2. Basket

20 4 0
                                    

Entah sudah berapa banyak siswa yang memenuhi tribun SMA Cendrawasih sore itu.

Berbagai sorakan sudah memenuhi tribun. Terlihat jelas tribun Cendrawasih telah penuh oleh siswa-siswinya.

Kaki Khansa yang tadinya berjalan mengikuti Aksara tiba-tiba berhenti melihat betapa banyaknya anak Cendrawasih yang hadir di kandang mereka sendiri. Seakan sadar tidak ada yang mengikutinya, Aksara berbalik. Melihat kearah Khansa yang terdiam.

Cowok itu mendekat, meraih tangan Khansa yang langsung tersentak.

"Lo bisa ilang kalau berhenti tiba-tiba kayak gitu. Udah tau kecil juga," cowok itu menggandeng Khansa ke deretan tribun pemain bagi Garuda sekaligus diatas mereka sudah mulai berdatangan teman-temannyaa yang berseragam seperti Khansa.

"Ini Cendrawasih suka main curangkan, Sa? Lo gak bakalan kenapa-napa kan ya?"

Khansa ingat, terakhir kali bermain dengan SMA Cendrawasih, Aksara harus bedrest seminggu karena berkali-kali dicurangi hingga kakinya cidera. Untung Garuda tetap menang, tapi tetap saja Khansa sebal..

Aksara tertawa, "Kenapa? Khawatir lo ama gue Ca?" goda cowok itu sembari meletakkan tasnya. Tangannya menuntun Khansa supaya duduk terlebih dahulu.

"Berisik ah, orang gue serius!" omel Khansa sebal.

Aksara tertawa. Dia menunduk menali sepatunya sendiri. Cowok dengan nomor punggung 24 itu tengah menunduk didepan Khansa yang masih meneliti ke tribun sebelah. Sedikit aneh didengar, tapi nomor punggung ini Aksara sendiri yang minta sesuai dengan tanggal lahir Khansa. Katanya, kado karena sewaktu Aksara diangkat menjadi kapten basket SMA Garuda, Khansa juga sedang berulang tahun saat itu.

"Gue bakal ati-ati, lo gausa khawatir gitu. Lagian, ada wasitnya." tangan Aksara mengencangkan tali sepatu Khansa yang sedikit kendor. Gadis itu menunduk melihat Aksara.

"Tapi ya Sa, lo kalau disenggol jangan diem aja anjir." kata Khansa sebal.

"Iya Acaaa, lo bawel banget sih. Lama-lama itu orang-orang lo omelin semua kali kalau bikin gue cidera keknya!" Aksara gemas, iya.

"Ya gimana enggak coba? Lo kalau cidera, yang repot selain mama lo siapa? Gue sama bunda juga ya!!" omel Khansa.

Aksara tertawa, "Itu gunanya tetangga, Ca."

Khansa mencibir setelahnya.

Teman-teman Khansa dan Aksara mulai berdatangan. Tak terkecuali Gea dan Faza yang langsung menghampiri Khansa. Disusul Salma yang sudah berganti kaos dan teman-teman mereka sudah mulai memenuhi tribun.

"Lo gaboleh lengah, Sa. Kayaknya kali ini mereka beneran ngincer lo. Tau sendiri bulan depan turnamen," Alan menghampiri Aksara. Alan ini sahabat Aksara juga, sekaligus pacar Faza.

"Tadi gue gak sengaja ketemu anak sana, busett tatapan matanya tajem banget anying." Adam menyahut dengan sebal. Cowok itu tengah minum di sebelah Salma.

Rakha mengangguk kecil, "Ini kalau kita menang kita yang lolos. Jadi, hati-hati aja karena gue yakin Aksara bakalaan kena incer mulu."

"Aman, lo semua fokus aja nanti." kata Aksara menenangkan teman-temannya. Cowok itu menoleh pada Khansa yang tengah tertawa dengan teman-temannya. "Mau duduk disini apa di tribun?" tanya Aksara.

Khansa menoleh, "Tribunlah. Kayak pelatih aja gue disini," cewek itu bangun meraih tasnya. Hendak berjalan ke tribun sebelum Aksara mengulurkan dompet dan hapenya kepada Khansa. "Ck, kebiasaan." dumelnya.

Aksara terkekeh, "Tolong bawain."

"Udah kayak ceweknya Aksa aja si Khansa bawa-bawa dompet ama hape Aksara mulu," celetuk Gea sambil tertawa.

Strawberries and Cigarettes Where stories live. Discover now