.

.

.

.

Jam menunjukkan pukul 14.00, Naomi baru saja memarkirkan mobilnya di sebuah halaman luas dengan satu rumah besar yang terpampang di depan matanya. Kepalanya menoleh ke arah papan nama yang berdiri kokoh meski di beberapa bagian sudah terlihat usang. Bibirnya tertarik, lalu kepalanya mengangguk beberapa kali, Naomi bersedekap dada sambil menatap bangunan di depannya. Sebuah Panti Asuhan.

Semilir angin menerbangkan helaian rambut panjang milik wanita bermata kucing itu, dengan langkah pasti dia berjalan ke arah rumah besar itu.

"Detektif Naomi..."

Naomi tersenyum saat di depan pintu rumah itu, seorang wanita dengan kisaran umur 50 tahunan tengah berdiri menyambutnya. Awalnya dia sedikit terkejut, bagaimana bisa wanita itu tau namanya?? Namun ingatannya langsung berakhir pada percakapannya dengan Ashel beberapa waktu yang lalu. Pastilah Ashel sudah memberitahukan pada wanita di depannya ini tentang dirinya.

"Silahkan masuk Detektif..." ajak wanita itu, lalu menggiring Naomi untuk masuk ke dalam. Naomi langsung duduk di atas sofa berwarna biru cerah, pandangannya berkeliling melihat foto-foto yang terpajang rapi di dinding dan rak khusus.

"Euhmmmm... Bibi ⎯  "

"Melody Laksani. Anak-anak memanggil saya Bibi Mel." potong wanita itu sambil tersenyum. Naomi mengangguk paham.

"Baiklah Bibi Mel, apa Ashel sudah memberitahukan maksud kedatangan saya kemari..??" tanya Naomi, langsung to the point tanpa basa-basi, di saat seperti ini basa-basi bukanlah saat yang tepat.

Bibi Mel mengangguk.

"Langsung saja jika begitu, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan mengenai Grey."

Raut wajah Bibi Mel seketika murung, terlihat gurat kesedihan di wajahnya yang tidak lagi muda. Naomi bisa melihat raut wajah kehilangan di wajah wanita yang duduk berhadapan dengannya itu.

"Silahkan Detektif... Saya akan menjawab semua pertanyaannya."

Naomi tersenyum di sertai anggukan.

"Bisa bibi ceritakan mengapa Grey bisa berakhir di Panti Asuhan ini??" tanya Naomi, lalu dia meletakkan ponselnya dengan mode merekam.

"Grey berada disini semenjak dia bayi. Saya menemukannya terbungkus selimut tebal di dalam box bayi yang tergeletak begitu saja di luar Panti. Sepertinya kedua orangtua Grey memang sengaja meninggalkannya disini." jawab Bibi Mel.

Naomi mengangguk.

"Lalu bagaimana kehidupan Grey selama di Panti??"

Wajah Bibi Mel menerawang, seperti sedang memikirkan sesuatu yang terjadi di masa lalu.

"Grey anak yang baik. Dia juga aktif dan sangat setia kawan. Beranjak dewasa dia mempunyai banyak teman di luar Panti, dan saat itu dia memutuskan untuk mandiri dengan cara keluar dari Panti secara baik-baik." jawab Bibi Mel, ada guratan kesedihan yang tergambar di wajahnya.

"Apa mungkin bibi tau jika Grey mempunyai musuh atau pernah bermasalah dengan seseorang??" tanya Naomi lagi.

Bibi Mel menggeleng.

"Walaupun dia seperti berandalan, tapi setau saya Grey tidak pernah bermasalah dengan siapapun. Itu yang membuat saya kaget saat tau jika Grey tewas karena di bunuh.." Bibi Mel sudah berkaca-kaca, Naomi tau jika wanita di hadapannya ini pasti begitu menyayangi Grey.

Naomi menghela nafasnya, belum terlihat titik terang yang mengarah pada si pelaku. Dia jadi sedikit ragu tentang dugaannya pada Shan.

"Detektif, saya ambilkan minum dulu yaa.." ucap Bibi Mel sambil perlahan bangkit dari sofa. Naomi hanya mengangguk di sertai senyumannya.

Bibi Mel lalu melenggang pergi meninggalkan Naomi seorang diri di ruang tamu. Tatapannya kini langsung mengarah ke deretan foto yang terpajang rapi di sebuah rak bersusun. Naomi bangkit dari duduknya, dan berjalan ke arah foto-foto tersebut. Ada banyak foto yang di pajang disana, kebanyakan adalah foto anak-anak yang tinggal di Panti.

Naomi meneliti satu-satu foto tersebut, lalu tangannya meraih sebuah foto dengan bingkai yang sudah usang. Di foto itu terlihat seorang bocah laki-laki dengan kemeja kotak-kotak yang tengah tersenyum. Naomi bisa memastikan jika bocah laki-laki itu adalah Grey. Lalu di samping Grey berdiri seorang bocah perempuan yang tengah memeluk boneka beruang, bocah perempuan itu juga tersenyum menatap kamera. Naomi memicingkan matanya, wajah bocah perempuan itu seperti tidak asing baginya. Naomi cepat-cepat mengeluarkan ponselnya dan memfoto Grey dan bocah perempuan itu, lalu dia buru-buru memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil yang dia bawa.

Bibi Mel datang, lalu meletakkan segelas lemon tea hangat di atas meja.

"Banyak sekali foto yang di pajang.." ucap Naomi, masih berdiri sambil bersedekap dada menatap jejeran foto-foto tersebut.

"Saya pribadi memang suka mengabadikan momen anak-anak Panti dengan mengajak mereka berfoto. Semua anak yang berada di foto itu adalah anak yang tinggal di Panti Asuhan ini." jelas Bibi Mel sambil tersenyum, lalu dia berjalan menghampiri Naomi. Wanita paruh baya itu lantas mengambil sebuah foto yang Naomi sendiri sudah melihatnya.

"Ini Grey saat berumur 6 tahun. Dia masih sangat menggemaskan.."

"Lalu gadis kecil ini..??" tunjuk Naomi.

"Dia Fransisca, sahabat Grey. Namun dia sudah meninggal karena sebuah kecelakaan saat berumur 8 tahun.." jelas Bibi Mel.

Fransisca..???

Naomi memicingkan matanya. Menatap lekat ke dalam foto bocah perempuan itu.

"Tunggu... Kenapa wajahnya sangat tidak asing bagiku.." monolog Naomi sambil mengusap dagunya dengan telunjuk dan juga jempolnya.

"Fransisca..???" tanya Naomi sekali lagi.

Bibi Mel mengangguk.

"Tapi Grey dan yang lainnya lebih sering memanggilnya Sisca."

Deg!

Mata Naomi membulat. Gadis kecil di foto usang itu, wajahnya sama persis dengan Sisca Sarasean putri dari mendiang Tuan Devan. Naomi berdiri dengan pikiran yang sangat penuh.

Fransisca. Sisca Sarasean.

Drrrtttt!! Drrtttt!!!

Dering ponsel membuyarkan lamunan Naomi. Dia langsung merogoh ponselnya dan mendapati nama Vino tertera di layar benda berbentuk persegi panjang itu.

"Haloo?? Ada apa vin..???"

"Aku masih di Panti Asuhan, mungkin sebentar lagi aku akan pulang."

"Baiklah, aku mengerti. Oke aku akan langsung ke kantor."

"Iya iya baiklah aku tau."

Tut!

Setelah menerima panggilan itu, Naomi buru-buru berpamitan dengan Bibi Mel. Vino menelponnya dari kantor kepolisian, dan dia membutuhkan Naomi sekarang.

Mobil milik Naomi keluar dari halaman Panti Asuhan, tanpa Naomi tau ada sepasang mata yang memperhatikannya dari kejauhan. Sepasang mata itu menatapnya dengan tatapan benci juga kemarahan.








TBC.

GOOD BOY || JKT48 Ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang