"Todoroki-chan!" lirih Murayama pelan di sela-sela kenikmatan yang sudah benar-benar menguasai sekujur tubuhnya.

Todoroki yang mendengar itu menghentikan ciumannya, matanya mendongak menatap wajah Murayama yang nampak sudah benar-benar memerah. Keringat nampak sudah mengalir dengan deras dari kening pria itu, bibirnya yang nampak sedikit terbuka dan sesekali mengeluarkan desahan kecil semakin mendebarkan hati Todoroki. Pria itu terlihat begitu indah saat ini, seolah Todoroki tidak ingin mengakhiri semuanya.

Setiap lenguhan dan bagaimana tubuh itu mengejang saat ciumannya semakin dalam dan liar membuat Todoroki begitu terkesima, Murayama yang dia kenal sebagai pria jantan dan tidak terkalahkan ternyata begitu menggoda saat seperti ini. Ekspresi wajah yang setiap kali muncul saat merasakan nikmat dari perlakuan nya membuat Todoroki seolah ingin terus seperti saat ini.

Todoroki benar-benar menikmati semua yang terjadi sekarang, dalam kondisi nya yang sadar sepenuhnya dia begitu menyukai disaat-saat Murayama melenguh kan namanya perlahan. Bagaimana tangan yang pernah membuat nya babak belur itu meremas lengan dan punggungnya membuat Todoroki benar-benar merasa menjadi seorang pria sejati.

"Kita akan melakukannya lagi, kan, Murayama-san?" tanya Todoroki dengan suara pelan yang nyaris tidak terdengar. Tangannya terulur mengusap pelan rahang tegas milik Murayama.

"Ini bukan yang terakhir kalinya, kan?"

Matanya masih terus menatap Murayama, tatapan itu menelisik setiap sudut wajah tampan milik senpai nya itu. Tangannya beralih mengusap bibir Murayama yang sedikit membengkak akibat ciuman keduanya tadi. Todoroki terdiam sejenak saat melihat Murayama sedikit membuka mulutnya lebih lebar, seolah mengerti Todoroki memasukkan jari telunjuk dan jari tengahnya pada benda hangat dan basah itu.

Todoroki lekas memejamkan matanya saat lidah hangat milik Murayama mulai menjilati jari-jarinya dengan begitu liar dan penuh nafsu. Bahkan tangan sedari tadi diam kini mulai meremas rambut nya membuat Todoroki segera menarik tubuhnya untuk sedikit naik hingga akhirnya wajahnya kembali berhadapan dengan Murayama.

Melihat Murayama yang masih menjilati jari-jarinya membuat Todoroki menegak ludahnya kasar, bayangan nakal sedikit menganggu nya saat ini ketika melihat bagaimana jilatan dan kuluman kecil pria itu begitu menggairahkan. Todoroki merasakan miliknya mulai bereaksi di bawah sana, bahkan rasanya semakin sesak dan keras. Sepertinya Murayama juga sama seperti dirinya, karena Todoroki bisa dengan jelas merasakan milik pria itu terasa begitu panas dan keras di pahanya.

"A-aku sudah tidak ta-han, Yosuke-chan," ucap Murayama dengan sedikit tersengal saat Todoroki menarik jarinya.

Sungguh Todoroki tidak pernah menyangka jika Murayama benar-benar meminta semua ini padanya, pria dengan rambut kelimis yang mulai basah itu terlonjak kaget saat tangan Murayama terulur memegang kejantanan nya yang masih terbungkus celana. Nafas nya yang sempat memburu sedikit tertahan dikala jari-jari itu meremas miliknya pelan.

"Sshh.." Todoroki melenguh pelan, kepalanya sedikit mendongak ke atas saat remasan tangan itu semakin kuat dan tak berirama, Todoroki benar-benar menikmati setiap remasan kecil tangan Murayama yang membuat nya mabuk kepayang, lenguhan tertahan kembali terdengar samar dari bibir Todoroki membuat Murayama semakin terangsang. Tersadar jika Murayama hendak membuka resleting celana miliknya membuat Todoroki segera menahan tangan itu.

Murayama yang melihat itu sontak langsung menatap Todoroki yang tengah mengatur deru nafasnya yang memburu, Todoroki menggeleng kecil seolah menjawab pertanyaan Murayama.

"Kau boleh memegang nya secara langsung, Yoshiki-san. Tapi saat keadaan mu benar-benar sadar tanpa pengaruh apapun," ucap Todoroki sambil terus menatap Murayama.

Mōichido, Senpai!!Where stories live. Discover now