Chapter 12

616 94 9
                                    

Ada yang kangen Darren...

Maaf kalau ada typo dan mata kata tidak jelas...

.

.

Author POV

Darren berjalan dengan cepat setelah turun dari bus

Yang dia inginkan saat ini hanya segera sampai ke apartemen sederhana miliknya dan menumpahkan tangisnya di bantalnya.

Sesampainya di unit apartemen sederhana miliknya, dia langsung menuju lift dan segera menekan lantai yang akan dia tuju.

Akhirnya Darren bisa sampai di kamar apartemennya.

Dia langsung kode password untuk membuka pintu.

Setelah pintu terbuka dia buru buru melepas sepatunya dan langsung menuju ke kamar.

Namun sebelum itu dia smepat meletakan kue yang baru dia beli di kulkas.

Dia sedang tidak berminat memakannya sekarang.

Sampai di kamar dia langsung melepas jas nya dan segera berbaring di kasur.

Air mata yang dia bendung langsung menetes ke bantal dan juga gulingnya.

'Kupikir aku akan lebih bahagia karena bisa bertemu denganmu lagi. Nyatanya di dunia ini kau bahkan tidak mencintaiku sama sekali.' Batin Darren.

"Kenapa aku harus bertemu orang yang wajahnya mirip denganmu dengan sifat yang berbeda."

"Al, aku merindukanmu."

"Aku juga merindukan Sehan. Ada dimana dia sekarang?"

Tiba tiba saja Darren mengingat wajah orang di toko kue tadi.

"Sehan.... apa itu dirimu?"

"Tapi tidak mungkin, Al saja tidak mengenalku jadi mana mungkin kau juga ada di dunia ini."

"Hanya kebetulan saja kau dan dia punya wajah dan nama yang sama tapi tidak menjamin bahwa dia itu dirimu."

"Aku kesepian.... aku merindukan kalian."

"Kenapa dewa menghidupkanku kembali jika ingin membuatku kesepian lagi."

Air mata Darren belum menunjukan tanda tanda akan berhenti mengalir.

"Padahal kita sudah melakukan hal itu tapi kau bukannya ingat justru semakin membenciku."

"Apakah aku harus menghilangkan perasaan ini dan hidup seperti tidak pernah akrab dengannya?"

"Tapi itu sulit... aku sudah mencintainya selama lebih dari 10 tahun."

Tak lama kemudian Darren tertidur karena terlalu lelah bekerja dan menangis.

.

"Lepaskan aku...."

"Aku mohon... jangan lakukan."

Plak...

"Diam... jangan berisik!"

"Jangan... jangan...Aagghhh..."

"Ahh... akhirnya masuk. Lihat, kau juga menginginkannya."

"Keluarkan... aku mohon... ini sakit."

Bukannya mendengarkan, orang itu justru semakin mempercepat gerakannya.

"Aghh... pak... aku mohon."

"Panggil namaku. Darren... panggil namaku "

"Al... berhenti... ahhh..."

.

It's Just A Story (END)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora