Hari Terakhir

4.9K 410 64
                                    

Tiba juga di hari kepulangan Alin dari Yogyakarta, maka itu Mael dan Caka kini sedang dalam perjalanan menuju bandara untuk menjemput Alin.

"Pah, boleh drive-thru MCD enggak buat cemilan di jalan?" tanya Caka ragu dan langsung disetujui oleh Mael.

Caka temukan satu hal lagi yang ia sukai dari Papah, yaitu Papah selalu mengizinkan Caka memesan makanan apapun yang dia inginkan. Kalau sama Papih sih tidak akan semudah itu, ada banyak sekali pantangannya seperti:

"Gak, sebentar lagi jam makan siang. Nanti kamu kenyang terus gak mau makan lagi."

"Jangan kebanyakan minum es, bikin radang."

"Gak boleh keseringan makan itu, banyak micinnya."

Dan masih banyak lagi.

Maka perjalanan mereka menuju bandara berlanjut setelah Caka mendapatkan McNugget, sedangkan Mael memesan kentang goreng. Selama perjalanan, tidak banyak percakapan di antara mereka melainkan senandung halus Papah pada lagu yang disetel Caka di radio mobil. Caka memasang lagu-lagu slow rock lama yang ia ketahui dari cerita-cerita Papahnya kemarin, nyatanya ia juga sangat menikmati selera musik Papah.

Sesampainya di bandara, tampak sosok yang mereka rindukan seminggu belakangan ini sudah berdiri menunggu mereka di sana. Mael menghentikan mobilnya di dekat Alin, ia lalu keluar untuk membantu Alin memasukkan barang-barangnya ke dalam bagasi. Caka turut keluar dari mobil dan memeluk Papihnya menyalurkan rindu. Alin merentangkan tangan untuk Mael juga namun tak kunjung disadari oleh sang suami yang sibuk menyusun barang di bagasi.

"Mas! Peluk dulu bisa kali?" sahut Alin cemberut. Mael yang baru menyadarinya pun segera menutup bagasinya. Ia hampiri Alin dan lekas memeluknya erat sampai kedua kaki Alin sempat tak menapak tanah, bikin empunya tertawa geli karena Mael menyelusupkan wajahnya di ceruk leher Alin.

"Ck, ck, ck." Caka menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan kedua orangtuanya yang bermesraan di depan dirinya dan di ruang publik. Maka Alin mengulurkan lidahnya bercanda, mereka pun saling menertawai satu sama lain dan berangkat menuju rumah mereka.

.

.

.

Akhirnya keluarga beranggotakan tiga orang itu lengkap kembali, kini rumah mereka terasa penuh dengan hadirnya sang Papih.

Alin yang baru kembali dari dapur usai menyiapkan cemilan, memperhatikan suami dan putranya dari belakang. Keduanya duduk berdampingan sambil mengobrol, sungguh sebuah pemandangan yang sudah lama tidak Alin lihat. Biasanya hanya terlihat Mael di ruang tengah sedang menonton tv dan Caka sibuk sendiri di dalam kamarnya, kalau Alin tidak bicara maka rumahnya itu pasti hening seperti tak berpenghuni. Maka rasa lega dan senang bercampur dalam hati Alin, ia mengucap syukur dalam hati sebab kini rumahnya menjadi hidup dan hangat kembali.

"Asik banget ngobrol berdua. Lupa ya aku udah pulang?" tanya Alin pura-pura cemberut, ia letakkan di meja ruang tengah sekotak kue dari kampung halamannya yang sudah ia potong-potong. Kemudian duduk bergabung bersama suami dan putranya yang tadi sedang asik mengobrol. Mereka bertiga saling bertukar cerita, Alin dengan cerita perjalanannya di Yogyakarta bertemu dengan orangtua serta teman-teman lamanya. Lalu Caka dengan cerita kemampuan memasak Papahnya yang luar biasa.

Di ruang keluarga itu, tak ada tv atau laptop yang menyala, ponsel mereka pun diabaikan. Ruang keluarga itu kini berfungsi sebagaimana mestinya.

"Oh iya, Caka. Nih, kamu pilih dah mau Nintendo yang mana." Alin menyerahkan ponselnya pada Caka agar anak itu memesannya sendiri.

Awalnya Caka tampak antusias, namun seiring ia menjelajahi toko online itu, perasaan antusiasnya kian padam. Caka kembalikan ponsel itu pada Papih, kemudian netranya melirik Papah dan Papihnya bergantian. Senyuman lebar Caka kembali, kedua orangtuanya lantas penasaran akan apa yang sedang Caka pikirkan.

MY AWKWARD DAD | MarkHyuckWhere stories live. Discover now