3|Perjodohan

425 14 0
                                    

"Ganteng sih iya, tapi minim akhlak sama mahasiswanya. Mukanya masih keliatan muda sih, tapi umurnya udah 25tahun. Penampilannya juga oke sih, tapi kalo ngomong ngalahin kaya es balok, dingin banget dan datar. "

"Kenapa sih Ay? "

Malam ini Khalisa sedang bertelponan dengan Ayana sekaligus menanyakan tugas tadi pagi. Tuhkan, bener yang dikatakan Ayana. Dosen tengil itu sudah memberikan tugas dihari pertamanya masuk ke kelas.

Bukannya menjawab, Ayana justru mengeluarkan unek-uneknya lagi yang belum selesai tadi siang. Khalisa hanya mengelus dadanya sabar. Kalau bukan untuk menanyakan tugas, Khalisa sangat malas bertelponan malam-malam begini dengan Ayana.

"Sorry ya, habisnya gue masih sebel sama tuh dosen. Oiya lu mau tanya tugas kan ya? Gara-gara dia nih, gue jadi lupa "

Selang beberapa menit Ayana berucap melalui telepon, menjelaskan semua tentang tugas yang diberikan oleh dosen tengilnya itu. Setelah itu Ayana izin memutuskan panggilannya.

Jari-jari Khalisa sangat lancar mengetik beberapa huruf dan angka di keyboard laptopnya, Khalisa menghembuskan nafasnya berat. Akibat masalah tadi siang, dia jadi belum mengerjakan tugasnya. Mungkin malam ini Khalisa akan begadang lagi.

Suara ketukan pintu membuat Khalisa sedikit terkejut. Gadis itu menutup laptopnya terlebih dahulu lalu berjalan untuk membukakan pintu. Ternyata wanita paruh baya yang sedang tersenyum setelah Khalisa membuka pintu kamarnya.

"Khali, ikut umi bentar yuk " ajak umi Dila.

"Kemana? " tanya Khalisa penasaran, karena jarang sekali uminya bersikap aneh seperti sekarang.

Umi Dila tersenyum tanpa menjawab pertanyaan dari putrinya, kemudian membawa Khalisa ke ruang keluarga.

Khalisa mengerutkan kening heran saat mendapati abinya ada di ruang keluarga dengan wajah serius.

"Kesini bentar nak, abi mau ngobrol sama kamu. "

Khalisa berjalan ke arah ruang keluarga itu kemudian mengambil duduk disebelah Malik, abinya.

"Kenapa bi? "

Malik mengkide istrinya untuk meminta persetujuan. Umi Dila mengangguk pelan sambil tersenyum.

"Kita sepakat untuk menjodohkan kamu, " ucap abinya to the poin.

Khalisa mengerjapkan matanya berkali kali.

"Hah? " Beonya bingung.

"Kamu akan menikah. "

"Gak usah bercanda bi, ngga lucu ah. "

"Kita serius, Khali " kini giliran umi yang berucap.

"Abi mau menikahkan kamu supaya kamu itu ada yang menjaga, usia kamu udah cukup dewasa untuk menikah jadi abi gak mau kamu pacaran dengan lelaki sembarangan. "

Khalisa menutup matanya sejenak, mencoba menetralkan emosinya.

"Enggak, Khali gak mau! " ucapnya kemudian berlalu meninggalkan kedua orangtuanya.

"Lihat? Sudah lihat kan sikap dia yang tak sopan, orangtua sedang bicara malah main nylonong pergi begitu aja " Malik berucap dengan menahan emosinya.

"Udah bi, sabar. Biar umi saja yang nyamperin khali ya " ucap umi Dila menenangkan suaminya.

Setelah dirasa suaminya sudah sedikit merasa tenang, umi Dila pergi beranjak menghampiri putrinya yang berada di kamar.

"Mau sampai kapan, anak itu nolak terus perintah dari orang tuanya " gumam Malik yang masih dikuasai amarahnya.

HI, GANTENG! (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang