Gaun berwarna ungu kalem dengan beberapa hiasan payet dan bunga-bunga cantik bertenger di bagian atas gaunnya, lengan berumbai yang jatuh sampai ke siku menambah kesan manis tampilan gaun tersebut. Ia puas sekali karena gaun itu tidak terlalu mengembang pada bagian roknya dan tidak terasa berat, karena terlalu banyak hiasan dan payet seperti model-model gaun yang sedang trend di zaman itu.

"Kau sangat jenius, Madame!" Pujinya dengan mata berbinar-binar. "Tak salah aku menggaetmu menjadi partner bisnisku!" Thalia masih menatap gaunnya puas, Yasmin mengangguk setuju dengan ucapan nonanya.

Ada beberapa kiriman gaun sesuai permintaan Thalia dan beberapa pakaian simpel untuknya agar bisa bergerak bebas saat Thalia melakukan aktivitasnya sehari-hari. Terutama, ia ingin menggembleng dan melatih tubuh Nathalia agar lebih kuat karena Thalia merasa tubuh yang ia tempati masih terlalu lembek.

"Harus jadi wanita harus tangguh dan mandiri, agar tak di sepelekan kaum lelaki!" Gumam Thalia dalam hati.

Thalia memang bukan tipe wanita yang terlalu tergantung pada laki-laki, karena memang di kehidupan sebelumnya ia masih single dan semuanya ia lakukan sendiri.

Ada beberapa laki-laki yang berusaha mendekat padanya tapi berakhir minder dan mundur secara halus--Thalia juga belum pernah merasakan apa itu Cinta. Makanya, dia menjadi pribadi sangat santai seperti pada saat ia berhadapan dengan laki-laki yang notabenenya ialah tunangannya sendiri/tunangan Nathalia asli. Meskipun perasaan si pemilik asli masih bisa Thalia rasakan yaitu sakit dan sesak di bagian dadanya.

***___***

Kurang beberapa hari lagi, pesta ulang tahun Putra Mahkota akan di laksanakan. Sesuai dengan alur novel yang di ceritakan sahabatnya, wanita itu pasti akan hadir mendampingi Pangeran Ricard. Kalau semisal jiwa asli Nathalia masih ada, pasti dia tidak akan tinggal diam melihat wanita itu menjadi pendamping tunangannya di saat pesta ulang tahunnya berlangsung.

Wanita mana yang rela melihatnya, belum lagi orang-orang di sini kemungkinan juga memiliki kelainan yaitu membela sang perebut tunangan orang daripada membela korbannya.

"Sungguh miris nasibmu Nat!" Gumam Thalia dalam hati.

Tapi tidak untuk kali ini, Thalia dari abad 21 lah yang mendiami tubuh Nathalia. Ia tidak akan membiarkan Putra Mahkota laknat itu menginjak-injak harga dirinya lagi. Otaknya kembali melayang memikirkan bagaimana ia mengakhiri pertunangannya dengan Putra Mahkota? Sedangkan keluarganya akan mendapat hukuman jika memutuskan pertunangan terlebih dahulu.

Kedua alisnya bertemu, ia berpikir keras. Apa yang harus Thalia lakukan? Thalia benar-benar ingin mengakhiri lingkaran toxic ini dan berfokus dengan bisnisnya dan hobi kesukaannya. Tapi, ia tak tahu caranya. Karena ini pertama kali dia mempunyai status sebagai tunangan pria.

"Apa yang harus aku lakukan?" Tanyanya kepada dirinya sendiri.

Jemari Thalia memainkan dagunya, kaki jenjangnya tak bisa berhenti untuk berjalan mondar-mandir, kedua alisnya bertaut. "Apa aku harus bicara dengannya untuk memintanya memutuskan pertunangan ini? Atau aku ancam dia saja biar menurut?" Gumamnya tapi tubuhnya bergidik ngeri karena terlalu beresiko. Jika ia mengusik Putra Mahkota sampai marah maka ia akan mati di penggal saat itu juga. Thalia menghembuskan nafas panjang, ia frustasi.

"Mukamu tampak acak-acakan sekali," Suara bariton membuyarkan fokus Thalia, ia menoleh ke sumber suara itu.

Thalia mendengus kesal. "Kakak!"

Xandros melenggang duduk di sofa dengan menyilangkan kedua kakinya, kedua mata elangnya menatap Thalia rumit. Thalia menghela nafas panjang, ia masih terdiam.

"Aku tertarik untuk tahu kenapa alasannya?" Tanya Xandros.

Sebelah alis Thalia terangkat, "Maksud kakak?"

Xandros tersenyum miring. "Keinginanmu untuk memutuskan pertunangan dengan Putra Mahkota. Padahal kau dulu beneran cinta mati padanya, seperti gadis bodoh yang terkena budak cinta," Tawa Xandros meledak karena geli.

