III

63 11 0
                                    

Kau pergi dengan semua barangmu.
Tidak meninggalkan jejak sekalipun itu bayangmu.

.

.

.

.

Kemarin setelah aku menghajar bajingan yang mecumbumu, aku dilaporkan dan harus menebus kesalahanku di kantor polisi. Aku harus menanggung biaya rumah sakit bajingan itu.

Setelah itu, ketika aku tertidur di sofa karena tidak sanggup bertemu denganmu. Samar aku melihat dirimu menangis dibawahku, menggenggam tanganku yang masih terluka basah. Kau membersihkannya, mengobatinya sembari menahan isakmu. Aku hanya berpaling, memilih seolah tertidur lelap tanpa merasa terganggu.

Kau tidak tahu Jimin, bahwa aku pun menangis melihatmu separuh hancur seperti ini.

.

.

.

.

Setelah aku terbangun, aku sadar bahwa tidak ada lagi hangat suaramu, tidak ada manis senyummu. Semua hampa dan sunyi. Tidak ada pakaianmu di lemari, tidak ada figuran fotomu di meja kita. 

Setengah mati aku mencarimu, Jimin.
Bertanya pada keluargamu, namun mereka bungkam dan mengusirku. Menghubungi rekan dan teman terdekatmu, mereka bahkan tidak tahu bahwa kau telah pergi.

Tuhan, jika aku pernah mengatakan bahwa aku meragu atasnya. Maka tetapkan hatiku agar tetap tegar menahannya. Karena sekuat apapun hati ini, masih tidak akan sanggup jika kehilangannya.

.

.

.

.

Aku mencintaimu, Jimin.
Aku masih mencintaimu. 
Pulanglah dan kembali padaku. Jika menyakitiku adalah bahagiamu, maka matikanlah aku dalam pelukmu. Supaya aku tahu, kematian yang menenangkan adalah bersamamu.

HiraethHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin