"hmm, maaf membuat daddy khawatir, tapi Arcy nggak janji kalau nanti nggak Arcy ulangi lagi," kini gantian, Archana yang menggoda sang ayah dengan ucapannya, mengedipkan sebelah matanya mencoba mencairkan suasana.

"bocah ini, apa kamu mau daddy jual semua PS dan komik mu dulu?! Dan jangan bilang kalau kopi daddy semalam kamu yang minum?" ancaman Jonnathan hanya ditanggapi dengusan putranya, tersenyum menunjukan gigi putih ratanya hingga kedua matanya terlihat menghilang.

"jangan dong dad... itukan harta Arcy yang pa......ling berharga, terus kalau masalah kopi kan salah daddy sendiri taruh di sebelah susu kotak Arcy..." meski ucapannya mengesalkan tapi wajahnya yang berubah merayu dengan tangannya yang melingkar di lengan sang ayah bermanja, membuat Jonnathan hanya bisa menggeleng disertai dengan usakan pelan di surai coklat Archana.

"bisa – bisanya aku punya anak macam ini," ucapnya yang tentu bercanda, melihat Tamara dan Chizie yang menertawai kepasrahan Jonnathan dalam menghadapi sikap Archana yang seperti tak tahu malu itu.

Tapi kebahagiaan itu tak berlangsung lama, kala salah seorang berubah dingin dan tak ramah sesaat setelah tamu mereka ikut bergabung bersama, memilih duduk tepat di sebelah Archana yang berubah diam tanpa suara.

"pagi semua," semua membalas kecuali Archana, pemuda itu bahkan sudah siap bangkit dari kursinya setelah menegak habis susu miliknya dengan terburu.

"mau kemana?"

"bukan urusan mu," ketusnya melepas tangan yang lebih putih, menatap kesal dengan sesuatu yang lain kepada orang disamping nya, sesuatu yang bahkan dirinya sendiri tak mudah untuk menjelaskan.

Archana tak pernah manaruh harap pada perasaannya, tak pernah terbersit di benaknya jika perasaan cintanya suatu saat akan terbalas dan ia memang tak mengharapkan itu, tapi bukan berarti dia tak apa dikesampingkan seperti ini.

Bukan setahun dua tahun ia dan Maraville saling mengenal, keduanya sudah berteman nyaris 8 tahun dan bukannya menganggap kedekatan keduanya, Maraville justru lebih memilih menyembunyikan kabar pernikahannya dan Archana benci hal seperti itu, itu jauh lebih sakit daripada perasaan cinta yang terang – terangan ditolak.

"Chana... temani aku makan, apa kamu tidak merindukan makan bersamaku?" sedikit memohon Maraville sudah tak mempedulikan image nya di hadapan keluarga Charmpabell itu, mereka sudah dekat dan nyaris seperti keluarga sendiri sejak bertahun lalu.

"untuk apa aku temani, cari saja Alexa dan kau tak sendiri lagi," nada dingin dengan tangannya yang masih berusaha melepas gengaman yang lebih tua Archana berikan, sedikit memaksa ketika gengaman itu mengerat semakin kuat.

"ada apa dengan Lexa, Chana?" Maraville benar – benar dibuat kebingungan dengan alasan Archana belakangan ini, kenapa pemuda itu selalu membawa nama Alexa sahabatnya kedalam nyaris setiap perbincangan keduanya, bahkan alasan ia harus bermalam di kamar tamu sedirian pun karena Archana yang merasa tak nyaman jika Alexa tahu keduanya tinggal di kamar yang sama, sungguh aneh sikap si manis ini?

"sudahlah, lepas! aku ada janji dengan Dandy hyung," ucapnya menatap tajam Maraville hingga gengaman itu terlepas, berjalan pergi dari sana tanpa sepatah katapun termasuk untuk keluarganya yang dibuat binggung dengan sikap tak biasanya.

"selesaikan kesalapahaman kalian segera, saya tidak mau anak saya sedih hanya karena hal sepele," tegas Jonnathan di sela keheningan. Kata 'saya' dan 'anak saya' yang ia ucapkan sudah cukup mengatakan jika pria itu sedang dalam mode serius seorang ayah, seorang yang sedang memberi peringatan agar tak bermain – main dengan putra kesayangannya.

Dan Maraville hanya bisa mengangguk lesu, ia sendiri bahkan tak tahu penyebab dari kekesalan Archana kepadanya, jadi bagaimana dia bisa menyelesaikannya? Bagaimana caranya menyudahi kesalahpahaman yang ia sendiri tidak tahu karena apa.

My Beloved Teddy BearWhere stories live. Discover now