"Kenniro...buka mata kamu..hikss.. Mama mohon..."

"Kita pergi dari sini ya Ma? Kita akan tinggal di rumah yang dulu, tanpa Papa. Ken benar-benar nggak suka tinggal disini"

Tangisan Irene semakin mengeras kala perkataan Kenniro waktu itu terngiang di telinganya. Seolah, Kenniro kembali mengatakan hal yang sama di depannya, menatapnya, menggenggam kedua tangannya seperti malam itu. Tapi kenyataannya sekarang Kenniro menutup kedua mata juga bibirnya

Seharusnya ia menuruti permintaan Kenniro saat itu. Dengan begitu, Kenniro tak akan pernah mengalami hal semacam ini. Jika sudah begini siapa yang patut disalahkan? Apakah Demario yang telah menanam kebencian di hati ribuan manusia atau malah dirinya sendiri yang mengabaikan permintaan Putranya? Bukan sekali dua kali Kenniro meminta pergi dari sini, tapi berkali-kali. Tapi ia mengabaikannya.

.

.

.

"Dokter! Tingkat kesadaran pasien mengalami penurunan!"

Sang Dokter yang menangani segera melihat ke arah mesin EKG mengamati angka yang semakin menurun di setiap detiknya

"Siapkan Defibilator!"

Para suster berbondong-bondong mengambilkan apa yang di minta oleh  Dokter itu. Sedangkan Dokter itu sendiri merobek asal baju yang tengah di pakai Kenniro dan melepas semua alat-alat yang tertempel di dadanya

"150 joule"

"Shoot!"

"Suntikkan epinefrin!" Ujar Dokter sedikit berteriak. Salah satu perawat pun langsung menyuntikkan nya lewat cairan infus

"Isi daya, 150 joule"

Tubuh Kenniro tersentak kala alat itu di tempelkan di dadanya. Sang Dokter kembali melihat ke layar EKG yang masih menunjukkan penurunan

"Lagi!"

"200 Joule"

Seorang perawat mengangguk saat sang Dokter melihat ke arahnya

"Shoot!!"

Dokter itu terlihat sangat frustasi. Ia tak bodoh untuk mengenali siapa pasien yang tengah ia tangani saat ini. Jika ia gagal, maka sudah dipastikan ia akan merenggang nyawa hari ini juga

Kenniro sama sekali tak menunjukkan perubahan, keadaannya masih sama dengan kondisi yang sangat kritis

Tusukan yang di dapatnya cukup dalam dan hampir saja mengenai organ sekepalan tangan

Sedangkan Irene menangis di dekapan Olivia, menatap kearah kaca transparan sebagai tembok penghalang antara ia dan putranya. Hatinya tak begitu kuat untuk melihat tubuh Putranya yang terbaring di atas brankar rumah sakit

Sesak melanda di rongga dadanya, setiap isakan yang ia keluarkan terdengar memilukan. Putranya terlihat sangat rapuh di dalam sana, sungguh Irene tak bisa melihatnya

Jika pun bisa, Irene akan menggantikan posisi Kenniro saat ini. Takdir seolah sedang memainkan kehidupan buah hatinya

"Oliv, Putraku akan baik-baik saja kan?" Tanya Irene dengan air mata yang masih membasahi pipi putihnya

"Tentu, Kenniro akan baik-baik saja" jawab Olivia dengan tegas seolah menyangkal apa yang telah terjadi pada Putra tunggal Demario, tapi kenyataannya tak seperti itu. Siapapun bisa melihat keadaan Kenniro saat ini jauh untuk dikatakan baik-baik saja

Tapi setidaknya, jawaban dari Olivia membuat hati Irene sedikit tenang, membuat Irene meneguhkan pada hatinya bahwa Kenniro akan baik-baik saja dan akan berkumpul bersama keluarga seperti sediakala

Tapi bagaimana jika Kenniro menyerahkan kehidupannya saat ini pada tuhan? Apa yang harus dilakukan sosok ibu yang tengah sama rapuhnya saat ini?

Irene tak henti-hentinya memandangi kaca transparan yang memperlihatkan beberapa petugas medis yang berusaha mengembalikan detak jantung Putranya

"Kenniro" lirih Irene

"Maafkan Mama...."

Irene menunduk, tangisnya kembali dengan sesenggukan yang tak kunjung berhenti. Dadanya terasa sesak, rasa sakit yang tak kasat mata menghujam tubuhnya

Irene merasa tak berguna, di saat Putranya terbaring tak berdaya ia hanya bisa menatap dari luar kaca. Panjatan do'a tak henti-hentinya ia lantunkan pada tuhan dalam hatinya

Pada akhirnya, harta dan kuasa akan tunduk di hadapan takdir sang pencipta semesta. memporak-porandakan hati sosok ibu yang kini di lingkari oleh jurang penyesalan

Mungkin jika di dunia harta dan tahta adalah segalanya. Tapi jika di hadapkan dengan takdir tuhan, mereka bisa apa?






"Siapa yang mau jadi anaknya si Mario! Gue mau pensiun, bye!!" ~ Ken

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Siapa yang mau jadi anaknya si Mario! Gue mau pensiun, bye!!" ~ Ken




.

.

.

End?

🍄🍄🍄

ALESSANDRO||END||Where stories live. Discover now