"Kekasih Sisca Sarasean..?" tanya Vino untuk memastikan.

"Iyaa vin. Apa kau tidak tau?? Berita itu sudah sangat lama, sekitar 3 tahunan yang lalu.." jawab polisi itu.

"Vino, beberapa teman Grey sudah berada di kantor kepolisian. Kau dan Naomi bisa melakukan interogasi di kantor. Mayat akan segera di bawa ke Rumah Sakit pusat untuk di lakukan proses autopsi." ucap Dio.

"Bagaimana dengan keluarganya??" tanya Hanna.

"Dari informasi yang di dapat dari anak buahku, korban hidup sebatang kara, dulu dia besar di panti asuhan daerah Hansan." jawab Dio.

"Hansan..??" Naomi bertanya dan langsung di angguki oleh Dio.

Sementara Vino dan Dio tengah membicarakan beberapa hal, Naomi kembali memperhatikan mayat Grey. Di dalam pekerjaannya dia harus tampil sercermat mungkin, tidak boleh ada satu hal pun yang terlewatkan, karena di dunia detektif, hal sekecil apapun layak untuk di jadikan petunjuk. Mata Naomi memicing, saat pandangannya melihat ke arah tanah yang sedikit basah karena tadi malam sempat turun hujan. Wanita dengan mata kucing itu berjalan perlahan dan berhenti tepat di atas tapak sepatu yang tergambar jelas di atas tanah yang basah. Naomi berjongkok, lalu memotret tapak sepatu itu dengan kameranya. Dia tersenyum saat melihat hasil fotonya. Gotcha! Satu petunjuk telah di dapat.

.

.

.

.

Ruangan nan mewah dengan desain maskulin itu hanya di isi oleh satu orang dengan setelan jas berwarna hitam yang tengah duduk di atas kursi kebesarannya. Tulisan emas dengan huruf-huruf besar yang tercetak terangkai menjadi sebuah nama, HardTech. Sebuah perusahaan teknologi raksasa yang menjadi pelopor smartphone nomor 1 di seluruh dunia.

Helaan nafas terdengar dari laki-laki berjas hitam tersebut, tak lama bunyi ponselnya berdering, dia langsung menyambar benda itu dan melihat nama yang tertera disana.

Sisca Sarasean calling....

"Halo..?? Ada apa Sisca??"

"APA?!!!"

"Kau sekarang berada dimana??"

"Baiklah aku akan segera kesana. Ingat! Tunggu sampai aku datang dan kita pergi bersama."

Panggilan terputus. Laki-laki bermata coklat gelap itu lantas menyambar kunci mobilnya begitu saja, lalu berjalan cepat keluar dari ruangannya.

"Dasar bajingan tengik!! Sudah mati saja masih merepotkan!!" umpat laki-laki itu yang tak lain adalah Corniel Hardana. Putra tunggal pewaris HardTech.

.

.

.

.

Lamborghini Veneno Roadster berwarna hitam itu melaju pelan dan masuk ke pelataran utama kantor kepolisian. Sang pengemudi di dalamnya membuka pintu mobil setelah mobil mahal itu terparkir rapi di tempat parkir khusus. Laki-laki dengan kacamata hitam dan rambut yang di sisir rapi itu terlihat berjalan ke arah pintu penumpang.

Tak lama seorang wanita dengan rambut blonde juga lisptik merah merona keluar dari mobil itu. Sisca Sarasean, berjalan berdampingan dengan Corniel Hardana, membuat beberapa pasang mata yang melihatnya langsung terperangah. Dua orang itu, adalah putra dan putri dari pemilik perusahaan raksasa yang kekayaannya tak terhingga.

Oniel menggenggam tangan kanan Sisca, mengacuhkan beberap polisi yang terlihat berbisik saat melihat kedatangan mereka. Sisca tak menampik genggaman tangan Oniel, wanita itu malah membalas menggenggam tangan laki-laki di sebelahnya ini sambil terus berjalan. Sisca juga memakai kacamata yang sama dengan Oniel. Sengaja untuk menutupi matanya yang sedikit memerah karena tangis saat mendengar kabar jika Grey telah meninggal.

GOOD BOY || JKT48 Ver.Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu