3. Sweet Seventeen

932 202 97
                                    

Haiii ... selamat malam. Semoga kita semua dalam keadaan sehat. Amin. 😇🤲

Chapter kemarin yang baca cuma 600an masa 🥺😩 Mami tetap berpikiran positif kalau kalian sedang sibuk dengan dunia nyata. Yang penting kalian semua sehat2 ya, amin.

Happy reading ...

❄❄❄

Dorothea Elysse Siregar: Anna Maria Sieklucka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dorothea Elysse Siregar: Anna Maria Sieklucka

Larry Van Aken, salah teman sekolahku mencegatku di lobi gedung sekolah saat sekolah usai. Pria tinggi kurus dan lumayan tampan itu tersenyum lebar di hadapanku. Posisi kami otomatis menghalangi siswa-siswa yang lain untuk keluar.

Aku bergeser sedikit dan memberi jalan pada yang lain tanpa melepaskan pandanganku dari Larry.

"Wat is er, Larry?" (Ada apa, Larry?)

Larry tersenyum lebar padaku. "Ik vind je leuk, Dorothea." (Aku menyukaimu, Dorothea.)

Aku mengeluh dalam hati. Larry terkenal sebagai pria baik dan tampan di sekolah ini. Tambahkan titel bangsawan Belanda yang ada di belakang namanya seperti keluarga mamaku, Van Leander. Tapi aku tidak menyukai Larry. Tidak ada sedikitpun kembang api di sekelilingku saat ini ataupun jantung yang berdebar keras yang membuatku keringat dingin.

Aku merasa biasa saja.

"Well Larry, aku juga tidak membencimu," jawabku pelan.

Larry masih tersenyum. "Kurasa kau salah mengerti, Dorothea. Maksudku adalah aku jatuh cinta padamu."

Tuh kan, aku sudah bisa menebaknya! Aku mendengus.

"Bedankt, Larry, maar ..." (Terima kasih, Larry tapi ...)

Larry tersenyum dengan penuh harap.

Tiba-tiba saja ...

"Het spijt me, Larry ..." (Maafkan aku, Larry)

Sander berdiri di hadapan kami lalu menarik lenganku merapat ke arahnya. Wajahnya sekeras Tembok Berlin dan tatapannya sedingin salju di Alaska.

"... tapi Dorothea sudah punya pacar!"

Ketus dan tegas!

Larry menatapku tidak percaya. "Benarkah, Dorothea?"

Aku melirik pada Sander yang masih melotot pada Larry lalu aku melihat pada Larry lagi dan mengangguk pelan.

"Ja, Larry. Het is waar." (Ya, Larry. Itu benar.)

Larry tertunduk lesu dan menghela napas panjang. "Maafkan aku, Dorothea. Aku tidak tahu."

Pria itu melangkah pergi meninggalkanku dan Sander yang masih belum bergeming sedikitpun. Melihat Sander diam saja, aku berjalan meninggalkan lobi tanpa mempedulikannya.

The White Horse Prince (END)Where stories live. Discover now