Tingkah lucu Aura mengundang geleng dan senyum bersamaan Bara dan Dira. Kedua manusia dewasa itu melakukan permintaan Aura.

Interaksi keduanya mengundang iri si gadis Rantai Hitam Crew akan suasana harmonis yang diciptakan tamunya. Lebih dari itu, ia salut akan kesabaran Bara, yang notabene tak memiliki pengalaman mengatasi anak kecil. Namun kenyataannya, si anak kecil justru menempel bak pranko. Mau heran tapi ini Aura. Aura yang sudah menganggap Bara seperti papanya.

Sampai sepiring spaghetti sosis sapi terakhir tertelan di perut Aura, datanglah seorang pemuda berambut gondrong sebahu yang juga menggenakan outfit sama seperti yang dikenakan oleh si gadis muda. Bedanya, si pemuda gondrong ini memakai kacamata. Kesan culun sekaligus sangar menjadi kesan pertama Bara saat melihatnya.

"Amit, Mas Bara." (Permisi, Mas Bara.) Si pemuda gondrong menyapa sopan.

"Ya?"

"Sampeyan disuruh nemuin manajer Istanbul untuk melapor perihal misi tempo hari. Oleh sebab itu, mari saya temani."

"Oke." Bara menoleh kepada si gadis muda, lalu berucap, "Kamu jagain Mbak Dira sama bocil ini, ya."

Si gadis muda mengangguk patuh. "Siap, Mas."

Terlebih dahulu Bara meletakkan Aura di tempat semula. Mata Aura seperti akan menangis, tapi buru-buru Bara menghiburnya. "Aura di sini dulu, oke? Papa mau ke toilet."

"Papa!" Aura mulai menangis. Meronta-ronta untuk turun, tak mau ditinggal.

Dira segera tanggap. Ia menggendong Aura sambil mengelus-elus punggung Aura. Dira berkata kepada Bara dengan gerakan bibir dan lirikan mata untuk Bara segera pergi dari sana.

Bara sempatkan mengelus pucuk kepala Aura. "Aku akan segera kembali."

***

Ruangan tempat manajer Istanbul terletak di lantai 2. Cukup memakai tangga sebelah kanan, Bara telah tiba di depan ruangan berpintu ganda. Kayu jati yang diukir membentuk bunga Wijayakusuma meninggalkan kesan estetik, syarat akan keindahan setiap mata yang memandang.

Si pemuda gondrong mengetuk pintu, sambil bersuara, "Permisi, Bu Ratu. Saya datang sama Mas Bara."

"Masuk!"

Satu pintu didorong, si pemuda gondrong mempersilahkan Bara masuk terlebih dahulu. Langkah Bara sedikit ragu. Ia merasakan sedikit bahaya. Insting kejantanannya mengatakan jika Bara harus pergi dari sana. Tetapi, sungguh terlambat.

Wush!

Sambutan yang pertama Bara dapat adalah seekor kucing yang tiba-tiba menerjang ke arahnya. Kucing gembul berbulu putih bersih. Menempel di muka Bara sambil mengeong.

"MBOKNE ANCOK! ENGGERNO SETAN IKI TEKAN RAIKU, COK!" (BEDEBAH! SINGKIRKAN SETAN INI DARI WAJAHKU, COK!) Bara berteriak seperti wanita. Semua orang melongo saat melihat Bara yang bergerak layaknya seekor banci. Ia menggibas-gibaskan si kucing putih sambil meronta-ronta. Ada ketakutan setiap suaranya melengking minta tolong.

Sontak, orang-orang yang di sana ikut panik. Tak terkecuali seorang lelaki yang sedang tertidur di atas sofa bantalan boneka Spongebob langsung duduk. Mengerjap-ngerjapkan matanya yang layu, lalu memandang ke sumber keributan.

Hak Asasi Money 21+ [On Going]Where stories live. Discover now