01 | Siblings

2.3K 294 61
                                    

Suara riuh rendah peralatan masak yang saling beradu dengan teriakan para juru masak menggema ke seluruh sudut dapur siang ini. Sudah memasuki jam makan siang, jadi sangat wajar jika keadaan dapur menjadi cukup ramai dan chaos.

Semua orang yang berada di dapur tetap fokus pada pekerjaan mereka hingga tidak menghiraukan suara pintu dapur yang terbuka dan disusul dengan suara langkah masuk, yang kemudian dilanjutkan dengan suara perempuan yang setengah berteriak.

"All good, Team?!"

"YES, CHEF!!" jawab para pekerja—masih dengan fokus pada pekerjaan masing-masing.

Perempuan tersebut manggut-manggut, lalu melangkah untuk memeriksa daftar antrean pesanan. Dia mengernyit saat melihat masih banyak pesanan yang belum selesai dieksekusi.

"Guys, ingat time management-nya! Ini masih banyak order-an yang belum selesai. Jangan sampai ada komplain karena tamu kelamaan nunggu makanan dateng, ya."

"YES, CHEF!"

"Lho, Mbak Kaiya udah dateng?"

Merasa ada yang mengajaknya bicara, Kaiya mengalihkan atensinya pada perempuan yang sudah berdiri di sampingnya. Kaiya menaikkan kedua alisnya ketika melihat perempuan yang merupakan manajernya itu memasang ekspresi cemas. "Kenapa, Val?"

"Mbak, ada yang mau aku omongin ke Mbak Kaiya. Tapi, jangan di sini, Mbak. Berisik," jawab perempuan bernama Valerie itu.

"Yaudah, ke ruanganku aja."

Kaiya dan Valerie keluar dapur, lalu menuju ruangan kerja Kaiya. Di tengah langkahnya, Kaiya menyempatkan diri untuk mengamati keadaan para tamu di dalam restoran. So far, masih tampak aman terkendali.

Restoran bernama Sendok Kayu ini adalah restoran milik Kaiya. Restoran yang khusus menyediakan masakan khas Jawa Tengah itu selalu ramai pengunjung karena kualitas rasanya yang otentik.

Kaiya sendiri adalah seorang sarjana lulusan salah satu institut tata boga terbaik di Surabaya. Berbekal pengalaman bekerja di restoran dan hotel terkenal sebagai juru masak selama bertahun-tahun, Kaiya akhirnya percaya diri untuk membuka restorannya sendiri.

Kepercayaan pelanggan atas kualitas dan rasa masakan Sendok Kayu yang selalu dijaga oleh Kaiya membuat restoran tersebut berkembang pesat. Sedikit demi sedikit, Kaiya memperluas restorannya hingga menjadi seperti sekarang.

Sendok Kayu memiliki konsep rumah tradisional Jawa yang banyak dihiasi ukiran di sana-sini. Di bagian depannya, dibuat replika joglo supaya lebih terasa kesan Jawa-nya.

Lantai bawah merupakan bagian umum dari restoran, di mana para tamu bisa menikmati makanan mereka di sana. Terdapat pula smoking area di bagian teras luar. Dapur berada di bagian belakang restoran, sementara kantor berada di bangunan terpisah yang tidak jauh dari bangunan utama.

Di lantai atas bangunan utama, terdapat satu ruangan besar yang biasa digunakan sebagai tempat pertemuan atau meeting. Ruangan tersebut dapat disekat menjadi 3 ruangan yang lebih kecil.

Kaiya dan Valerie kini sudah berada di ruang kerja Kaiya, duduk berhadapan dengan meja kerja sebagai pemisah. Tanpa membuang waktu, Valerie langsung bercerita kalau baru saja ia mendapat telepon dari penyewa ruangan di lantai 2 yang akan mengadakan acara reuni esok lusa.

Si penyewa tersebut ingin mengganti menu utama, dari yang mulanya nasi liwet, mendadak minta diganti pindang serani dan mangut ikan manyung.

"Masalahnya, Mbak ...," lanjut Valerie. "Kita udah belanja bahan-bahan yang buat nasi liwet. Kalau mau dipakai buat persediaan, takutnya keburu pada busuk sebelum habis karena banyak banget. Terus aku udah coba tanya sama Pak Hendro—pemasok pindang dan mangut, dia bilang nggak punya stok sebanyak itu buat dikirim besok."

Us, Then? ✓ [Completed]Where stories live. Discover now