"I Want You!" Celetuknya melirik dan membaca judul buku milik Gian.

Gian menoleh dan tertawa kecil, "Tertarik? Keren loh. Aku sampai baca dua kali ini Novel."

Thalia menggelengkan kepala, "Tidak! Aku tidak suka baca Novel," Jawabnya singkat, dia kembali fokus menyetir mobil.

"Aku tahu. Tapi, aku akan aku memberitahu ringkasnya." Jawab Gian mengambil nafas untuk memulai mendongeng ria.

Thalia mengangguk, ia tak keberatan Gian bercerita tentang novelnya. Lumayan untuk menghilangkan rasa kantuk daripada berdua di mobil dan sama-sama diam.

"Kau tahu Tha? Namamu mirip loh sama karakter di novel ini. Meskipun itu hanya nama pendeknya saja." Sahut Gian.

"Benarkah?" Sahut Thalia penasaran.

Gian mengangguk, "Iya, tapi dia menjadi tokoh antagonisnya. Tokoh utama protagonis. Tapi, si antagonis ini kalau marah agak mirip sepertimu," Gian merasa geli, "Namanya Nathalia Zeyrav. Panggilan singkatnya juga sama denganmu, Tha-Thalia!" Tawa Gian meledak saat menjelaskan karakter antagonis dalam novelnya.

Thalia berdecak kesal dan kedua mata tajamnya melirik Gian kesal. "Tapi aku bukan antagonis." Gerutunya memprotes.

Gian masih tertawa, "Dan apa kau tahu ending dari si Antagonis Wanita Utama Si Nathalia itu?" Tanyanya.

Gian masih penasaran dengan ekspresi Thalia yang berubah-ubah. "Dia mati di bunuh Pangeran Kedua yang juga sama-sama antagonis. Karena tidak terima si tokoh utama di bully sampai mati,"

Gian bercerita lagi. "Tapi, hidup si antagonis ini juga kasihan menurutku. Dia sudah di jodohkan bahkan sudah bertunangan dengan Putra Mahkota. Tetapi, pria itu malah berselingkuh dengan si tokoh utama yang notabene hanya anak angkat Baron."

Thalia mendengkus kesal. "Aku paling benci dan anti sama pria seperti itu. Dan lagi aku juga tidak suka dengan tokoh utamanya yang terkesan menjadi pelakor!"

Gian mengangguk setuju. "Mau bagaimana lagi. Ceritanya begitu. Mungkin authornya sedang gila, jadi bisa menulis novel macam begini,"

Dalam hati Thalia, jika dia menjadi antagonis. Ia tidak akan berusaha mempertahankan si Putra Mahkota yang tak tahu diri. Serta menghindari Pangeran Kedua yang tak lain si malaikat pencabut nyawanya sendiri. Pastinya, dia akan membuat perhitungan dengan sang tokoh utama yang sudah mengusik kehidupannya.

Thalia bukan tipe antagonis pasaran pada umumnya seperti Nathalia Zeyrav, ia akan menjadi lebih dari antagonis lagi jika kehidupan damai Thalia di usik terlebih dahulu.

Gian masih terus bercerita, tetapi Thalia setengah tidak fokus mendengarkan Gian, ia beralih untuk tetap mengendalikan mobilnya dengan hati-hati.

***___***

Malam semakin larut, Thalia telah mengantar Gian selamat sampai rumahnya. Gian menawarkan dengan sedikit memaksa untuk Thalia agar mau menginap di rumahnya karena malam sudah larut. Selepas latihan mereka berdua pergi untuk jalan-jalan dan tak terasa sudah beranjak tengah malam.

Jalanan sepi, hanya sesekali mobil ataupun motor lewat berpapasan dengan mobilnya. Thalia mengendarai mobilnya dengan kecepatan standar. Ponselnya bergetar tanda ada sebuah pesan singkat masuk. Cekatan Thalia membuka pesan tersebut.

{Dokter, mohon maaf sebelumnya. Besok bolehkah saya tukar dinas malam dan dokter menggantikan saya dinas pagi? Saya pagi ada keperluan keluarga dokter.} Pesan singkat dari dokter Eka.

Thalia menggeleng pelan, "Ini orang tetap aja seenaknya sendiri. Tukar dinas selalu mendadak di jam selarut ini. Untung aku belum tidur." Dumelnya kesal.

{Okey, lain kali kirim pesannya lebih larut malam lagi ya dok!} Balas singkat Thalia.

Seusai membalas pesan singkatnya. Thalia membulatkan matanya, silauan cahaya lampu mobil melaju sangat kencang dan tidak beraturan dalam mengemudikannya mendekat ke arah mobil Thalia.

Refleks Thalia membanting setirnya ke kiri, nyaris mobil Thalia menghantam mobil di depannya, tapi naas mobil Thalia menghantam pagar besi yang berdiri kokoh di pinggir jalan dan mobilnya terpental tak beraturan di jalan raya.

Goncangan hebat membuat Thalia terhempas keluar mobil dan terlempar ke jalan beraspal, tubuhnya terguling tak berdaya. Cairan hangat serta kental dan berbau anyir mulai keluar dari kepala, telinga dan hidungnya. Rasa sakit mulai menjalar di seluruh tubuhnya. Remuk, mati rasa, dan tak bisa bergerak, semua bercampur menjadi satu.

Kedua mata Thalia yang biasanya menatap tajam dan tegas kini berubah sayu serta menahan kesakitan yang luar biasa. Ingin ia berteriak meminta tolong, tapi ia tak bisa membuka mulutnya. Serasa seluruh tubuhnya lumpuh.

"Tolong!" Rintihnya hampir tak ada suara.

Dari kejauhan, titik cahaya makin lama semakin mendekat. Sebuah mobil hitam legam berhenti tepat di samping tubuh Thalia yang terkulai lemah dengan darah sudah mulai mengalir di jalan beraspal. Suara tapak sepatu mendekati Thalia, seringaian mengerikan terukir sempurna di wajahnya.

Thalia membeku sesaat, ia menatap nanar ke sosok yang berjongkok tepat di depannya. Seorang pria paruh baya tersenyum sinis menatap Thalia.

"Kuat juga kau ternyata! Memang Putri tunggal Navgra haruslah berbeda dari putri yang lainnya!" Katanya dengan seringaian jahatnya.

Thalia tak menjawab, ia menatap pria itu. Berusaha melihat secara jelas dengan kedua matanya yang mulai mengabur.

"Tapi, setelah ini kau pasti akan mati. Dan aku akan menikahi ibumu yang sedang di luar negeri. Tak lama lagi, semua harta milikmu dan keluargamu akan menjadi milikku!" Pria itu tertawa angkuh.

Thalia menggertakkan giginya, andai dia tidak dalam kondisi seperti ini, pria di depannya pasti sudah tewas di tangannya. Ia sudah tak kuat lagi menahan segala rasa di tubuhnya.

"Paman!" Kata terakhir yang berhasil keluar dari mulut gadis manis itu. Matanya tertutup, kegelapan mulai menguasai dirinya.

I WANT YOU (END)Where stories live. Discover now