Prolog

16 4 0
                                    

Pria manis dengan lesung pipi di kanan dan kiri. Tubuh tinggi tegap serta sikap hangat, sehangat dekapannya. Tegas, tapi lembut secara bersamaan. Dia melengkapi lubang kosong yang menganga di hidupku. Dia Ellio. Ellio saja. Tanpa nama belakang.

Satu hal yang menjadikan aku dan dia dekat untuk pertama kali. Dia hidup sebatang kara, hanya merangkai jalan hidup tanpa bantuan siapa-siapa. Sedangkan aku, keluargaku--

"Lagi mikirin apa, sayang?"

"Eh?"

"Gak mikirin apa-apa, kok." Jawabku setelah tersadar bahwa sedari tadi melamun dan tak memperhatikannya bicara.

Ellio tak marah. Ia tersenyum lembut dan mengusap puncak kepalaku.

"Jangan terlalu banyak pikiran, ya. Biar kamu cepat sembuh."

Kubalas senyumnya sambil mengangguk. Aku pun tak sabar ingin keluar dari rumah sakit ini dan pergi jalan-jalan dengan Ellio.

"Mamah sama Papah bentar lagi ke sini, Lio."

Kutunjukkan layar ponselku, menampilkan chat dari Athiya, adikku.

"Ya sudah, aku pulang dulu ya sayang."

Ellio terkekeh sambil menepuk pelan bibirku yang sengaja aku majukan. Niatnya tentu saja untuk merajuk. Ellio selalu saja begitu, tiap kali ada kesempatan bertemu dengan keluargaku, dia pasti menghindar.

"Nanti aku bertemu orang tuamu untuk datang meminangmu."

Begitu katanya.

"Nanti kamu ke sini lagi, kan?"

"Pasti. Pasti aku ke sini lagi Ella sayang." Ucapnya hingga punggungnya tak terlihat lagi sebab tertelan pintu.

Aku hanya duduk sambil memakan buah jeruk yang sudah Ellio kupas, menunggu Mamah dan Papahku datang menjenguk. Lagipula, Ellio bilang aku tidak boleh banyak pikiran. Aku ingin jadi perempuan penurut agar disayang terus oleh Ellio.

Tak lama, Mamah dan Papah masuk. Mereka berdua duduk di sofa yang tak jauh dari ranjang.

"Mah, Pah, mau jeruk? Ella lagi makan jeruk, nih." Aku menawarkan.

"Kak Ellaaaa!"

"Ssttt. Jangan berisik di rumah sakit, Thena."

Athiya menegur Athena yang langsung teriak-teriak memanggilku. Ah, rupanya si kembar ini ikut menjenguk dengan Mamah dan Papah.

"Sini Mamah suapin lagi jeruknya, mau?"

"Mau."

"Wahh Kak Ella nih lagi manjalita ya," Athena menggodaku.

Aku tersenyum geli menanggapinya. "Lagi cari apa, Thiy?"

"Aduh, charger hapeku ketinggalan di mobil deh kayaknya. Athena sih buru-buru narik aku terus."

Athiya menjawab dengan setengah kesal pada adik kembarnya. Tangannya masih mengorek-ngorek ke dalam tas, barang kali terselip.

"Tuh kan bener ketinggalan." Lanjutnya saat tak berhasil menemukan benda yang dicari.

"Gak mau, gak mauu," Athena merengek sambil memeluk lenganku, sedangkan lengannya ditarik oleh Athiya. Untunglah infus di tanganku sudah dilepas pagi tadi. Jika belum, sudah pasti infusanku akan terlepas paksa.

"Kak Ella tolongin dong. Aku masih mau sama Kakak, aku kangen loh. Suruh Athiya pergi sendiri."

Aku hanya tertawa menimpali kelakuan twins T --sebutanku untuk mereka--.

"Ayo Thena. Gak usah narik-narik Kak Ella. Nanti nambah sakit,"

Mendengar itu, barulah Athena melepaskan pelukannya.

"Nanti kan balik lagi ke sini. Temenin dulu Athiya, ya."

"Iya deh, Kak."

Aku tersenyum melihat kepasrahan Athena. Mamah kembali duduk di sofa bersama Papah yang sedari tadi sibuk dengan tab nya, jelas urusan kerja.

Hening menjadi pengisi ruang inap. Aku melanjutkan makan jeruk. Tanpa disuapi. Kulihat pintu yang tertutup, lalu Mamah yang mulai sibuk dengan ponselnya.

Tak apa, begini saja cukup.

Lalu semuanya semakin hening, diikuti kegelapan.

---

Brukk.

Retno memutar bola matanya dengan malas melihat mangkuk buah tergeletak di lantai.

"Nyusahin aja deh tuh anak. Pakai acara pingsan segala."

"Beresin Mah. Sayang buahnya, itu dibelinya pake uang Papah." Adam berbicara tanpa mengalihkan tatapan dari tabnya.

Dengan terpaksa, Retno memungut satu persatu buah yang tergeletak. Meniupnya beberapa kali sebelum menaruhnya kembali di mangkuk.

Athiya berdiri kaku dengan tangan yang masih memegang gagang pintu. Setelah tersadar, Athiya segera berlari mencari dokter yang menangani Astella. Saking paniknya, Athiya lupa jika ranjang Astella dilengkapi bel untuk memanggil suster/dokter.

"Loh, Thiya mau ke mana sih lari-lari begitu."

Athena yang baru keluar dari lift setelah disuruh membeli makanan oleh Athiya nampak kebingungan. Hingga ia masuk ke ruang inap Astella, barulah ia mengerti. Astella kembali drop.

Bergegas Athena menyimpan makanan yang ia beli di atas meja. Athena menghampiri Retno yang sedang menunduk sedih dalam rangkulan Adam.

"Mah, Pah, Kak Ella kenapa bisa drop lagi? Tadi sebelum aku keluar dia baik-baik aja kan?"

Air mata tak mampu Athena bendung. Ia sangat menyayangi kakak sulungnya itu.

"Mamah juga gak tau, Then. Ella tiba-tiba aja pingsan."

"Itu kenapa sampai ada buah jeruk dilantai?"

Fokus Athena teralihkan melihat beberapa jeruk yang sudah dikupas tergeletak di lantai dengan posisi yang berantakan.

Retno memejamkan matanya sejenak. Nampaknya ia tak cukup membereskan kekacauan tadi akibat terburu-buru setelah mengetahui Athiya memergoki dirinya.

"Ah, i-itu Mamah sedikit kaget waktu Ella tiba-tiba drop. Jadi, gak sengaja jatuhin buahnya."

Pembicaraan itu harus terhenti saat dokter memasuki ruangan diikuti Athiya di belakang. Semua orang menunggu harap-harap cemas diluar ruangan. Ralat. Semua orang memang menunggu. Sebagian, dengan harap-harap cemas. Sebagiannya lagi, dengan perasaan dongkol.

---

784 words.
Publish : 5 September 2023

Astella & EllioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang