Bab 34: Perasaan Rexton (3) - End

89 7 4
                                    

Musik Jazz menjadi alunan suara yang menyapa indra pendengaran Rexton saat ini. Setelah memijakkan kakinya di atas lantai bar, mata Rexton sontak menyoroti satu persatu sudut tempat itu, sebelum akhirnya ia menemukan eksistensi yang dicarinya sedari tadi.

Jourell.

Laki-laki itu duduk di depan meja bar, tampak menyesap minuman yang dipesannya malam itu. Pun Rexton segera melangkahkan kakinya menuju (mantan) temannya itu.

Sementara itu, Jourell yang seakan sadar dengan tatapan yang diberikan Rexton padanya pun menolehkan kepalanya dan ia menemukan Rexton tengah berjalan ke arahnya dengan tatapan yang siap menerjangnya. Sepertinya dendam Rexton tidak hilang juga meski Rexton sudah memusuhi Jourell dari seminggu lalu.

Melihat hal itu, Jourell hanya mengulas senyum manis bak malaikat miliknya. Dengan ekspresi seakan tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka, Jourell mengangkat tangannya, menyambut kedatangan Rexton.

"Gua senang lu dateng, Rex."

Rexton mendengus saat mendengar sapaan bersahabat Jourell. Ekspresi polos Jourell membuatnya ingin mengacak-acak wajah tampan pemuda itu.

"Enggak usah basa-basi," tukas Rexton tajam, "Gua beri waktu 5 menit. Lu mau selesai atau enggak, gua bakal cabut dari sini."

Jourell terkekeh kecil saat mendengar ancaman Rexton, "Sayang sekali, Rex. Padahal gua udah mesenin minuman kesukaan lu. Gimana kalo lu duduk dan kita ngobrol di sini kayak biasanya?"

"Waktu lu tinggal 4 menit lagi."

Jourell tersenyum pahit saat Rexton sudah tidak lagi menyebut namanya. Apa seburuk itu namanya diucapkan?

"Ini tentang Illeana, Rex," ujar Jourell.

"Jangan sebut nama Illeana pake mulut kotor lu itu."

"Hahaha ....," Jourell menyipitkan matanya saat ia tertawa. Matanya yang tertutup tampak indah seperti bulan sabit, semua orang pasti setuju bahwa Jourell adalah keindahan saat melihatnya tertawa.

Namun, Rexton tidak. Rexton merasa kesal saat melihat Jourell tertawa saat mendengar ucapan Rexton seakan perkataan Rexton adalah lelucon baginya.

"... enggak apa-apa dong gua sebut namanya pake mulut kotor gua? Toh, dia juga sama kotornya kayak gua," Sambung Jourell setelah menyelesaikan tawanya.

Mendengar ucapan Jourell, Rexton langsung menerjang Jourell dan mencengkram kerah pakaian yang dikenakan Jourell, "Apa maksud lu, sialan?"

Bukannya menjawab pertanyaan Rexton, pandangan Jourell justru jatuh pada bibir penuh Rexton, "Kalo dari jarak sedekat ini mungkin gua bisa cium lu, Rex."

"Bangsat!" Seru Rexton kemudian melemparkan tubuh Jourell hingga punggung Jourell menubruk meja bar dengan keras.

Jourell terbatuk sebentar, "Coba tanya sama dia, kemana dia Minggu lalu?"

Rexton terdiam. Minggu lalu adalah saat di mana Illeana pergi dari apartemen Rexton karena pertengkaran mereka.

"Itu gara-gara lu, bangsat."

Jourell mengulas senyum remeh, "Yakin gara-gara gua? Bukan gara-gara laki-laki lain, Rex?"

Tangan Rexton mengepal saat mendengar perkataan Jourell, "Gua enggak punya waktu ngeladenin laki-laki gila kayak lu."

Saat Rexton ingin berbalik meninggalkan Jourell, Jourell menghentikan Rexton dengan suaranya, "Coba lu tanya sama diri lu sendiri? Apa bener Illeana setia sama lu?"

"Minggu kemarin gua liat dia dianter sama cowok lain ke depan apartemen kalian."

"Mereka keliatan akrab satu sama lain."

DE(VI)LICIOUS SERIES [END]✓Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu