"Shan! Ayo masuk ke dalam!" teriakan Boby membuyarkan lamunan Shan, pemuda itu berjalan ke arah rumahnya dengan langkah gontai.

.

.

.

.

Gerimis mulai turun saat jam menunjukkan pukul 22.00. Pemuda dengan lesung pipi itu tengah duduk dengan tatapannya yang kosong. Kamar dengan cahaya temaram juga beberapa barang yang di letakkan begitu saja, membuat terlihat lebih berantakan dan sungguh mengganggu. Namun pemuda itu acuh masih dengan tatapan yang kosong.

"Hhhh... Grrr..." suara aneh langsung menyapu indra pendengarannya, membuat pemuda itu langsung menoleh ke segala arah, namun di kamar itu hanya ada dirinya. Lebih tepatnya dirinya dan juga kesendiriannya.

Keringat dingin sudah membasahi sekujur tubuh, deru nafasnya kian membabi-buta, kini bukan tatapan kosong yang terpancar dari kedua matanya, melainkan sorot mata ketakutan juga terintimidasi yang terpancar. Pemuda itu bangkit dari duduknya, karena gerakannya kasar, kursi dengan bahan super mahal itu terdorong hingga jatuh menimbulkan suara bising.

Shan....

Suara itu memanggil namanya, panggilan itu seperti sapuan angin yang sangat dingin membelai telinga. Shan berdiri dengan tubuh gemetar, nafasnya naik-turun dengan tempo yang sangat cepat. Tirai kamarnya tersibak begitu saja, membuat Shan berjengit dengan dada yang mencelos.

"Jangan bawa aku!" teriaknya dengan mulut yang bergetar.

Shan mundur perlahan, isakan lirih terdengar dari mulutnya yang berwarna merah jambu.

Shan...

Suara itu kembali terdengar, masuk ke dalam telinganya dan terus berputar di dalam kepala. Shan menjambak rambutnya sendiri, sambil berteriak histeris seperti orang yang tengah kerasukan.

"Pergi! Pergi! Jangan ganggu aku! Aku tidak ingin menemui Hades! Pergi!!!!" teriakan Shan bergaung dan menyatu dengan suara guyuran hujan yang kian deras. Dia melempar barang apa saja yang terlihat, membuat suara gaduh yang mengganggu telinga.

"Bukan! Bukan aku! Kau yang melakukannya! Medusa jahat! Kau pembunuh! Bukan aku! Bukan aku!" Shan terus meracau sambil memukuli kepalanya. Suara itu kini seperti menjejali seluruh alam bawah sadar Shan.

Brak!!!

Shan memukul meja belajarnya dengan sekuat tenaga, membuat buku tangannya berwarna merah kebiruan.

Brakkk!!!

Kembali Shan melakukan hal yang sama, kini buku tangannya terlihat mengeluarkan darah.

Bugh!!!

Sasaran Shan kini adalah tembok yang keras, darah sudah mengalir dari buku tangannya yang terluka. Aliran darah dari buku tangannya itu bersimfoni dengan tetesan airmata dari balik kedua mata milik pemuda itu. Isakan pilu kini terdengar, menyayat hati siapa pun yang mendengarnya.

Pintu kamar itu di buka dengan gerakan kasar juga terburu-buru, laki-laki berwajah angkuh itu berdiri disana dengan raut wajah yang setengah panik. Dia berlari tergopoh-gopoh menuju ke Shan yang masih terus memukuli tembok.

"Shan cukup! Tanganmu bisa patah! Cukup!!" Boby langsung menarik tubuh Shan dan menjauhkannya dari tembok. Boby merengkuh tubuh Shan ke dalam pelukannya, namun adiknya itu terus memberontak sambil meracau kata-kata yang Boby tidak mengerti.

"Shan!!! Shan Dendelion!!!" suara berat yang menggelegar dari mulut Boby langsung membuat Shan bungkam, hanya isakan lirih yang terdengar, namun beberapa detik setelahnya Shan kembali meracau, walaupun dengan suara yang kecil.

"Ada apa?? Apa yang terjadi..??!" tanya itu keluar dari mulut Boby, dia sedikit memundurkan tubuhnya untuk melihat wajah Shan, namun adiknya itu hanya menunduk dengan racauannya yang tak jelas.

"Shan?!! Lihat aku!!!" Boby membentak, tidak tahan dengan racauan Shan yang entah mengapa membuat kepalanya berdenyut menyakitkan.

Perlahan kepala Shan terangkat, Boby bisa melihat bahwa adiknya itu masih terisak. Wajah Shan sangat kacau dengan rambut yang sudah awut-awutan. Jangan lupakan juga tangannya yang sudah berlumuran darah, dan menetes mengotori lantai kamar.

"Apa yang terjadi hum??" tanya Boby dengan suara yang lebih lembut. Wajah Boby panik dengan kedua tangan yang memegang bahu Shan.

Shan tidak langsung menjawab, dia hanya menggelengkan kepala sambil meracau lagi. Boby mencoba sabar, dia melihat sekeliling kamar Shan dan mendapati ruangan itu kini terlihat seperti kapal pecah. Sangat berantakan!

"Medusa. Dia ada disini.. Aku takut kak..."

Mata Boby terbelalak, "Apa maksudmu???"

"Medusa pasti ingin aku bertemu Hades. Dia... Dia pasti sudah tau jika aku melihatnya! Aku takut! Aku takut!!" Shan terus meracau, lalu dia kembali memukuli kepalanya sendiri.

Boby langsung mencengkram kedua tangan Shan, agar adiknya itu berhenti melakukan tindakan bodohnya.

"Cukup Shan! Jangan melakukan itu lagi! Kau tidak akan bertemu Hades. Hades tidak akan berani mendekatimu selama ada aku. Okay??" ucap Boby dengan ucapannya yang terdengar meyakinkan.

"Benarkah?? Kakak lebih kuat dari Hades??" tanya Shan dengan wajah polosnya.

Boby mengangguk.

"Kakak bohong. Hades selalu menang. Kakak tidak mungkin bisa mengalahkan Hades. Kakak bohong!!" Shan melepaskan diri dari cengkraman Boby, kemudian berlari.

"Yak!! Kau mau kemana?!!"

"Aku ingin tidur di kamar Kak Sisca!" teriak Shan keluar dari kamarnya. Meninggalkan Boby yang masih berdiri mematung di kamar Shan.

.

.

.

Jam menunjukkan pukul 12 malam. Shan masih terjaga di dalam kamar Sisca, sedangkan sang empunya kamar masih berkutat dengan pekerjaannya di dalam ruang kerja yang terletak di lantai bawah.

Shan mengambil ponselnya, lalu mencari nama kontak Chika yang dia namai ;

Tetangga ❤️

Sejenak dia tersenyum, memperhatikan foto profil Chika yang tengah tersenyum hingga menampilkan gummy smilenya. Shan mengusap wajah Chika di foto profil menggunakan jarinya.

"Tetangga sangat cantik." monolog Shan, bibirnya tersenyum, lalu menekan tombol panggil di layar ponselnya.

"Haloo..??"

Shan tersenyum saat mendengar suara Chika yang seperti baru saja bangun dari tidur.

"Tetangga. Bisakah aku berbicara dengan Detektif Naomi??"

...

...

...

"Ada hal penting yang ingin aku sampaikan."

...

...

Shan menunggu beberapa saat.

"Detektif Kucing??"

"Oh, ada apa Shan?? Ini sudah tengah malam kau menelepon."

"Detektif, aku rindu ayah..."

"Apa?? Shan Dandelion, jangan bercanda. Kau meneleponku hanya untuk mengatakan itu??"

"Jika Medusa tidak mengirim Hades pada ayah, pasti aku tidak akan kehilangan ayah."

"Apa?? Apa maksudmu Shan?? Siapa Medusa??"

"Medusa ⎯  "

Shan tertegun, lalu ponselnya terjatuh begitu saja.

"Halo..?? Shan?! Shan kau masih disana?! Yakk! Shan!!"

Tuuuutttttt.

Tuuutttttt.









TBC.

GOOD BOY || JKT48 Ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang