Little Things 1

20.3K 589 8
                                    

Aku memuja dia.
Aku menginginkan sesuatu darinya.
Ya, hatinya.

Siapa yang tidak suka dengannya? Seakan-akan seperti hanya dia yang selalu aku puja.

Aku tersenyum getir saat dia melewati hari selalu sendirian.

Bagaimana caranya? Mengungkapkan isi hati ku? Ah sudahlah, lupakan saja.

Apapun itu yang pasti membuatnya dia bahagia. Aku pastikan kau akan kembali seperti dulu lagi.

**

Siswa-siswi berdiri di bawah terik matahari pagi. Upacara yang dilakukan setiap hari senin membuat kita harus berjemur. Panas, bosan mendengarkan ceramah yang bisa dibilang masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.

Membosankan. Batin Afra.

Afra Zahira. Siswi yang sangat populer karena pintar dan caranya berpikir dengan cerdas. Dia tidak secantik siswi-siswi lainnya. Tapi, hanya jadi kebanggaan guru. Dan itu membuat Afra dimusuhi, diusik hidupnya, alias menjadi bulan-bulanan di sekolah.

Afra melirik dari ujung mata, kanan dan kiri ke atas dan ke bawah. Dan meniup-niup dahinya sendiri dengan mulutnya karena basah akibat keringat.

Afra sangat terusik dengan semua orang di sini. Sekolah hanya menjadi ajang gengsi besar-besaran dan ajang mencari popularitas. Terkadang Afra mendelik jijik melihat tingkah laku anak murid yang semakin hari menurutnya semakin tidak beretika.

Dari lirikkan mata Afra. Afra sesekali melihat ke bagian depan agak serong ke kiri, tempat berkumpulnya para siswa laki-laki. Afra melihat satu orang yang menarik perhatiannya secara sengaja.

Afra tidak tahu siapa siswa itu, yang jelas dia bernasib sama dengannya. Namun dia lebih pandai bergaul, bukannya malah dijadikan bahan bulan-bulanan tetapi dipuja-puja seluruh sekolah.

Tidak adil untuk Afra. Sangat tidak adil.

"Afra jangan gerak-gerak kita diawasi guru dari belakang." bisik Clay dari belakang Afra.

Afra mengangguk mengerti. Meskipun itu, ada hal yang tidak dimengerti oleh Afra.

Mengapa siswa itu sangat jarang terlihat?

Kring... Kring...

Bel masuk berbunyi. Ternyata upacara bendera telah selesai. Afra sedari tadi melamunkan sesuatu yang tidak harus dipikirkannya.

"Afra! Ayo masuk kelas. Panas banget nih." ucap Clay sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke daerah wajahnya.

"i-iya." Jawab Afra dan mengikuti langkah Clay dari belakang.

Debuk...

"hahahhaahhahahahha."

Afra meringis. Ada yang sengaja mencelakakan Afra. Afra hampir saja mendarat ke tanah pada bagian kepalanya.

Untunglah kedua tangannya reflek menjadi penahan untuk berat badannya.

Clay yang menghadap ke arah suara langsung kaget dan menghampiri Afra.

"Afra! Lo nggak apa-apa?" Tanyanya sambil memegang seluruh bagian tubuh Afra.

Afra meringis kesakitan, "gue gak bisa berdiri. Kaki gue keseleo."

Clay langsung memapah Afra dengan sigap. Dia tidak akan pernah meninggalkan sahabat terbaiknya.

"biar gue bantu." ucap seorang siswa laki-laki.

Clay tidak ingin dibantu siapapun, karena semua siswa dan siswi di sini munafik.

"Gak. Gue bisa bawa dia ke UKS sendirian." ucap Clay dengan nada membentak.

Little ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang