Dengan langkah cepatnya, sosok bertopeng itu mengambil cambuk yang tergeletak di atas meja. Dan hal yang selanjutnya terjadi adalah cambukan maha dahsyat yang mengenai punggung juga kaki Chika. Sosok bertopeng itu seperti jelmaan iblis yang tengah menghukum bawahannya. Darah segar merembes dari seragam putih yang Chika kenakan, kakinya penuh dengan luka sayatan akibat cambuk dari sosok bertopeng itu. Tak sampai di situ, tanpa mempedulikan Chika yang tengah menangis kesakitan, sosok bertopeng itu menjambak rambut Chika dan menyeretnya dengan gerakan kasar.

"Ehmmmmm!!!!" rasa panas langsung menjalar dari kepala Chika, matanya terus mengeluarkan air mata. Tubuhnya berontak namun dengan gerakan yang sangat lemah. Rasanya rambut Chika seperti ingin terlepas dari kulit kepalanya, belum lagi efek dari cambukan yang dia terima secara bertubi-tubi. Ini sungguh menyakitkan! Chika terus berteriak minta tolong dalam hati, berharap Vino datang dan menyelamatkannya.

Brakkk!!

Chika di hempaskan begitu saja hingga menabrak lemari yang sudah reot. Sosok bertopeng itu berjongkok, lalu mencengkram pipi Chika dan sedikit menariknya. Mata Chika mengiba, air mata tak kunjung berhenti mengalir membasahi pipinya. Dan,

Plak!! Plakk!! Plakkk!!!! Plakkk!! Plakkk!!!

Lima kali tamparan dengan kekuatan yang sangat besar membuat Chika terkapar hingga hidungnya mengeluarkan darah. Sudut matanya pun terluka, dan cairan merah juga mengalir dari sana. Nafas Chika kian melemah, tubuhnya tak berontak lagi, lalu dia pingsan untuk yang kesekian kalinya.

"Ehhhmmmm!!! Ehhmmmmm!!!" kini geraman itu terdengar lagi, membuat sosok bertopeng itu menoleh ke arah Shan. Wajah Shan penuh luka, sorot matanya terus memperhatikan Chika dengan tatapan yang khawatir bercampur sedih.

Sosok bertopeng itu meninggalkan Chika yang sudah tak sadarkan diri. Dia berjalan ke arah Shan sambil bersiul. Lalu menyeret sebuah kursi plastik usang dan duduk tepat di depan Shan. Shan memberontak hebat, namun percuma, semakin dia memberontak lilitan dari tali yang mengikat kaki dan tangannya akan semakin membuatnya terluka. Shan menangis, sambil menatap ke dalam sepasang mata di balik topeng itu dengan tatapan yang penuh iba.

"Berhenti menatapku dengan tatapan menjijikanmu itu!!" sentak sosok bertopeng itu.

"Kau lihat saja! Apakah detektif bodoh itu bisa menemukan kalian sebelum aku membunuh kalian berdua. Hahahaha!!!" tawa berat menggema memenuhi ruangan terkutuk itu. Shan menggeram dengan hebat, lalu kembali berontak, matanya terus menatap ke arah sosok bertopeng itu sambil terus mengucapkan nama seseorang di dalam hati.

"Medusa! Medusa! Medusa!"

.

.

.

.

Vino, Naomi dan Ashel berkumpul di ruangan milik Ashel. Baru saja Ashel mengabarkan jika dia mendapat rekaman cctv yang terletak di sekitar Kingston High School. Ketiga manusia dewasa itu tengah memperhatikan dengan seksama video yang tengah di putar di laptop milik Ashel. Hingga sampai di video dimana Chika terlihat berjalan dan mobil Rolls Royce hitam yang tiba-tiba berhenti di pinggir jalan.

"Tunggu! Bukankah itu mobil milik Boby?!" sentak Vino, rahangnya mengeras.

"Ya, itu milik Boby. Tapi siapa orang itu.. itu terlihat seperti bukan Boby. Haishhh aku tidak bisa melihat wajahnya!" sahut Ashel sambil memicingkan matanya.

"Sepertinya kita memang harus mendatangi kediaman keluarga Tuan Devan. Tidak ada cctv di jalan yang lainnya yang merekam pergerakan Chika. Itu artinya Chika menghilang setelah masuk ke dalam mobil itu. Mobil itu pun tidak bisa kita lacak, karena sepertinya si pelaku tau jalan-jalan yang tidak terpasang cctv. Jika benar Boby yang menculiknya, ku rasa kita harus mendatangi rumahnya. Rumah keluarga Tuan Devan." ucap Naomi sambil menatap Vino dan Ashel.

GOOD BOY || JKT48 Ver.Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon