

Aku benar-benar bingung. Dan aku ingin mendengar jawabannya. Tapi, ia malah menghampiriku dan menuntukku untuk duduk dikursi.

"Minumlah dulu baru ku jelaskan semuanya." katanya dengan lembut.

Aku masih tak mempercayainya. Dengan ragu aku pun menegak air pemberiannya dengan cepat, sampai isi dalam gelas tersebut habis tak tersisa.

"Jadi, bagaimana?" tanyaku tak sabaran. Gelas bekas minum tadi ku taruh diatas meja. Kemudian menatapnya intens sekali lagi.

"Hmm..baiklah. Dengarkan aku baik-baik, karena aku tak kan mengulangnya dua kali, tiga kali dan seterusnya. Kau mengerti?"

Nada dalam kalimat terakhirnya penuh dengan penekan. Aku langsung mengangguk, tak mau berlama-lama dan segera ingin tahu kebenarannya.

"Kau ada dipabrik tas. Ayahku adalah presiden direktur ditempat ini. Dan aku anaknya. Jika kau bertanya namaku, perkenalkan namaku kang in young."

Ia mengulurkan tangannya padaku. Tatapannya hangat. Ku rasa ia tak berbohong.

"Sa-salam kenal. Nama saya elsa putriana. Anda cukup memanggil saya dengan sebutan elsa."

Lidahku tercekat. Tunggu, tadi ia mengatakan padaku bahwa ayahnya adalah presiden direktur ditempat ini. Berarti ia adalah..

"Ma-maaf tak sopan, maafkan saya.." ujarku gugup. Aku membungkukkan badan mencoba memberi salam.

Ini berlebihan. Tapi, ia adalah orang timur. Korea tepatnya. Dan marganya kang. Cara seperti itu adalah perkenalan yang sopan dinegaranya (kupikir).

Sungguh, kalau aku tahu ia adalah anaknya pemilik dari tempat ini, aku pasti akan bersikap jauh lebih sopan.

"Haha, santai saja. Tak perlu bersikap formal seperti itu padaku. Anggap saja aku ini temanmu."

Santai saja katanya? Mana mungkin aku bisa santai setelah aku mengetahui hal yang sangat mengejutkan tentangnya..

"Jadi, dengan kata lain anda adalah salah satu pemegang saham ditempat ini juga?"

###

PS: Next chapter mungkin agk lama..:D

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2011 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Jatuh Cinta Kepada Oppa Korea kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang