Episode 1. --Musim panas

75 8 24
                                    


***

     "Duchess!"

     "Duchess."
Panggil kedua pelayan itu bersamaan.

Dua orang yang mereka panggil pun menoleh bersamaan pula. Mereka terlihat berantakan. Seperti tidak tidur semalaman. Wajah yang kotor ternodai tinta. Berkas-berkas tercecer berantakan di meja mereka.

     "Rasanya panggilan Duchess masih aneh untukku, hehe."
Ucap yang berambut merah, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mengambil biskuit lain. Kantung mata hitam terpoles jelas di bawah matanya.

     "Mau bagaimana lagi? Pemilihan tokohnya saja diacak. Dari awal kita harus siaga mau jadi siapa pun."
Sahut yang pirang gelap. Kantung mata juga ada di bawah matanya. Menyesap teh dari cangkir mahalnya.
     "Jadi, ada apa?"

     "Anda berdua baru saja mendapat undangan."

     "Duchess, anda sendiri pasti tahu seberapa berbahayanya pengundangnya. Jadi mohon dipikirkan baik-baik."
Salah satu pelayan itu menyerahkan surat pada mereka.

Si pirang membolak-balik amplop itu sebelum mengeluarkan isinya. Ia kemudian membacanya sementara si rambut merah terus mengunyah biskuit.

     "Ho... Penghasut handal. Lyyti Grainne von Glomere. Dia mengadakan pesta teh. Kenapa mengajak kita?"

     "Hm? Kenapa Sa- eh, Eni?"
Tanya si rambut merah pada si pirang alias Eni alias Enisha.

Sorot mata mereka terlihat lelah. Melotot menahan kantuk.

     "Aru- maksudku, Rine, apa kau sudah siap untuk ikut acara sosialita?"
Enisha bertanya balik pada si rambut merah, Rine alias Chaterine.

     "Sosialita? Maksudmu hobi ngerumpinya bangsawan itu? Soal begituan kuserahkan padamu, Eni. Tahu sendiri aku ini blak-blakkan."

     'Nyadar diri juga.'
Batin Enisha dengan muka datar. Ia geleng-geleng. Tersenyum geli.
     "Berarti jawabanmu iya?"
Chaterine mengangguk.

     "Sip. Langkah pertama kita di dunia ini akan dimulai."

     "Apa kita akan mulai mengerjakan misinya? Gelut?"
Tanya Chaterine antusias. Enisha mendengus.

     "Entahlah. Kita akan pergi seminggu lagi."
Enisha kembali menyesap teh favoritnya.

     "Hei... Jangan bilang tehmu itu beracun?"

     "Kalau iya?"

Tunggu-tunggu, sejak kapan profil ini punya cerita bergenre kerajaan?

***

Suara tonggeret menggema diudara. Siang hari yang terik dimusim panas.
Langit biru membentang tampak asyik untuk di tatap.

Namun sayangnya hawa panas hari itu sama sekali tidak mendukung untuk berpiknik.

Disana, di sebuah rumah di apartemen. Dengan jendela dan gorden dibuka lebar.
Tampak dua orang perempuan terduduk lemas di sofa.

Yang satu berambut pendek ringkas. Tidak sampai sebahu.

Dan yang satu berambut panjang hingga punggung. Namun terlihat mencuat dan mengembang kemana-mana.

     'AAAAAARGHH PANASSS!!!! MANA LISTRIK MATII!! KIPAS ANGIN NGGA BISA DIPAKE $%^&*&^!!!!'
Batin si rambut panjang.

Ingin sekali Si rambut panjang mengabsen nama-nama binatang favoritnya alias mengumpat. Namun sayang, tidak ada tenaga untuk dibuang saat itu...

Ia hanya bisa terus menggulir hologram tipis di hadapannya untuk mencari tiket itu...

[]Don't Underestimate the Duchess[]Where stories live. Discover now