GLEK.

Harusnya Haru tahu, sejak lahir, kemurahan hati bukanlah sifat bawaan seniornya. Ini akan jadi sangat kacau
.

.

.

Setelah kekacauan barusan-dan ia kehilangan satu kesempatan dan itu jelas SALAH HARU-sesi mewawancarai dan diwawancaraipun dimulai. Dengan ketegangan yang masih mengudara dan aura membunuh yang terlihat menguar dari tubuh Sehun, Haru membuka catatannya lagi dan bertanya takut-takut setelah sebelumnya menyalakan recorder untuk merekam sesi wawancara ini.

"Ummm ja... ja-jadi pertanyaannya,"—Aduuuh! Haru merasa sesak sekali ditatap Sehun. "Anu... ke-kenapa Sunbae suka menggambar dan membentuk sesuatu menggunakan pasir? A-apa alasannya? Apa karena magician di tivi itu ya? Atau karena memang dari kecil sunbae suka mengumpulkan pasir?"

.

.

.
Hening!

Dan yang terdengar hanya klub futsal dan tennis yang sedang pemanasan, Haru sayup-sayup dapat mendengarnya. Sekarang ia keringat dingin, bahkan tangannya yang memegang pulpen terasa dingin dan licin karena keringatnya itu dan jika jawaban itu tak kunjung terjawab mungkin ia akan segera turun ke lapangan futsal ikut pemanasan. Ia bahkan lebih memilih untuk ikut main futsal sampai keringatnya bercucuran membasahi seluruh pakaiannya daripada seperti ini, rasanya batin dan pikirannya sudah hampir sampai limit..

"Suka."

Haru menajamkan telinga. Barusan Sunbae-nya bilang apa?

"Aku suka."

"Oh..." Cepat-cepat Haru mencatat jawaban itu dengan tulisan tangannya yang rapi dan mendongak lagi hanya untuk mendapati Sehun yang menatapnya tanpa berkedip.

"A-apa?" daripada salah lagi karena diam saja, Haru memilih untuk bertanya.

"...mu."

"Hah?" Untung Haru menyediakan cottonbud, ia mengambil satu cottonbud kemudian mengorek pada kedua telinganya. Persetanan dengan imej ia tak peduli, imejnya didepan Seniornya ini bahkan sudah hancur. Ia hanya ingin cepat mendengar jelas apa yang seniornya ini katakan karena ia lebih mirip seperti kumur-kumur ketimbang bicara...entahlah mungkin ia lupa caranya.

Dilihatnya sang senior menghela napas kesal dengan wajah sedatar teflon yang menjadi trade mark-nya. Bibir tipis itu kemudian terangkat lagi.

"Kamu." Ulangnya.

OK. Akhirnya Haru mendapat kata terakhir, tunggu... kalau digabung dengan kata yang sebelumnya diucapkan...

Aku suka... kamu.

AKU SUKA KAMU?!

Rasanya tadi jantung Haru berhenti. Tapi cepat-cepat ia menenangkan dirinya. Mungkin ada baiknya ia menyiapkan cokelat setumpuk pada sesi wawancara berikutnya.

Tarik napas... buang... tarik lagi... buang... dan akhirnya debarannya kembali normal.

Mungkin saja ia kurang bersih mengorek telinganya dengan cottonbud dan salah mendengar. Bodo amat!

"Jadi...bagaimana sunbae bisa menjelaskan lebih jelas, men-"

"Jangan pura-pura tidak dengar...ucapanku tadi" Ucap Sehun,

NAH LOH?

Ya Tuhan, apa salah Haru! Sifat Haru yang ceria sekarang down karena sunbaenya ini. Mengapa sunbaenya ini suka sekali mengerjainya.

"Maksud sunbae yang mana ya?" Setidaknya Haru tidak ke PD an mending ia mendengar konfirmasi dari seniornya itu daripada PD. Sehun tidak langsung menjawab ia hanya berjalan kearah jendela dan membuka kaca sedikit.

Don't Play With My Heart!(EXO Sehun Fanfiction)Where stories live. Discover now