9. Rooftop Langit Jingga

Start from the beginning
                                    

Semesta tidak tahu pasti, entah ini gedung apa dan milik siapa, yang jelas rooftop langit jingga ini ia temukan saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sekitar 7 tahun yang lalu, saat usianya masih 13 tahun.

Letak gedung ini memang tidak terlalu jauh dari komplek perumahan tempat Semesta tinggal. Hanya berkisar sekitar lima menit jika menggunakan mobil. Akan tetapi, karena letaknya tepat di pinggir jalan raya dan dipenuhi oleh semak belukar di sekitarnya, orang-orang tidak mengetahui tempat ini. Lebih tepatnya mereka tidak sadar jika ada sebuah gedung kosong di pinggir jalan dengan rooftop yang mempunyai pemandangan cantik ketika senja datang.

Kala itu, sepulang sekolah, Semesta tidak dijemput oleh Bunda yang mendadak sakit. Sementara itu, Ayah yang sedang tugas di luar kota tidak bisa menggantikan tugas sang Bunda untuk menjemputnya. Hal itulah yang membuat Semesta nekat pulang berjalan kaki. Beberapa teman Semesta sudah sempat menawarkan tebengan meski semua berujung penolakan darinya.

Dari kecil, Semesta memang tipe orang yang tidak enakan. Ia tidak suka merepotkan orang lain. Selagi dirinya bisa melakukan sendiri, Semesta akan melakukannya sendiri. Tanpa meminta bantuan pada siapapun. Ditambah jarak antara sekolah dan rumahnya memang tidak terlalu jauh. Membuat Semesta kala itu semakin yakin jika dirinya bisa pulang sendiri dengan berjalan kaki. Tidak perlu naik angkot atau transportasi umum lainnya.

Namun, saat itu kejadian tak terduga menimpa Semesta di pertengahan jalan. Siapa sangka, tiba-tiba seekor anjing berwajah garang berlari ke arahnya. Dengan terkejut Semesta yang sebenarnya tidak takut dengan anjing, reflek berlari karena anjing itu terus mengejarnya dengan gonggongan keras seperti ingin menyerang.

Semesta berlari dengan arah tidak menentu. Kemana saja asal dirinya mendapatkan tempat aman untuk menghindari amukan anjing tersebut. Sampai akhirnya ia menemukan gedung kosong dengan rooftop luas yang bisa ia akses dengan mudah. Tak banyak berpikir, kala itu Semesta buru-buru berlari menaiki tangga untuk bersembunyi di sana. Memastikan anjing yang menunggunya di bawah sudah pergi menjauh. Beruntung tidak lama kemudian, anjing liar itu benar-benar pergi. Sore itu Semesta selamat dari kejaran anjing dan bonusnya ia mendapatkan tempat favorit dengan pemandangan cantik ini.

Sejak kejadian tidak terduga itulah, Semesta sering mendatangi rooftop langit jingga. Terutama di waktu-waktu jika dirinya ingin menyendiri untuk mencari ketenangan. Tak jarang, Semesta ke tempat ini sambil membawa gitar dan kamera kesayangannya seperti sekarang. Ia akan bernyanyi menggunakan petikan gitar diiringi aroma angin sore kesukaannya. Juga mengambil beberapa potret langit senja dari kameranya untuk ia jadikan koleksi.

Setidaknya untuk saat ini Semesta merasa tenang karena tidak ada yang tahu tempat favoritnya ini selain dirinya dan Atlas. Termasuk sang Kakek. Pria tua itu tidak pernah tahu jika Semesta sering pergi ke tempat rahasia ini.

Tangan Semesta bergerak ke atas. Ia menyugar rambutnya ke belakang setelah mengambil beberapa potret langit dari kamera yang kembali ia gantungkan di leher. Seharusnya sore ini Mentari ia tunjukkan tempat ini untuk pertama kalinya. Sayangnya, rencana mengenalkan rooftop langit jingga pada Mentari harus gagal karena tidak adanya kabar dari cewek itu sampai sekarang.

Jika boleh jujur, sebenarnya Semesta sedikit kecewa. Pasalnya ia sudah menyiapkan semuanya. Ia juga berniat akan menyanyikan sebuah lagu dengan petikan gitar untuk Mentari saat menyaksikan matahari terbenam bersama. Sayangnya itu semua hanya menjadi sebatas rencana dan harapan belaka.

"Waduh. Nggak jadi makan-makan sama Mentari, nih?"

Entah sejak kapan, tiba-tiba Atlas, sepupunya yang kadang-kadang—ralat, sering menyebalkan itu sudah duduk di atas karpet penuh makanan dan camilan yang tadinya Semesta siapkan untuk menyambut kedatangan Mentari. Selain menikmati senja diiringi nyanyian dan petikan gitar, Semesta memang berencana untuk mengajak Mentari makan di rooftop dengan konsep ala-ala piknik. Konsep yang kemungkinan besar akan Mentari sukai.

Peluk untuk SemestaWhere stories live. Discover now