6

14 2 0
                                    

Happy Reading....

Acara pernikahan Nirina dan Arya berlangsung dengan lancar, tanpa ada hambatan. Nirina dan Arya berdiri di pelaminan dengan senyum bahagia, menyalami setiap kerabat dan tamu yang hadir.

Shita dengan berat hati harus mengikhlaskan perasaannya untuk Arya, karena ia sadar. Arya tidak bersalah padanya dan Arya tidak harus bertanggung jawab atas perasaan Shita yang diam-diam menaruh rasa.

"Shi?" Tegur Hamid.

"Ck.." Shita berdecak kesal. Ia masih kesal pada Hamid tetang kejadian beberapa hari lalu, rasa kesalnya bertambah ketika akhirnya Ayahnya tahu bahwa Arya adalah lelaki yang Shita pernah singgung di meja makan. Tidak lain dan tidak bukan, Hamid adalah tersangkanya.

Hamid berjalan mengikuti Shita yang berjalan menjauhi keramaian dan berhenti ketika Shita menghentikan langkah di depan pintu kamarnya.

Shita berbalik dengan wajah kesalnya, keningnya berkerut dalam, bibirnya mengerucut kesal. "Mid! Stop it! Gue gak suka lo ngikutin gue!" Ujarnya dengan suara pelan namun penuh penekanan pada Hamid, lalu berbalik membuka pintu kamarnya.

Seolah tidak mendengar ucapan Shita, Hamid bergerak cepat menahan pintu kamar Shita yang hendak ditutup dengan kasar. "Shi.." ujarnya lirih.

"Pergi gak?! Gue gak butuh lo!" balas Shita kesal.

"Shi.. berapa kali aku harus minta maaf?" ujar Hamid lirih, tanpa menggubris ucapan kasar Shita.

"Gue gak minta lo untuk minta maaf! Lo budeg? Pergi sana!" Usir Shita, sembari berusaha menutup pintu yang di tangan Hamid.

"Shi.. aku minta maaf, aku tau aku salah tapi --"

"Udah? Sana cari muka lagi sama Ayah! Lo suka 'kan kalo gue di marahin? Puas?!" Ujar Shita dengan suara yang semakin bergetar menahan tangis namun sayang, Shita terlalu cengeng untuk menahan air mata yang terjun bebas di pipinya.

Kali ini Hamid merasa tertampar dengan kata-kata Shita. Jika selama ini Shita kesal lalu mengupatnya, ia masih merasa baik-baik saja. Tapi, kali ini berbeda, Shita benar-benar kesal padanya.

"Shi.. aku gak berniat menyakiti kamu. Please... Maafkan aku.." lirihnya lagi.

Wajah memelas Hamid tak lantas melunakan hati Shita, ia terlanjur kecewa. Ia menutup paksa pintu kamarnya yang tidak lagi di tahan tangan Hamid. "Gue mau balik besok!" Ucapan Shita dibalik pintu kamar yang cenderung terdengar seperti perintah bagi Hamid.

Hamid mengehela nafas berat, ini salahnya. Dua hari lalu, setelah acara makan malam dengan keluarga Arya. Ayah Shita menanyakan kemana Shita pergi sampai keluarga Arya pulang pun Shita belum kembali, awalnya Hamid masih menjaga rahasia. Namun, Ayah Shita terlalu paham bagaimana Hamid yang sangat susah berbohong.

"Arya adalah orang yang bertemu dengan Shita di kampusnya dan Arya adalah orang yang Shita sukai karena alasan yang sama seperti Nirina menyukai Arya."

Setelah jawaban singkat Hamid, terbongkarlah rahasia Shita. Rezieq mengumpulkan Shita, Nirina, Ibu, dan Hamid. Tidak dengan nada tinggi, namun Shita paham bahwa ada penekanan di setiap kata-kata Ayahnya.

"Benarkah yang dikatakan Hamid? Ayah tidak akan menghakimi kamu karena perasaan kamu pada Arya tapi Ayah harap, perasaan sesaat kamu itu tidak menghalangi jalan kakakmu untuk meraih kebahagiannya. Bukan tidak mungkin, seseorang dapat melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya. Tapi pernikahan bukanlah sesuatu yang cukup dengan keinginan, banyak yang harus dipertimbangkan. Ayah tau kamu kecewa, tapi Ayah akan lebih kecewa apabila kamu tidak bisa bersikap dewasa dalam hal ini. Meskipun berat, segera hapus perasaan apapun yang kamu punya pada Arya dan ingat bahwa ia adalah calon suami kakakmu yang kelak akan menjadi abangmu. Paham?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

amor é vocêWhere stories live. Discover now