A&E─Chap 05

3 3 0
                                    

Dengan wajah berseri-seri, Astella pulang ke rumah. Matahari sudah sepenuhnya tenggelam, dan sepertinya keluarganya sedang makan malam. Terdengar sayup-sayup suara obrolan yang ramai dari arah dapur.

Suasana yang semula ramai, langsung hening dalam sekejap saat Astella muncul di ruang makan.

"Kak Ella!" Athena yang pertama berseru.

"Kak Ella mau makan?" Athiya nampak tersenyum kaku.

Astella tersenyum lembut melihat kedua adiknya makan dengan lahap tadi, diselingi obrolan dan candaan dengan Mamah dan Papah. Membuatnya ingin juga merasakan kehangatan itu.

"Iya! Kakak mau makan." Astella menjawab pertanyaan dari Athiya. Membuat tubuh Athiya duduk dengan kaku.

"Papah ada kerjaan yang belum selesai."

"Mamah bikinin Papah kopi, ya? Thiya, Thena, kalian bukannya ada pr? Cepat belajar."

Baru saja duduk di kursinya, Papah dan Mamahnya sudah berdiri. Astella juga melihat piring twins T memang sudah bersih dari makanan. Telat dikit ngaruh banget ya? Padahal biasanya jam segini mereka belum selesai makan malam, kok. Kenapa hari ini, mereka makan malam lebih awal? Tanpanya.

"Thiya temenin Kak Ella makan dulu."

"Thena juga bisa kok bawa pr-nya ke sini."

Athiya dan Athena berkata bergantian. Retno sudah akan bersuara kembali sebelum matanya bersitatap dengan mata tajam Athiya. Sepertinya Athiya mulai menyadari sesuatu.

"Thena, kerjakan pr di meja belajar. Bukan di meja makan!"

"Mamah kok marah-marah. Emang kenapa kalo ngerjain pr di sini? Thena mau nemenin Kak Ella. Thiya boleh tuh nemenin Kak Ella."

"Thiya, kamu juga ke kamar gih. Kerjakan pr bareng Thena," Astella mengusap pelan puncak kepala Athiya yang masih duduk di sampingnya.

"Tapi Kak--"

"Ssttt. Kakak gapapa kok makan sendiri. Dari pada kalian di marahin Mamah. Kasian loh Thena," Astella mencoba membujuk Athiya dan berbisik diakhir kalimatnya.

Athiya melirik adik kembarnya yang mulai menunduk dengan hidung yang memerah. Athiya menghela nafasnya pelan, Athena itu 3C. Ceria, cerewet, cengeng. Dia pasti sedang menahan tangis. Athiya sudah sangat hapal dengan perubahan warna merah pada hidungnya itu.

"Ayo Thena, ke kamar. Kak Ella bisa makan sendiri. Thiya juga akan ke kamar, kok."

Athena menegakkan kepalanya mendengar ucapan Astella. Matanya juga melihat Athiya yang sudah berdiri dari kursinya.

Astella pun sangat mengerti, sedari kecil twins T tak pernah dimarahi. Bedanya, Athiya selalu nampak tegar, sedangkan Athena tak bisa menutupi perih hatinya. Meski begitu, Athiya juga pasti sakit mendengar sang Mamah menaikkan nada bicaranya.

Setelah melihat kepergian twins T, Retno segera melanjutkan tujuannya menbuatkan kopi untuk Adam. Juga pastinya ke kamar twins T untuk meminta maaf. Retno sulit sekali mengontrol emosinya saat melihat kedua anak kembarnya bersikukuh mememani Astella makan.

Di ruang makan kini hanya tersisa Astella sendirian. Sangat sepi hingga hanya terdengar dentingan jarum jam yang terus bergerak. Beginipun tak apa.

Astella membuka satu persatu tutup wadah makanan di depannya. Hanya ada nasi yang tersisa, itupun mungkin sekitar dua sendok makan. Tak ada lauk pauk lain selain mangkuk yang menyisakan kuah sayur yang tinggal sedikit pula. Sekali lagi, beginipun tak apa. Astella masih bisa makan.

---

"Mah, Ella lapar."

"Mamah juga lapar, sayang. Tapi Papah belum pulang. Kita tunggu Papah sebentar lagi, ya? Papah pasti bawa makanan."

"Papah kenapa pulangnya selalu malam, Mah? Papah kerja di mana?"

"Sayang, Papah abis kena PHK, uang pesangon sudah habis minggu lalu. Tabungan kita juga hanya tersisa buat bayar uang sekolah kamu, itu pun masih kurang. Semoga hari ini Papah udah dapat kerja, jadi kita bisa makan."

Ella kecil hanya mengangguk. Ia tak mengerti apa itu PHK. Ia hanya tahu jika PHK itu jahat, sebab membuat ia dan Mamahnya hidup dalam kesulitan. Teman-temannya bilang, Ella sekarang jadi orang miskin, sebab pindah ke rumah kecil yang jauh dari sekolah.

"Papah pulang!"

Suara lain menginterupsi obrolan. Adam berjalan dengan langkah gontai dan raut wajah lelah.

"Ini. Makan."

Tangannya menyerahkan plastik kecil yang ternyata berisi sebungkus nasi dan orek tempe.

"Asikk! Makan!"

Dengan kegembiraan yang terpancar di matanya, Ella makan dengan lahap, meski sebungkus kecil nasi itu harus ia makan berdua dengan sang Mamah.

---

"Kak Ella!"

Astella terbangun dengan keringat menghiasi wajahnya. Terdengar ketukan di pintu kamarnya diikuti suara memanggilnya.

"Kak Ella, ini Thiya. Kak Ella udah bangun?"

"Udah," sahutnya sambil turun dari tempat tidur untuk membuka pintu kamar.

"Kak, aku mau berangkat sekolah. Aku udah bikinin kakak sarapan, aku simpen di pantry. Kakak makan kalo mamah udah pergi aja ya, bentar lagi sih kayaknya," Athiya berucap saat pintu kamar kakaknya telah terbuka.

Setelah tertegun sejenak, Astella kembali tersadar akibat mendengar suara Athena memanggil Athiya untuk segera turun dan berangkat ke sekolah. Astella buru-buru mengangguk bahwa ia paham apa yang Athiya sampaikan meski bibirnya masih sulit untuk berkata.

"Yaudah, Thiya berangkat dulu," pamit Athiya yang hanya dibalas anggukan lagi.

Kenapa Athiya seperti sudah mengetahui keadaannya?

Sedangkan Athiya, ia merasakan penyesalan di hatinya setelah hari itu. Kenapa ia tak menyadari jika ada sesuatu antara Mamah dan Kakaknya?

Athiya mengepalkan tangannya. Ia pun masih tak mengerti ada apa sebenarnya. Namun, setiap pagi pun ia tak pernah melihat Astella sarapan. Tiap makan malam tak akan ada obrolan hangat jika ada Astella. Seolah Astella dikucilkan oleh keluarganya sendiri. Tapi, ia selalu melihat Mamahnya perhatian pada Astella, memperlakukannya sama seperti kepadanya dan Athena, terkecuali hari itu, di rumah sakit. Bagaimana ini? Athiya bingung.

---

Selesai membersihkan diri dan bersiap untuk pergi bekerja, Astella menuruni tangga dan melihat sekeliling rumahnya. Suasana nampak sepi menandakan Retno sudah pergi seperti yang Athiya beritahukan.

Tangannya membuka pantry dapur dan menemukan sepiring nasi goreng yang hampir dingin. Astella mengangkat piring itu dan mendapati sebuah note di bawahnya.

Kak Ella jangan lupa senyum, ya!

Sambil duduk di kursinya, Astella tersenyum dengan air mata di pipi. Merasakan nasi goreng buatan adiknya semakin membuat air mata deras mengalir hingga ke dagu dan hilang terjatuh di lantai. Sudah lama sekali dalam ingatannya ia sarapan di rumah. Ia rindu masakan sang Mamah. Tak ingat kapan terakhir kali ia merasakannya.

Athiya, terima kasih. Kamu pengobat rindu kakak pada Mamah.

---

959 words.
Publish : 17 September 2023

Astella & EllioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang