Pengakuan.

213 16 3
                                    

Thitipoom terdiam dibalkon kamarnya. Ia sedang tidak mau kemana-mana dan lagi pula ia juga tidak tahu mau kemana.

Seperti biasa, ia bangun tidur tidak ada siapa-siapa. Tawan entah kemana dan Yohan juga dimana. Hidupnya sehari-hari hanya merasa sepi yang ia pendam sendiri. Bercerita dengan Attaphan pun tidak membuatnya tidak merasa kesepian. Laki-laki mungil itu memiliki beban hidup sendiri.

Thitipoom melihat ponselnya, ia bermain game sebentar. Ada game tsum-tsum kesukaannya tapi entah kenapa akhir-akhir ini ia suka mulai bosan. Thitipoom hanya main sebentar, kemudian ia meletakkan lagi ponselnya.

Angin berhembus menerpa wajahnya. Hari ini panas sekali memang tapi cukup terselamatkan oleh angin kencang. Thitipoom melihat satpam dan tukang kebun berbincang entah apa yang membuatnya tiba-tiba mengingat mimpinya tadi malam.

Kak, takut....

Kita harus cari ayah dulu yo. Percaya sama kakak..

Mimpi yang selalu hadir tiap malam yang sampai Thitipoom hapal dengan mimpi yang ia rasa segelintir ingatan masa lalunya. Suara anak kecil selain dirinya adalah yohan.

Ingatan Thitipoom hilang sebatas beberapa tahun yang lalu dimana ia kuliah semester 2 dimana Ayahnya meninggal di dalam kecelakaan bersama dirinya— katanya.

Hanya moment itu saja. Ingatan lainnya masih lengkap. Maka dari itu, Thitipoom tidak ambil pusing. Ia juga tidak begitu dekat dengan sang Ayah seingatnya ditambah Yohan serta Tawan menyarankan tidak usah memaksa untuk mengingat hal tersebut.

Thitipoom tidak ambil pusing. Ia menurut.

Tapi, mimpi itu akhir-akhir ini menganggu dirinya. Hanya gelap dalam mimpi itu tapi ia bisa merasakan bagaimana rasa takut adiknya dan dirinya. Entah sedang situasi apa, Thitipoom tidak mengerti.

Ingin rasanya menanyakan kepada Yohan. Tapi, adiknya satu itu tidak pernah pulang sama sekali seperti Tawan.

Sepertinya, mereka mengabaikan Thitipoom.

Thitipoom berdiri. Sudah cukup ia duduk di kursi balkonnya. Cahaya Matahari sudah mulai menghampiri wajahnya sehingga Thitipoom memutuskan untuk masuk. Thitipoom berjalan ke tempat tidurnya, ia duduk disampingnya untuk mengambil posisi tidur tapi ada satu kertas kecil mencuri perhatiannya.

Kartu nama

Jumpol Adulkittiporn
CEO 'A Grup'

081528900××

Thitipoom memainkan kertas kecil tersebut sembari membuka aplikasi pesan pada handphonenya. Sebagai teman, ingin sekali Thitipoom mengirimkan pesan dahulu.

Lumayan, sebagai nambah teman.

Tapi ia ingat statusnya sekarang sebagai suami Tawan membuatnya berpikir berkali-kali. Thitipoom.Bosan, ia butuh teman, tapi tidak ada.

Chat gak ya?

Thitipoom menaruh tubuhnya di kasur empuknya. Ia miringkan badannya sembari tetap melihat kartu nama dan aplikasi pesan di ponselnya. Thitipoom merejapkan matanya dan tangannya mulai mengetik nomor yang tertulis disana.

Thitipoom

Hai
Ini gue, yang bajunya lo kotorin.

Jumpol

Oh, hai
Apa kabar?
Bajunya mau diganti?

Thitipoom

Ga usah
Gue cuman iseng chat
Siapa tau kartu nama bodong

FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang