Raden Mas Hamengku Aryasatya Atmojo
"Saya hanya seorang musisi lawas yang tidak terkenal sama sekali, kemudian pada tahun 1998 saya melihat Kang Mas saya gugur dengan membawa surat cinta dari kekasihnya. Saya adalah satu-satunya saksi hidup ketika api itu membakar semua kenangan yang telah kami perjuangkan bersama-sama."
Raden Mas Satrio Romo Atmojo
"Sebagai anak pertama dari keluarga Atmojo dan pewaris sah semua kekayaan Atmojo, saya memutuskan untuk menjadi seorang sastrawan. Tidak ada ketertarikan bagi saya untuk mewarisi apa yang bukan milik saya, karena milik ayah saya adalah haknya bukan hak saya."
Raden Mas Harsa Atmojo
"Kang Mas saya tidak pernah membenci saya ketika saya di besarkan dengan perlakuan berbeda oleh ayah. Tidak ada satupun Kang Mas yang mau menerima wasiat ayah dan mewarisi kekayaan ayah, karena nya saya menjadi satu-satunya yang di tunjuk."
Raden Mas Bramasetya Atmojo
"Jangan tanyakan seberapa sering saya mengeluh dalam kehidupan yang saya jalani ini. Bahkan, untuk hidup pun saya sudah tidak berselera. Saya hanya ingin mendengar dunia berbicara, hanya saja keahlian yang saya miliki sekadar membaca bukan mendengar. Saya tuli."
Raden Mas Chafel Soebardja Atmojo
"Saat itu usia saya baru menginjak 17 tahun."
Ayuningtias Paramitha
"Maaf Kang Mas, Pembantu desa seperti saya tidak pantas mendapat cinta dari siapapun, saya ingin menyadarkan diri saya untuk tahu pada tempatnya."
Raden Ajeng Arthalaya Djodjoharjo
"Sejak awal saya tidak pernah menyukai perempuan itu."
Raden Rara Ajeng Anna Diana Sri Haryati
"Saya paham, jika mencintai seseorang tidak sepenuhnya harus memiliki. Hak nya untuk tidak mencintai saya, lalu biarkan saya menerima hak saya untuk tetap mencintainya."
YOU ARE READING
JAUHAR 1980
Teen FictionWARNING!! Cerita ini fiksi semata, jika tidak menyukai gendre yang diangkat, silakan meninggalkan lapak ini.
Karakter
Start from the beginning