Bab Dua Puluh Enam - END

Start from the beginning
                                    

"Jangan ditanya. Pemilik kos kekeh mau menambah isi pos jaga biar tamu yang datang bisa istirahat dengan nyaman. Tapi beliau sepertinya tidak bisa melihat jika pos jaga sudah terlalu penuh untuk menampung satu set sofa."

Audrey tertawa. "Kau benar, ruanganmu terlihat sesak."

"Gara-gara ini, Pak Ucup dan Pak Mamat sering mengomel. Kau tau sendiri betapa besarnya badan mereka. Setiap kali lewat didekat sofa, ada saja yang jatuh kena senggol."

"Kalau begitu mereka harus mengurangi bobot badan mereka untuk menghemat ruang."

"Aku juga berfikir begitu," kata Agus, "Apa kau membawa payung?" Agus mengerinyit menatap langit yang mulai bergemuruh. "Sebentar lagi hujan."

Audrey juga ikut melirik langit yang berubah dengan cepat. "Tidak," Padahal tadi masih cukup terang, "aku cuma sebentar." Kata Audrey melanjutkan, "kalau begitu aku pergi dulu, takut terjebak hujan."

***

Audrey berlari kecil menghindari hujan yang semakin deras. Jalan di gang apartemennya terasa jauh malam ini. Ia mendesah pasrah. Bajunya setengah basah. Setelah ia pikir-pikir, jika ia melanjutkan menulis novelnya. Audrey yakin akhir tragis dimana pemeran utama perempuan menangis ditengah hujan akan menyayat hati para pembaca. Siapa bilang bahagia selalu menjadi akhir dari sebuah cerita. Sedih juga akhir dari sebuah cerita. Melalui pertemuannya dengan Arkan, banyak hal telah mengubahnya. Mengubah cara pandangnya tentang hidup. Mengubah ketakutannya terhadap laki-laki. Dan mengubah kepercayaan Audrey tentang cinta. Ternyata semua tak segampang itu. Dia hanya dibodohi oleh semua dongeng, novel romance atau lirik lagu yang dibacanya.

Ya, dia harus menerimanya. Inilah akhirnya. Meski sedih, tapi ia harus menerima kenyataan. Mata Audrey berkaca-kaca, hingga pandangannya kabur. Dia berharap itu karena hujan, tapi Audrey tahu, semua karena air matanya mengucur lagi untuk kesekian kalinya. Audrey terus melangkah tanpa berhenti. Di tengah hujan dengan menangis.

Hingga ia mendengar klakson dari dekat, dan sesuatu menabraknya.

Menabraknya cukup kencang. Audrey meringis sakit. Kakinya berdenyut menyakitkan.

"Aduh mbak, maaf, saya nggak liat tadi ada yang nyebrang." Kata pengendari motor. Pria paruh baya itu menatap Audrey dengan pandangan bersalah. Ia berusaha mengangkat Audrey yang semakin basah karena jatuh. Audrey menatap bajunya yang kotor dari atas hingga ke ujung kakinya. Pria paruh baya itu mencoba mengangkatnya dari kubangan air. Tapi kaki Audrey terasa berdenyut setiap kali ia bergerak.

Audrey mengerang, dan laki-laki itu menunjukan raut wajah ketakutan. "Apa ada yang luka?"

Menyedihkan.

Audrey menggeleng lemah. Air mata sudah mendesak keluar dari matanya. Dia ingin menangisi dirinya. Patah hati, ditabrak motor di tengah hujan, dengan baju berkubang lumpur. Audrey mengusap wajahnya dengan tangan. Mulai tersedu-sedu setelah berusaha menelan gumpalan kesedihannya sekuat tenaga.

Pria paruh baya yang menabraknya kebingungan karena Audrey tiba-tiba menangis. "Mbak, apa lukanya parah.?" Dia menatap Audrey dengan panik, "ayo saya bawa ke rumah sakit."

Tapi Audrey tak menjawab, dia menangis lebih kencang ketika hujan semakin lebat. Berharap kesedihannya ikut tersapu air hujan. Audrey menangis dengan sekuat tenang. Orang-orang mulai berkerumum menatapnya dan sang pria paruh baya. Laki-laki yang tak bersalah itu semakin putus asa saat Audrey menangis semakin kencang.

"Pak, dibawa ke rumah sakit aja." Kata salah satu masayrakat disana. "Neng, kita bawa ke rumah sakit ya."

Audrey hanya mengangguk pasrah.

Audrey dibawa kerumah sakit. Mereka memeriksa memarnya. Kakinya bengkak dan membiru. Dokter itu bilang ia terkilir dan perlu di kompres. Pria paruh baya yang menabraknya terlihat cemas, mungkin ia merasa bersalah. Awalnya pria itu bersikeras ingin membiayai pengobatan Audrey dan menemaninya hingga pengobatannya selesai, tapi Audrey memintanya untuk pulang saja. Pria itu terlihat menggiggil kedinginan. Mereka sama-sama kotor karena hujan. Jadi ia tak tega membiarkan pria tua itu menemaninya dengan kondisi yang tak jauh beda dengannya.

The Future Diaries Of AudreyWhere stories live. Discover now