Redolent

155 21 1
                                    

Kasus yang sempat membuat Karina harus Hiatus untuk beberapa waktu resmi ditutup. Karina dinyatakan tak bersalah dengan segala bukti yang muncul. Tentu saja dibalik semua ini ada Yoshi.

Setelah berdiskusi lumayan panjang, Karina sepakat mengumumkan berita pernikahannya dengan salah seorang pengusaha. Meskipun belum diumumkan siapa yang akan menikah dengan Karina, tetap saja berita pernikahan ini adalah yang paling menggemparkan seisi negara.

Sosok Karina yang dibaleli sebagai wanita mandiri dan dikenal tidak pernah terlibat skandal kencan dengan siapapun tiba-tiba mengumumkan pernikahannya.

Karina tadinya tengah menjalani shooting film yang sudah direncanakan dua tahun terakhir. Hari nya berjalan seperti biasa sebelum Yoshi tiba-tiba datang. Memperkenalkan diri sebagai calon suami Karina dan berlagak seolah dirinya memang benar sangat mencintai Karina.

Yoshi bahkan mendatangkan truk makanan dan kopi untuk crew yang bertugas.

"Terimakasih sudah menjaga Karina. Silahkan dinikmati makanannya."

Siapa sangka bahwa ternyata suami Karina merupakan sosok pengusaha yang nama nya masuk dalam jajaran orang terkaya di Asia. Wajahnya tampan dan sifatnya yang baik. Semua mengeluh-eluh kan Yoshi. Bahkan sang penata rias sempat membicarakan lelaki itu selagi merias.

"Calon suami mu baik sekali, tampan lagi. Kau memang beruntung Karina."

Beruntung darimana!

Kalau bisa Karina ingin memberikan Yoshi kepada yang mau-mau saja. Silahkan dijadikan suami bersama-sama, Karina tak masalah. Sebab mereka tidak tahu bagaimana Karina akhirnya mau menikah dengan Yoshi.

"Baik apanya?" Karina berdecih lirih, begitu muak dengan berbagai drama yang Yoshi lakukan.

"Sudah selesai."

Karina kembali menjalani shooting yang terakhir. Dari posisi nya duduk, Yoshi turut melihat bagaimana chemistry yang diberikan Karina terhadap lawan mainnya. Yoshi mengamati semua di layar karena posisi duduknya tepat di sebelah sang sutradara.

Sampai ada adegan dimana sang lelaki mengutarakan perasaannya, dan selanjutnya dapat ditebak dari drama-drama picisan. Sebuah ciuman yang lembut dan penuh cinta.

Yoshi dapat melihat Karina melakukan semuanya dengan baik, seolah ini memanglah kisah hidupnya. Rona merah dan sikap malu-malu dari sang gadis yang diperankan Karina membuat Yoshi tetap diam pada posisinya.

Tak ada yang bisa menebak isi kepala Yoshi saat ini.

Yang jelas, apa Karina dan Yoshi akan merasakan hal sama andaikata mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai?

***

Waktu sudah menunjukkan tengah malam sejak Yoshi selesai dengan segala urusannya. Ia bersiap untuk pulang malam ini.

Saat hendak memasuki mobilnya, suara ponsel milik Yoshi menghentikan pergerakan lelaki itu. Ia lantas menekan tombol hijau.

"Kenapa?" Tanya Yoshi.

"Tuan, Nona Karina kembali menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh anda."

"Kapan akan datang?" Tanya Yoshi.

"Sekarang Tuan, di sisi kiri sedang bersiap menem——"

DORRR

Suara itu begitu memekik, disusul dengan gema serupa berkali-kali hingga seseorang yang misterius dibalik pohon tumbang begitu saja. Yoshi berbalik badan, ia mengamati seseorang yang ditugaskan untuk membunuh dirinya tengah tergeletak dengan banyak peluru bersarang di badannya.

Yoshi menghela napas, tangan kanannya mengusap lengan kiri yang tergores, menimbulkan luka terbuka yang masih mengeluarkan darah segar. Peluru yang seharusnya mengenai Yoshi kini bersarang di kaca jendela mobilnya. Meskipun gagal, peluru kali ini dapat melukai Yoshi. Kemeja putihnya robek di bagian lengan, ternodai oleh darah segar yang tak berhenti mengalir.

Yoshi memberikan isyarat bahwa dirinya tidak apa-apa ketika orang-orangnya akan mendekat. Ia memasuki mobil, mengendarainya sendiri meskipun hal itu dapat membuat luka nya semakin mengeluarkan darah. Dengan kecepatan tinggi, tak butuh waktu lama untuk Yoshi sampai di gedung apartemen tempat sang calon istri.

Yoshi mengenakan jas hitam untuk menutupi luka nya sebelum turun dari mobilnya.

Ia harus sedikit memberi pelajaran kepada calon istrinya.

***

"Bisa sabar tidak sih."

Karina berdecak sebal dengan bunyi bel berdentum yang ditekan berkali-kali. Saat ia membuka pintu, ia dikejutkan dengan Yoshi yang tiba-tiba saja mendorong kan menuju tembok.

Pandangan lelaki itu tajam dan menusuk. Karina yang terkejut semakin dibuat bingung dengan Yoshi yang mengunci pergerakannya.

"Ada apa sih?"

Yoshi tak langsung menjawab, deru napasnya tak beraturan seolah Yoshinori berlari melalui tangga saat kemari. Ia hanya diam, menatap Karina tajam.

"Yosh——hmpp"

Gadis itu membulatkan matanya ketika Yoshi tiba-tiba mendekatkan wajahnya, tanpa izin, sang lelaki menyatukan kedua belah bibir dengan sangat memaksa. Yoshi bahkan menggigit bibir bawah Karina untuk memaksa gadis tersebut membuka mulut dan mempermudah akses Yoshi dalam menjelajahi mulut Karina.

Suara kecipak menjadi pertanda bahwa permainan yang dipimpin oleh Yoshi belum usai. Ia terus mencari posisi yang nyaman. Ia tak peduli meskipun Karina telah memberontak setelah merasa oksigennya terkuras habis.

Yoshi belum melepaskan pangutan mereka, tangannya ia gunakan untuk menahan pinggang dan tengkuk Karina hingga gadis itu susah melepaskan diri. Karina terus mencoba mendorong Yoshi karena stok oksigennya benar-benar akan habis. Tapi segala usahanya hanya berakhir sia-sia.

Yoshi seperti benar-benar ingin membunuhnya.

Sedangkan Karina perlahan mulai lemas, saat inilah Yoshi akhirnya melepaskan ciuman mereka hingga Karina terjatuh dalam posisi terduduk dengan badan bersandar pada tembok. Gadis itu meraup oksigen sebanyak yang ia bisa dengan tidak sabaran. Ia bahkan terbatuk merasakan sesak akibat ciuman itu.

"Kau ingin membunuh ku?" Cerca Karina di sela-sela batuknya, gadis itu memukul dada nya sesekali.

Kalimat protes Karina dibalas senyuman miring oleh Yoshi. Ia mengambil langkah untuk duduk di sofa setelah berhasil membuat Karina hampir mati kehabisan napas.

"Bukannya kau yang ingin membunuh ku?"

Yoshi membuka jas nya lalu melemparkannya ke sembarang arah berniat menunjukkan akibat dari apa yang Karina lakukan. Karina sontak menutup mulutnya dengan reaksi terkejut. Lengan Yoshi masih mengeluarkan darah, bahkan sebagian besar kemeja di bagian lengan kiri sudah berubah warna menjadi merah. Bau anyir darah segar tercium oleh Karina.

"Orang Gila! Cepat ke rumah sakit bodoh, mengapa kau kesini." Ucap Karina seperti orang panik.

Hal itu membuat Yoshi tersenyum miring, terkesan meremehkan dan sedikit sombong.

"Lucu sekali melihat reaksi mu. Bukannya kau ingin aku terbunuh?"

Karina menatap Yoshi. Sedangkan Yoshi mulai bangkit dari posisinya. Sejujurnya, ia hanya ingin memperlihatkan kepada Karina bahwa tak mudah untuk menghabisinya begitu saja.

"Dengar ya Love, aku memang membiarkan mu melakukan segala nya tapi bukan berarti aku hanya diam. Ciuman tadi sebagai peringatan. Sampai jumpa besok."

Setelah mengatakan itu, Yoshinori keluar dari apartemen Karina dengan santai. Meninggalkan sang empu yang terdiam dengan ekspresi yang sulit diartikan.

SCENIC || YORINAWhere stories live. Discover now