Kekuatan Syndrome Couvade

Start from the beginning
                                    

"Sampai rumah, kamu bisa kan, masakin itu buat kita?"

"Kita?"

Nata mengangguk dengan semangat. Sungguh perubahan suasana hati yang begitu cepat. "Iya, kita. Kita semua makan nya bareng-bareng. Pak Budi juga."

Bukan hanya Ayyara yang terkejut. Pak Budi sepertinya sama terkejutnya. Sampai-sampai pria paruh baya itu mengerem mobil secara mendadak. Tapi itu semua sama sekali tidak menghancurkan mood Nata yang kelewat bahagia.

"Pak Budi nanti jangan langsung pulang ya! Mumpung dirumah juga ada Papa sama Mama dan Rachel jadi kita bisa makan sayur garem sama-sama."

Sumpah demi kacamata neneknya Tapasya, Pak Budi lebih suka Nata yang pendiam dibandingkan dengan Nata yang seperti ini.

Siapapun itu, tolong selamatkan keluarga Mahdhava dari kekuatan syndrome couvade seorang Adinata.

***

"LO GILA YA MAS?!"

Baru saja memasuki ruang tamu, suara menggelegar milik Rachel langsung mendominasi. Sebenarnya Rachel sudah misuh-misuh dari awal Ayyara menyampaikan keinginan Nata di grup keluarga.

Perempuan itu bahkan banyak mengirimkan stiker berisi umpatan dan juga voice note yang isinya makian. Yang tentu saja ditujukan pada Kakaknya sendiri. Sedangkan Setya dan Diana hanya bisa mengirimkan emoticon kuning yang disertai sejumput keringat. Hanya satu emoticon, tapi itu sangat menggambarkan betapa lelah dan pasrah nya mereka menghadapi Nata.

"Udah gak keitung, berapa kali kamu sebut Mas gila?" jawab Nata.

"Ya emang Mas itu gila!" semprot Rachel. Belum lagi perihal salah dua anak ayam warna-warni yang diberi nama Rachel dan Gantari. Sedangkan sisanya diberi nama teman-temannya. Termasuk Juna dan Jerry.

Memang tidak ada adab si Adinata ini. Begitulah kira-kira tanggapan Juna dan Jerry jika tau. Mereka memang belum diberi tahu perihal kehamilan kedua Ayyara ini. Kalau kata Nata, bukan orang penting katanya.

Kan, semakin gak beradab aja dia.

"Kamu mau kita vertigo gara-gara kebanyakan makan garem?" keluh Setya. Lebih baik Nata minta liburan ke negara paling jauh, Kolombia misalnya.

"Itu mah gimana nanti." jawab Nata enteng.

"Gimana nanti pala lu kotak!" sembur Rachel. "Yang lain lah, Mas. Masa sayur garem? Bukannya kenyang malah semaput nanti."

"Kok pada nolak?" cetus Nata lengkap dengan wajah kecut setengah merajuk. "Ayyara aja mau. Iya, kan?"

Ayyara tersenyum sarat akan keterpaksaan.

"Gak ada yang mau ngikutin ide kelewat pinter lo, Mas." sungut Rachel. Tangannya dengan gemas mencubit perut bagian kiri sang Kakak.

"Jadi, pada gak mau?" tanya Nata memastikan.

"Iyalah!" lagi-lagi Rachel yang menyahut tanpa memberikan waktu untuk siapapun yang ingin menjawab. Apalagi Mama nya. Karena itu bisa gawat. Gawat jika Diana diberi kesempatan untuk bicara. Pasti keinginan konyol Nata akan mudah di setujui jika oleh Diana. "Gila aja gue nyari-nyari penyakit."

"Oke."

"Mas, serius?"

Dan Nata mengangguk saja. Meskipun sedikit terlihat tidak rela. "Gantinya saya pengen makan sup kadal."

"BUNUH GUE AJA MAS BUNUH!"

***

Muntah berjamaah, ceklis.

Muka kecut berjamaah, ceklis.

Semaput berjamaah, ceklis.

Bunuh Nata berjamaah, masih rencana.

1000% GENGSIWhere stories live. Discover now