Pernikahan

230 15 0
                                    

Thitipoom menatap dirinya di kaca rias yang ada didepannya. Ia melihat dirinya sendiri memakai tuxedo bewarna putih dengan wajah yang di rias sesimple mungkin namun tetap bersinar. Thitipoom menghela napas, ia tidak menyangka bahwa hidupnya akan sampai dititik ini. Titik dimana ia akan menikah dan menjalani rumah tangga dengan orang yang ia cintai.

Namun, Thitipoom ragu. ia tidak tahu setelah ini akan seperti apa. 

Karena ia tahu, bahwa calon suaminya, Tawan, tidak pernah mencintainya. 

Thitipoom berkali-kali menghela napas. meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. mencoba menutup mata dengan masa depan suram mengingat bagaimana Tawan memperlakukannya selama ini. Thitipoom terus-terusan membohongi dirinya kalau ia tidak merasa khawatir setelah semua ini. 

"Thi, bengong aja lo! siap-siap, abis ini keluar. Calon suami lo udah siap soalnya"

Atthaphan, sahabatnya, menyadarkannya dari lamunan Thitipoom. Atthaphan juga meremas pundaknya berharap kekuatan dari dirinya tersalurkan kepada sahabatnya. Thitipoom tersenyum dan mengangguk yakin. 

"Kak Thi, udah siap? Mas Tawan dan yang lain udah nunggu di depan"

---

"I Tawan take you Thitipoom Techaapaikhun to be my wedded husband. To have to hold, from this day forward, for batter, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto i pledge you my faithfulness".

"I Thitipoom Techaapaikhun to be my wedded husband. To have to hold, from this day forward, for batter, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto i pledge you my faithfulness".

Semua orang bertepuk tangan dengan meriah setelah mendengar janji suci yang mereka ikrarkan di atas altar. Riuh kebahagiaan semua orang begitu terasa terutama keluarganya dan kolega-kolega bisnis yang hadir disini. Mata Thitipoom menatap semua orang tersenyum, ia juga bahagia sekali rasanya sekaligus lega karena bisa dengan lancar mengucapkan janji pernikahannya. 

Senyum Thitipoom yang merekah bagai bunga mawar yang baru saja mekar seketika layu saat matanya bertemu dengan Tawan. Mata Tawan begitu dingin. Tidak ada senyuman sama sekali dibibirnya. Tawan menyematkan cicin pernikahan di jari manisnya secara kasar. Hati Thitipoom tiba-tiba terasa nyeri hingga kebahagian yang ia rasakan beberapa detik tadi menjadi hambar atau bahkan hilang begitu saja. 

"Cium! Cium! Cium!"

Semua orang menyoraki mereka untuk saling menguarakan cinta usai janji suci dengan ciuman. Thitipoom menatap Tawan nanar tapi Tawan begitu dingin tak tersentuh. Langkahnya maju tepat di depan Thitipoom sampai tidak ada jarak diantara mereka. Kemudian Tawan memeluk pingang Thitipoom hingga Thitipoom terkejut. Matanya terpejam saat Tawan mendekat, bibir mereka saling menyentuh dan sedetik kemudian, semuanya usai.

Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada ini. Tawan menyematkan jempolnya diantara bibir mereka disaat harusnya mereka saling mencium penuh dengan kasih sayang usai janji pernikahan mereka. Thi, kamu terlalu banyak berharap...

---

Semua acara selesai sudah. Thitipoom terlalu lelah dengan ini. Apalagi, ia harus berpura-pura tersenyum bahagia didepan semua orang. Tidak ada yang memahaminya, Tidak ada yang mengeerti, semuanya larut dalam pesta usai pernikahan.

Bahkan, tidak ada yang menyadari Tawan sudah hilang dari acara pernikahannya sendiri. 

Thitipoom membersikan make upnya di hotel tempat acara pernikahannya. tentu saja, ia izin kembali duluan. Semuanya memakluminya, karena ini sudah pukul 10 malam dan ini waktunya pengantin baru malam pertama bukan?

Thitipoom berkali-kali menghubungi Tawan tapi tidak ada satu panggilan pun yang suaminya jawab. Semuanya ditolak. Ini bukan pertama kalinya, bahkan setiap Thitipoom telepon Tawan hampir semuanya ia tolak. Thitipoom sudah terbiasa sebetulnya. 

Tapi bukan itu masalahnya. Ia takut jika keluarganya tiba-tiba ke kamarnya tapi mendapati Tawan tidak ada. Thitipoom mau jawab apa? ia tadi saja sudah lelah berbohong karena banyak sekali yang mempertanyakan keberadaan Tawan dimana. Masa, ia harus berbohong lagi, sih?

Thitipoom meletakan ponselnya dimeja rias. ia menyandarkan punggungnya yang hampir patah karena seharian berdiri itu ke kursi. Kakinya ia regangkan. Thitipoom sedikit lega untuk ini. 

"Tawan berengsek!" umpatnya saat lagi-lagi Tawan tidak bisa dihubungi. 

Thitipoom menyerah. ia tidak menghubungi Tawan lagi. Persetanan suami barunya itu dimana, ia tidak peduli. Thitipoom melepaskan semua bajunya hingga tersisa celana pendek saja dan membuka koper miliknya dimana baju-bajunya berada. Thitipoom mengendus kesal mendapati tidak ada baju yang bisa dipakai, semuanya baju kurang bahan. Ini pasti kerjaan bibinya. 

"Gue harus pakek baju apa, anjing?"

Thitipoom akhirnya menyerah. ia terlalu lelah, toh Tawan tidak akan kesini pasti. New akhirnya mendaratkan dirinya ke kasur empuk dan menarik selimut tebalnya. Tidur hanya dengan celana pendek tidak masalah, hanya ada dia dikamar ini. Anggap saja, ia usai bercinta dengan suaminya yang entah dimana itu.

FeelWhere stories live. Discover now