01. The Grey Memoir

3 0 0
                                    

Semuanya bermula dari kegelapan.

Gulita yang menutup jarak pandang memeluknya dengan sangat erat. Hawa aneh yang menyesakkan itu perlahan semakin membuat dadanya tertekan.
"Yukyoung... Yukyoung...."

Sebisik suara yang terasa begitu jauh menggelitik telinganya. Yukyoung menoleh, mengedarkan pandangannya. Semuanya masih saja gelap, sebelum tiba-tiba semuanya menjadi begitu menyilaukan.

Seketika gadis itu berpindah ke sebuah hutan dingin yang diteduhi awan kelabu yang murung. Pepohonan yang berderet menyambutnya dengan kesunyian. Bahkan angin pun enggan untuk mengembuskan sedikit udara untuk menghidupkan suasana. Namun, udara tipis dengan suhu rendah yang begitu menusuk membuatnya menggigil.

"Yukyoung... Yukyoung...."

Bisikan suara itu terdengar semakin kentara. Semakin jelas, suara itu terasa begitu berat dan dalam, membuat bulu romanya semakin meremang. Sekali lagi Yukyoung menoleh ke belakang, mengedarkan pandangannya ke segala arah, tetapi masih belum menemukan sesuatu selain rimbunnya belukar dan pepohonan yang membeku.

"Yukyoung... Yukyoung...."

Yukyoung memutar tubuhnya, menajamkan fokus netranya, dan menelisik setiap inci ruang hutan yang dingin itu dengan putus asa. Keringat yang meluncur di tengah udara dingin membuatnya semakin terganggu.

Matanya kini tertuju pada sebuah bangunan tua kecil yang usang. Bangunan tua itu tampak seperti kuil, dengan corak kuno yang mulai lapuk dimakan usia. Melihat bangunan itu, kaki Yukyoung refleks bergerak. Namun, setelah dua langkah, kakinya kembali berhenti.

Dia ingat sekarang. Bangunan itu. Hutan yang kini ia jajaki. Hawa tipis yang aneh dan udara dinginnya yang menusuk. Semuanya berasal dari mimpi buruk yang sudah lama ia kubur.

Yukyoung mulai gemetar, dan keringat semakin deras mengguyur tubuhnya yang terasa kaku. Pikirannya yang kalut memaksa kakinya melangkah mundur. Namun, begitu dirinya hendak mengambil langkah ketiga, ada sesuatu yang menahannya dari belakang.

"Aku menemukanmu, Seo Yukyoung."

Serangan kejut membuat tubuh Yukyoung terlonjak. Kegelapan hutan itu sirna, terganti oleh pemandangan ruangan yang dipenuhi deretan meja dengan buku-buku yang menumpuk.

"Yukyoung!" Seseorang menepuk bahu kiri Yukyoung cukup keras, membuat tubuhnya kembali merasakan sengatan yang membuat tubuhnya tercekat.

Yukyoung menoleh ke kiri dan mendapati Han Soo Ri tengah memandangnya dengan tatapan kecut.

"Ah, Soo Ri," gumam Yukyoung parau. Dahinya masih tampak berkerut karena pusing dan pengar.

"Sampai kapan kau mau tidur? Sebentar lagi waktu istirahat hampir habis," ujar perempuan berambut sebatas bahu itu dengan suara yang sedikit mendengking.

Yukyoung menatap sekeliling. Benar juga. Beberapa saat yang lalu dirinya tertidur. Atau mungkin ketiduran. Ia tidak ingat pasti.

Soo Ri menaruh kotak makan siangnya di hadapan Yukyoung. Wanita berambut sebatas bahu itu segera membukanya, dan menunjukkan potongan kimbab yang saling berdesakkan di dalam kotak makan. Ia juga memberikan sepasang sumpit pada Yukyoung. "Kau belum makan apapun, 'kan? Bantu aku menghabiskannya."

"Kalau gak sanggup menghabiskannya sendiri, kenapa kau membuat segini banyak?" ujar Yukyoung.

"Semalam kau begadang mengerjakan administrasi kurikulum, 'kan? Aku yakin kau tidak akan sempat sarapan, apalagi membawa bekal. Tadi pagi saja kau cuma makan roti dari minimarket," ucap Soo Ri. Ia menarik kursinya ke meja Yukyoung dan mulai menikmati bekalnya.

Yukyoung tersenyum manis. "Ah, kamu tau aja. Terima kasih, loh."

Soo Ri membalas ucapan Yukyoung dengan lekuk senyum yang begitu cantik dan hangat, sebelum mempersilakan Yukyoung untuk mulai menikmati hidangannya.

Oh My DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang