Sebab-Akibat

8.2K 519 24
                                    

"Pih, sarapanku apa?"

Caka, anak tunggal yang sedang dalam masa liburan kenaikan kelas itu duduk di ruang makan sambil memperhatikan aktivitas mencuci piring Papihnya di dapur. Dia baru saja bangun dari tidurnya pada jam sepuluh lewat, tapi kedua matanya masih terasa berat. Ia lihat di meja makan hanya ada sekotak donat isi 12 dan satu pitcher teh chamomile dingin buatan Papih.

"Tuh ada donat dibawain Papah kamu semalem. Sarapan itu aja ya, Papih malas masak."

Caka menghela napasnya, ia tidak punya pilihan selain mengisi perutnya dengan apa yang tersedia. Dibukanya kotak besar itu, masih tersisa sekitar tujuh butir donat aneka topping dan isian. Remaja suntuk itu terlihat cukup kecewa dengan pilihan donat yang tersisa di hadapannya.

"Gak ada donat glazed ... aku kan sukanya yang itu."

"Haha iya tadi ada satu tapi dimakan Papah kamu, dia gak tahu kamu suka yang itu. Udah Papih marahin, jadi kamu makan yang ada aja ya."

"Emang kapan juga si Papah tahu apa yang aku suka?" Caka mendecak pelan agar tidak didengar Papihnya, terpaksa ia ambil donat dengan topping tiramisu.

Ia lirik sebal sang pelaku pencuri donat favoritnya sedang menyiram tanaman di halaman depan rumahnya. Telinganya disumbat airpod, kacamata bertengger di batang hidungnya, kaos putih oblong dan sweatpants abu-abunya menjadi penampilan khas Papah di akhir pekan. Caka segera mengalihkan pandangannya kala netranya bertemu milik sang Papah, ia lanjut melahap sarapannya sebelum pergi ke lantai dua dan mengunci diri dalam kamarnya.

"Cakaaaa!"

Baru saja dia mau menyalakan komputernya, suara melengking Papih dari bawah menggelegar memanggil namanya. Caka melangkah malas lalu melihat Papih di bawah sana dari lantai dua.

"Kita makan siang di luar ya nanti! Papih malas masak."

"Kita berdua?"

"Bertiga lah, masa Papahmu ditinggal?"

Tanpa menjawab, Caka melongos masuk ke kamarnya. Jawaban dari Papih membuatnya malas, padahal Caka selalu suka makan di luar tapi jika itu hanya berdua dengan Papih.

Kenapa?

Soalnya dia jadi canggung kalau ada Papah.

.

.

.

Ketiga anggota keluarga itu kini sudah berada di dalam Mall. Bukannya langsung menuju tempat makan yang menjadi tujuan utama dari perjalanan mereka, Alin bolak-balik nyangkut di beberapa toko untuk melihat-lihat dan berbelanja. Caka terus mengekori Papihnya, sedangkan Papah biasanya menunggu di depan sambil memegangi tas Alin. Mau se-lama apapun itu, Papah sih tidak pernah protes, dia dengan sabar berdiri atau duduk di depan toko sambil memperhatikan seisi Mall serta orang-orang yang berlalu lalang. Bukannya tidak diajak, itu keinginan Mael sendiri kok. Terlalu melelahkan harus mengikuti seluruh langkah Alin di dalam toko.

Perjalanan mereka pun berlanjut dengan posisi Alin di Tengah menggandeng tangan suami dan putranya. Alin sama Caka itu sudah seperti teman sebaya, mereka banyak mengobrol dan beberapa kali pula Mael menimpali candaan Alin. Mereka benar-benar terlihat harmonis jika sedang bertiga, tapi begitu tidak ada Alin, seperti jika kedua orang lainnya ditinggal ke toilet, hanya ada keheningan di antara Ayah dan Anak itu. Caka akan langsung main hp dan Mael juga bungkam saja.

Terkadang ada percakapan di antara mereka. Tapi itu pun hanya basa-basi singkat dan ujungnya akan saling diam lagi.

Di tengah langkah mereka menuju restoran, dua orang pemuda menghampiri keluarga itu dengan berbagai properti di tangan mereka. Ada yang memegang kamera, ada yang memegang mic kecil.

MY AWKWARD DAD | MarkHyuckWhere stories live. Discover now