Chapter 1

5 1 0
                                    

°Happy Reading!°

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

°Happy Reading!°

Tok tok tok

Pintu diketuk oleh seseorang dari luar, Sastra yang masih mengelap rambut menggunakan handuk pun heran, siapa yang pagi pagi sudah datang kerumahnya.

Ia segera keluar kamar dan menuju arah depan.

Ceklek

"Hehee. bang Sastra, anterin gua kesekolah boleh? Sekalian Abang berangkat kerja" Ujar seorang didepannya dengan senyuman lebar.

"Ck, kenapa gak telpon aja? Kan bisa gua jemput kerumah" Ujar Sastra kembali berjalan memasuki rumah, diikuti seorang tadi dibelakangnya.

"Gak pa–pa"

"Gua mau ganti baju dulu, lu tunggu sini. Awas! Jangan recokin Ahmad, baru gua beli kemaren sore itu" Sastra melirik orang tadi ketika ia kepergok mendekati Aquariumnya.

Ahmad yang dimaksud adalah ikan, ikan cupang yang baru Sastra beli kemarin sore, di lampu merah.

"Ish iya–iya!" Ujar lawan bicaranya.

Sekitar 6 menit berlalu, Sastra sudah selesai mengganti baju. Sontak ia terkejut karna Ahmad sudah tergeletak dilantai, sedangkan dibawah meja ada seseorang yang sedang meringkuk.

"Caesha! Lu apain cupang gua?!" Teriak Sastra segera berlari menyelamatkan ikan peliharaannya yang baru 1 hari.

"I–itu tadi Ahmadnya loncat pas aing jaring"

"Terus lu ngapain masih dikolong situ?!"

"Ikannya udah Abang ambi–"

"Dah!"

"Ck, gausah marah marah kenapa sih?! Masih pagi juga, huh!" Ujar cewek bernama Caesha itu mulai keluar dari kolong meja, mengelap rok warna abu-abu nya yang terkena cipratan air.

"Ya lu ngeselin! Untung Ahmad kaga mati, udah ayo buruan berangkat" Ujar Sastra.

"Ikannya nakal, awas lu ikan!" Bisik Esha menunjuk Ahmad.

"ESHA BURUAN!" Teriak Sastra dari luar rumah, ia sudah bersiap diatas motornya untuk mengantar Esha sekalian dengan ia berangkat kerja.

"Ck sabar!" Ucap Esha berlari keluar rumah dan segera mengunci pintu.

"Kunci pintunya yang rapet, biar kaga ada maling masuk"

"Dih emang ada yang mau maling rumah Abang? Geer banget deh"

"Ah ngga usah jawab lu, udah buruan naik"

"Sabar bang sabar! Ngga bisa sabar banget heran" Esha mencibikan bibirnya kesal.

"Kesabaran gw cepet abis kalo sama lu"

"Kenapa gitu?"

"Karna lu ngeselin!"

Brumm

Sastra langsung menarik gas motornya membuat penumpangnya hampir terjungkal.

"Anj! elu yang ngeselin! gua hampir jatoh nih!"

"Heh mulutnya, pegangan gua mau ngebut"

"Jangan ngebut nanti jatoh!" Setelah mengatakan itu Esha langsung mendekap erat pria yang memboncengnya, dengan memejamkan mata.

Sastra diam diam tersenyum dibalik helm full facenya, melihat wajah ketakutan Esha dari spion.
Lucu, batinnya. Langsung saja ia menarik gas dengan kencang.

***

"Gimana Esha?" Tanya Gio, rekan kerja Sastra, saat ini mereka berdua sedang duduk dibawah pohon dengan menikmati secangkir kopi panas.

"Gimana apanya?"

"Lu ga ada niatan macarin dia?"

"Buat apa? Gini aja gua nyaman kok" Jawab Sastra dengan santai.

"Sas, lu dah hts sama dia berapa taun coba? Keitung empat tahun kan? Dari dia SMP, lu emang ga mau punya pacar?"

"Gua takut asing nanti kalo dah putus"

"Kaga Sas asli! Lu bakal langgeng, Esha anaknya baik, sayang kalo lu sia sia in"

"Ogah, ntar kaya lu sama Adara"

"Ya itukan beda! Adara aja orangnya maruk anjir! Dah dapet gua masi aja ngebet yang lain"

"Dahlah bodoamat, bosen gua dapet pertanyaan yang sama dari lu" Sastra bangkit, menuju gedung A untuk ia periksa, apakah ada kerusakan atau tidak.

"Ntar keburu digebet orang lain!" Ujar Gio sebelum Sastra lebih jauh.

Sastra membalikkan badan, "Siapa?"

"Gua" Ucap Gio dengan bangganya tak lupa dengan cengiran khasnya.

"Gua bunuh lu!" Sastra kembali berjalan setelah mengatakan itu.

"Sastra, Sastra, Esha kasian lu gantung mulu etdah" Gumam Gio menggelengkan kepalanya.

***

Kini Esha tengah duduk disalah satu meja kantin dengan dua sahabatnya seraya memakan bekalnya. Ia memang sering membawa bekal. tanpa alasan, Esha lebih suka memakan makanan rumahan lebih lagi jika ibunya yang memasak.

"Woi Sha! tau nggak sih? si Hana pacaran woi!" Sonia menggebrak meja kantin, hal itu membuat seluruh atensi beralih kepada mereka bertiga.

"Ngga usah teriak-teriak juga kali! lu kira Esha budek apa?" Sinis Hana menggeplak punggung Sonia.

"Hehe reflek bosku mantap"

"Hana pacaran? Widih, ma siapa tuch" tanya Esha dengan nada menggoda.

"Sama Mario! itu tuh, si anak berandalan yang terkenal ama kenackalannya!" seru Sonia dengan raut wajah tak bisa dijelaskan.

"Kaga woi dah insyaf die, lagian dia ga senakal yang lu kira" sanggah Hana

"Ah masa? gua denger denger dia abis tawuran kemaren di gang jati" ujar Sonia.

"Kaga aelah! hoax itu, yang tawuran bukan die, temen temennya doang, die kaga ikutan"

"Emang ye kalo ama gebetan bakal dibela Ampe titik penghabisan!" ujar Sonia dramatis.

"Apa dah! ngaca woi elu juga gitu ama si Alvin!"

"Dih kaga!"

Esha hanya tersenyum simpul melihat kedua temannya saling mengejek.

Kini partner menjomblonya sudah milik dan memiliki orang, sedangkan hanya ia yang belum sepenuhnya milik seseorang.

°•°•°

ShaSaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن