14 || Keluarga besar

135 6 0
                                    

⃘♡

⃘♡

⃘♡

Have a nice day

Ara menatap dirinya dalam pantulan cermin. Dia tidak menangis, hanya matanya saja yang sembab dan merah. Mau di tahan bagaimana pun cambukan itu sangatlah kuat dan sakit.

Ara hanya bisa menumpahkan semuanya saat berada di dalam kamar mandi. Jika dia merintih dan mengeluh tadi, maka sang kakek akan terus mencambuknya.

Untung saja Braman mau menuruti keinginan Ara untuk tidak mencambuk di bagian punggung atas, jadi bekas merah dan memar nya tidak terlihat. Dia tidak mau membuat keluarga nya khawatir.

Sekarang Ara sudah kembali memakai dress putihnya. Memar itu sudah di obati oleh maid di mansion ini. Gadis itu menatap ke cermin, senyuman cerah langsung terbit di wajahnya. Topeng tebal kembali Ara pasangkan. "Oke, harus seperti ini di hadapan mama sama papa. Ayo Ara lo bisa, tahan sakitnya," ucap gadis itu menyemangati diri sendiri.

Ara kembali ke ruang utama dimana semua orang berkumpul. Di ujung sofa sana ada keluarga nya tengah mengobrol dengan saudara yang lain. Ah, sepertinya tidak semua sanak saudara hadir. Ara masih merasa kosong sekarang.

Banyak yang mendekati Ara dan memuji kecantikan anak bungsu dari Arion dan juga Anin, apalagi Ara saat ini memakai dress, bertambah sudah kecantikan nya.

Pujian serta sanjungan Ara dapatkan sangat banyak malam ini, apalagi saat Anin yang entah kemasukan setan apa memamerkan kepintaran putrinya pada sanak saudara yang hadir pada malam ini. Dan itu sukses langsung membuat yang lainnya memuji Ara kembali.

Ara sih tidak peduli, gadis itu hanya tersenyum dan sesekali menanggapi ucapan bibi bibi dan paman paman nya yang lain.

"Kak!" Panggil Nino, anak sulung dari Brian milton, adik mama nya.

Ara berjalan ceria ke arah Nino yang tengah duduk dengan Denata, adiknya. Akhirnya dia bisa membuat alasan untuk bisa lepas dari ibu ibu yang sangat bawel itu. Ketiganya langsung berpelukan layaknya Teletubbies, meskipun satu negara tetapi mereka jarang bertemu, jadi wajar jikalau rasa kangen tertanam di dalam diri masing-masing.

"Makin cantik aja lo, Kak. Perasaan kemarin masih bayi," kata Nino. Ara mendelik tajam ke arah remaja itu, "heh otong, kalo gue masih bayi emak bapak lo juga belum kawin anjir, heran otaknya di dengkul apa."

Kedua Kaka beradik itu tertawa mendengar ucapan Ara. "Pukul aja pukul, kak." Kompor Denata.

Menghiraukan ucapan si kecil Denata, Ara mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruang tamu. "Yang lain mana?" Tanya nya celingak-celinguk.

"Bang Mahesa tadi sama papa, kalo abang abang yang lain pada kabur ke taman belakang," ucap Nino memberitahu.

"Kabur? Kenapa kabur? Emangnya mereka kabur dari siapa?" Tanya Ara heran.

"Ish yang bener, kak, kalo ngasih info tuh," tegur Denata pada Nino. "Abang abang yang lain bukan kabur, kak, tapi kata nenek khusus anak muda tempatnya di taman belakang. Nah, jadinya mereka sekarang lagi disana."

"Ohh gitu, yaudah mau kesana gak?" Tawar Ara.

"Boleh boleh!" Jawab keduanya dengan semangat. Lantas mereka langsung bergegas untuk menuju taman belakang.

Ketua Osis Manja Is MineWhere stories live. Discover now