Yang terindah

73 40 1
                                    

Afri menunduk lesu,lalu melangkah meninggalkan tempat yang baru ia pijak.ia terus berjalan tergesa gesa kearah kelasnya.Afri membanting pintu kelasnya kasar.

" Kenapa denganku ya Allah?" Afri menatap pintu yang baru saja ia banting.

**********

" Alea?"

" Baiklah, pergilah,"

" Salam buat tante,"

" Gue bakal sampaikan,"

" Kalau begitu gue pergi, Assalamualaikum,"
Alea menghela napas panjang.

" Waalaikum salam," Reza tersenyum dan meninggalkan Alea.

"Aku rasa kau mulai peduli padaku" batin Reza dalam hati.

" Yang bener aja, padahal baru sampai udah pergi aja!" Alea meraih bingkisan yang tergeletak di meja,lalu membawanya kekamar.

" Sepertinya ada yang lagi galau nih?"

" Lebih baik kakak diam deh!"

" Alea,Alea.bilang aja kamu mulai peduli sama Reza kan?"

" Aku gak peduli sama dia!bahkan jika dia kejepang satu tahun aku gak peduli!"

"Kamu ini masih aja gak mau ngaku" Alea masih terus berusaha menyangkal meskipun ia selalu kalah dengan Alina.

" Benar benar capek debat sama kakak,"

" Alina gak akan pernah kalah jika berhubungan dengan yang namanya debat,"

" Semerdeka kakak aja deh!"

" Aku serius Alea! buktinya kamu gak bisa lawan  omongan kakak"

" Dimana mama?"

" Jalan al bukhori lima belas menit lagi sampai rumah," ujarnya sambil menuju dapur.

Reza berdiri dengan baju seragam yang masih melekat di tubuhnya saat tiba didepan pintu rumahnya.mata ambernya menatap kosong pada ayahnya yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

untuk beberapa saat, kepalanya menunduk menatap lantai.ayahnya menatapnya dengan tatapan tajam.ia terlihat tak sabar dan mengambil sebuah foto yang ada disaku celananya.

" Apa ini Reza?" Yanto menarik napas panjang, lalu menatap mata Reza yang mulai mendongak.

" Itu foto saat aku kerumah Alea tadi,tapi bagaimana bisa ada ditangan papa?" tanya Reza dalam hati. dengan wajah marah Yanto menarik Reza dan mengurungnya dalam kamar.

Tawa Diva membuncah saat laki laki yang bersamanya jatuh terlentang saat tak sengaja menginjak kulit pisang yang terletak dijalanan. pria tersebut menahan malu akibat kejatuhannya.terlebih Diva tertawa lepas karena kejatuhannya yang menurutnya sangat lucu. Diva meraih kayu yang tak jauh dari posisinya.

Pria tersebut sontak memegang kayu tersebut saat Diva memberikan isyarat untuk memegangnya. Diva menghela napas saat pria tersebut telah berdiri. Pria tersebut memejamkan mata karena malu yang tak kunjung menghilang. selepas itu mereka pergi bersama kerumah mereka masing masing.

" Aku rasa kamu kena karma deh"

" Tidak, cuma lagi sial aja,"

" Memangnya kamu gak percaya sama karma?" pria tersebut berhenti melangkah,lalu menoleh pada Diva.

" Aku percaya,"

Diva mengangguk pelan, dan mempercepat langkahnya. Pria tersebut merapikan rambutnya.
ia memperhatikan Diva yang mulai menghilang dari pandangannya.

" Semoga kita bisa lebih dekat,"

Laki laki tersebut menarik napas panjang lalu melangkahkan kaki untuk menuju tempat tinggalnya.

Bisakah Kita Bersatu?Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu