Thalia menggeleng pelan. "Tidak. Aku tidak ingat sama sekali." Jawabnya sambil mengurut pelipisnya.

Yasmin berlari panik keluar kamar. Ia mencari tuan rumah dan tabib pribadi keluarga. Thalia menatap kepergian Yasmin dengan tatapan bingung.

Nama Nathalia Zeyrav berputar di otaknya dan dia teringat sesuatu. Thalia sadar sekaligus tidak percaya dirinya akan terdampar di dunia dongeng atau novel yang ia dengar dari mulut sahabatnya Gian.

Kepala Thalia mulai pening. Banyak hal yang ia khawatirkan.

Bagaimana nasib tubuhnya yang terkapar tidak berdaya bersimbah darah?

Apakah dia sudah mati ataukah koma?

Dan bagaimana pula cara agar dia bisa kembali ke dunia aslinya?

Thalia frustasi, ia tak tahu akan jawaban setiap pertanyaan yang terlintas di benaknya.

Perlahan Thalia beranjak bangun dari tempat tidurnya. "Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" Tanya Thalia hati-hati.

Ia berdiri dan terpaku melihat tubuhnya sendiri. Thalia merasa lain, seperti bukan dirinya. Ia merasa tubuh ini terlalu lemah untuk ukuran tubuh Thalia asli yang selalu fit dan berstamina. Ia menatap jemari tangannya sangat lentik, sekilas Thalia di buat terkagum-kagum. Ia memandang jemari tangannya yang sangat berbeda jauh dengan jemari tangan Thalia di dunia.

"Hei, apa semua ini?" Tanya Thalia sadar dari keterpesonaannya, ia mencoba untuk tetap tenang, padahal hatinya benar-benar cemas.

Thalia berjalan menghampiri cermin besar. Kedua mata emasnya membulat sempurna, Thalia melongo melihat pantulan sosoknya di depan cermin yang sangat 'Sempurna'. Hidung mancung, bibir mungil pink natural tetapi sexy, bentuk muka juga ideal sekali. Benar-benar impian para wanita memiliki bentuk wajah seperti ini.

Tubuh wanita itu tinggi, lebih tinggi dari tubuh Thalia yang notabenenya sudah tinggi 175 cm. Wanita ini mungkin memiliki tinggi sekitar 180 - 185 cm. Dia terlihat langsing dan proporsi tubuhnya sangat ideal-Body Goals sekali, Thalia terperangah. Wanita itu mengenakan baju tidur panjang berwarna merah muda, kulitnya sangat mulus dan seputih susu, rambutnya tergerai panjang berwarna blonde highlight.

Thalia berdecak kagum melihat pantulan lain dirinya di cermin. Sampai akhirnya kekaguman itu berakhir karena Yasmin datang kembali bersama dua orang pria di depannya.

Pria itu langsung berhambur memeluk putrinya. "Kau sudah sadar sayang?" Tanya pria itu dengan nada kelegaan tersirat jelas di wajahnya.

Thalia mengangguk pelan, "Aku sudah tidak apa-apa." Ujarnya mencoba menenangkan.

Pria itu memanggil tabib mendekat untuk memeriksa putrinya. "Tabib, cepat periksa putriku! Apakah benar dia kehilangan ingatan sesuai perkataan Yasmin?" Titahnya pada tabib.

Tabib itu mendekat, Thalia melangkah pelan dan kembali berbaring di atas tempat tidurnya. Dengan cekatan tabib memeriksa kondisi Thalia, netra emasnya hanya memperhatikan tanpa banyak berbicara.

"Untuk kondisi fisik, Nona Nathalia sudah membaik Duke. Hanya saja ada masalah untuk ingatannya, mungkin Nona mengalami sedikit trauma akibat jatuh dari tebing dan sempat mengalami koma selama lima bulan menjadi penyebab gangguan pada ingatannya." Jelas tabib setelah memeriksa Tubuh Nathalia.

"Apakah Putriku bisa kembali sembuh seperti sedia kala?." Tanyanya lagi.

Tabib mengangguk, "Tuan Putri akan ingat kembali secara pelahan Duke Aaron. Anda hanya perlu mengajak Tuan Putri berjalan-jalan atau membicarakan tentang dirinya di masa lalu. Jadi, anda tidak perlu khawatir." Jelasnya.

"Dan ini ramuan obat untuk Tuan Putri! Jangan lupa untuk meminumkannya, Tuan Duke!" Jelas tabib pada Duke Aaron yang tak lain ialah Ayah Nathalia.

"Baiklah aku mengerti! Terimakasih." Sahut Duke Aaron. Tabib pun menunduk sopan dan melangkah pergi meninggalkan ruangan Nathalia.

"Nathalia, apa yang kau rasakan saat ini nak?" Tanya Duke Aaron khawatir.

Thalia menggelengkan kepalanya, "Aku sudah tidak apa-apa. Ayah jangan khawatir!" Padahal kepala Thalia masih sedikit pening saat ia beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Duke Aaron tersenyum. "Istirahatlah, Nak! Kalau ada apa-apa panggil Yasmin, ia selalu ada di sampingmu!"

"Terimakasih, Ayah!" Jawab Thalia singkat.

"Yasmin, laporkan padaku setiap perkembangan kondisi Putriku!" Perintahnya singkat.

Yasmin mengangguk patuh. "Baik, Tuan Duke!"

Duke Aaron tersenyum, ia kembali menatap Thalia teduh, "Istirahat lah sekarang, Nak! Kemungkinan Putra Mahkota Ricard Ellenius akan datang kesini untuk menengokmu. Ayah yakin istana pasti sudah tahu kalau kau sudah sadar setelah 5 bulan." Kata Duke Aaron kemudian berbalik meninggalkan rangan Nathalia.

Duke Aaron merasa sedikit aneh melihat tingkah anaknya yang terbilang sangat beraura dan pembawaannya tenang. Sangat berbeda dengan Nathalia sebelum koma yang barbar, egois, pemarah, dan seenaknya sendiri.

Tapi, Duke Aaron bersyukur putrinya telah kembali sadar. Dan ia yakin sebentar lagi tunangan Nathalia si Putra Mahkota juga pasti akan datang untuk menengok putrinya. Tentu ia tahu, bahwa rumor tentang Nathalia sadar pasti akan segera tersebar sampai ke istana.

Duke Aaron berdecak kesal ketika mengingat Putra Mahkota. Selama lima bulan Putrinya tidak sadarkan diri, tak sekalipun terlihat batang hidungnya di kediaman Zeyrav. Helaan nafas panjang terdengar, Duke Aaron nampak sedikit frustasi melihat putri tersayangnya.

I WANT YOU (END)Where stories live. Discover now