Sepi

246 21 1
                                    

Thitipoom duduk menepi dari keramaian. Entah Tawan kemana, ia tak tahu. Setelah ia dikenalkan ke seluruh manusia disana, Tawan meninggalkannya begitu saja untuk berbincang dengan rekan-rekannya.

Iya, singkatnya, fungsi Thitipoom disini sudab selesai.

Thitipoom meminum satu gelas kecil wine. Melihat sekitarnya barang kali ia menemukan seseorang yang ia kenal. Siapapun itu. Entah teman sekolahnya, teman kuliahnya atau teman seklubnya. Siapapun itu.

Thitipoom mengendus kesal. Apa sungguhan tidak ada sama sekali? Thitipoom sudah kepalang bosan. Andai saja ia dapat menemukan Tawan, ia akan beracting merengek didepan rekan kerja Tawan agar mereka bisa cepat pulang.

Biar saja jika ia dikatakan urat malunya putus.

Yang penting ia bisa bebas.

"Hello. Kita ketemu lagi?"

Thitipoom yang merasa disapa dan diajak bicara menoleh kanan. Ada sosok yang ia kenal, Jumpol Adulkittiporn. Laki-laki yang menumpahkan minuman ke bajunya sekaligus laki-laki yang menemaninya melewati rasa suntuk tadi siang.

"Loh, lo hadir?"

Jumpol menangguk "yah... ini pesta kakak ipar gue. Iya, pastinya gue dateng"

Thitipoom melonggo "berarti?...."

Jumpol mengangguk "Iya. Kaka ipar gue mantannya Tawan"

Thitipoom tersenyum kaku. Dunia sungguhan sempit sekali. Ia tidak menyangka bahwa kakak ipar teman barunya merupakan mantan suaminya. Thitipoom menuangkan segelas wine lagi dan meminumnya satu kali tenggukan.

"Semuanya palsu" ucap Jumpol tiba-tiba. Thitipoom menaikan satu alisnya bertanya tanpa kata "Lo liat aja. Semua senyum-senyum, ketawa-ketawa bareng. Saling sapa dan sok akrab. Ya nyatanya, gak banyak dari mereka yang musuh dalam selimut, ya kan?" Lanjut Jumpol memberikan pengertian maksud dari yang ia ucapkan tadi.

Thitipoom terdiam. Ia melihat sekelilingnya. Benar memang, semua disini saling menyapa akrab. Terlihat sekali mana yang berkuasa dan tidak. Yang berkuasa akan terlihat menonjol karena yang tidak berkuasa menyapa mereka, menjilat mereka, dan berusaha akrab dengan mereka.

Tidak kaget. Hubungan bisnis memang seperti ini. Thitipoom juga tahu, tak sedikit yang hadir disini juga memiliki kekuasaan politik.

"Lo sama Tawan?" Tanya Jumpol memecah suasana dengan menuang secangkir wine ke gelas baru yang ia raih tak jauh dari meja dimana mereka berada. Jumpol kemudian menuangkan ke gelas Thitipoom.

"Iya.. mau siapa lagi?" Ucap Thitipoom sembari terkekeh. Mereka berdua bersulang sampai bunyi gelas terdengar ting!

"Yah, padahal gue mau ngajakin ke tempat bagus"

"Berani juga lo ngajakin suami orang keluar"

Jumpol tertawa mendengar jawaban Thitipoom. Lucu juga, ia mengajak suami orang. Dan baru kali ini, Jumpol seperti ini.

"Ya itupun kalau lo mau" sahut Jumpol kemudian.

Thitipoom menggelengkan kepalanya heran. Iya, sebenarnya, ia bisa-bisa saja meninggalkan pesta ini. Thitipoom juga tidak khawatir dengan Tawan karena lelaki itu pasti tidak akan mencemaskannya.

Tapi, Thitipoom tahu etika. Ia tidak mungkin pulang tanpa Tawan. Ia juga tidak bisa menghilang begitu saja saat ini. Statusnya sebagai suami dari CEO V Grup harus ia jaga sebaik mungkin.

Karena Thitipoom tidak mau mempermalukan Tawan dan dirinya sendiri jika tiba-tiba ia kabur dengan orang lain.

Ponsel Thitipoom bergetar tiga kali, tanda pesan masuk dari Tawan. Ia ssngaja bedakan dari yang lain karena Tawan istimewa. Thitipoom tersenyum membaca pesannya.

Feelحيث تعيش القصص. اكتشف الآن