Thalia mendengus kesal, "Cih, hentikan ocehanmu itu Kak, sangat menggelikan sekali. Aku tidak seperti itu!" Ucapnya tegas.

Suara tawa Xandros menggema. "Kau sungguh menggemaskan adikku sayang!" Balasnya tulus sambil mengacak-acak puncak kepala Thalia.

Entah sejak kapan Xandros sudah berdiri di samping Thalia. "Jadi, apa rencanamu?" Tanyanya.

Thalia menggeleng, "Aku tak tahu kak, aku tak menyangka akan ada aturan seperti itu di kerajaan ini. Jadi, aku hanya berharap Yang Mulia Ricard lah yang akan memutuskan ikatan pertunangan ini karena aku ingin membebaskannya berhubungan dengan wanita itu!" Jelasnya.

"Kau benar-benar ingin mengakhirinya, Nat?" Tanya Xandros ingin memastikan lagi dan di sambut oleh anggukan Thalia sebagai jawaban ya.

"Yakin? Bukannya kau sangat mencintai Ricard?" Tanyanya lagi.

Thalia menggelengkan kepala meski hatinya sedikit sakit. "Tidak kak! aku lelah mengejar hati yang tak akan pernah bisa aku gapai. Aku masih muda dan cantik asal kau tahu, terlalu sia-sia jika aku menfokuskan semua perhatianku kepada pria tak tahu diri itu!" Jelasnya sambil tersenyum. "Aku ingin bahagia kak!" Ujarnya sambil menoleh ke jendela.

Kedua matanya menerawang jauh membayangkan ia menjalankan kedua bisnisnya, bisnis butik dan juga klinik bersalin. Sangat menyenangkan sekali pastinya.

"Aku punya ide Nat!" Sela Xandros membuyarkan lamunan Thalia. Kedua mata tajam gadis itu kini menatap Xandros.

Senyuman sinis terukir di wajah tampan Xandros. "Bagaimana jika kau membuat Ricard malu di depan para tamu undangan karena perselingkuhannya?" Kata Xandros.

"Dengan begitu kau bisa memanfaatkannya dengan mengajukan perpisahan sebagai permintaan pengampunanmu padanya. Dan tentunya, ucapan itu harus Ricard sendiri yang mengatakannya di depan raja dan bangsawan saat itu?" Lanjutnya dengan senyuman lebarnya.

"Nanti malah berbalik, aku takut Ricard tidak mau berpisah denganku!" Ujarnya percaya diri.

Xandros terdiam sebelah alisnya terangkat tak lama tawanya meledak untuk kesekian kali. "Kau gila, mana mungkin pria itu berpikir demikian. Kalau memang iya, dunia pasti akan kiamat!" Ia masih tertawa, suaranya menggema dan Thalia terdiam wajahnya sudah seperti kepiting rebus--ia malu.

Xandros menggelengkan kepala, ia berusaha untuk tidak tertawa lagi setelah melihat ekspresi Thalia. "Dia buka tipe laki-laki seperti itu, Nat. Ricard itu brengsek, ia tipikal jika sudah jatuh hati pada seseorang yang membuatnya terpesona. Maka ia akan membuat wanita itu nomor satu dan akan mengesampingkan kekasih resminya. Jadi, meskipun setelah putus, ia tidak akan kembali berhubungan dengan wanita yang telah ia sakiti." Jelasnya.

Kedua mata Thalia membola. "Wehh, jahat benar jadi laki! Tidak sehat banget kalau bersama pria macam itu. Apalagi dia calon raja, bisa-bisa selirnya menjamur nanti," Thalia memijat pangkal hidungnya.

"Bagaimana kau bisa terjerat pria berengsek seperti itu Nat? Matamu memang sudah buta?" Gumam Thalia kesal dalam hati.

Xandros terkekeh. "Maka dari itu kalau kau bisa membuktikan dan mempermalukan dia di depan umum dengan selingkuhannya. Aku yakin orang lain akan menatap menghina pada Putra Mahkota dan beralih menatap iba padamu. Setelah itu, kau coba ajukan syarat perpisahan sebagai bentuk permintaan maaf dan pemulihan nama baik keluarga Zeygrav,"

Senyuman terbit di sudut bibir ranum Thalia. "Kak, aku padamu!" Sahutnya menghambur memeluk kakaknya yang tampan itu.

🌹🌹🌹

So bagaimana sejauh ini?

Membosankan?

Alur lambat?

Kurang greget?

Atau terlalu panjang setiap chapter???
Mohon komentarnya ya, butuh kritik dan sarannya...

Maaf ya typo bertebaran karena mengetik langsung di hape, revisi nanti-nanti saja kalau sudah kelar semua.
Terimakasih sudah mampir..

Salam Manis Dariku

NING SRI 😘

I WANT YOU (END)Where stories live. Discover now