Khilaf. Aku membuatnya tidak percaya diri. Aku membuatnya mogok ekskul. Aku membuat kerusakan di hatinya. Dia telah benci padaku. Membuatnya takut bertemu denganku.
Tapi dia orang spesial bagiku tiga bulan kemudian. Dia membuatku percaya diri. Dia m...
Ini hari Senin, upacara bendera bentar lagi mau mulai. Berarti bisa liat dia? Yeay.
Gue siap-siap lebih cepet buat ke lapangan. Pastiin dasi rapi segitiga, topi dipake, seragam rapi. Dan tentu aja parfum. Yakali gue ga pake parfum.
"Ayolah kita ke lapang!" kata gue sambil terus-terusan ngeburu-buru Dwi yang dari tadi ngaca, rapiin kerudungnya.
"Sabar atuh, da belum mulai. Baru jam tujuh kurang," jawabnya. "Emang ada apaan sih?"
"Ga sih, ayo ah cepet!" gue kesel ngeliat dia yang dari tadi ribut sama kerudungnya. Emang ga bisa apa lebih cepetan dikit. Malah santuy. Gue tarik aja tangannya buat buru-buru pergi ke deket lapang.
"Lo mau ketemu sama pacar ya?"
"Peka juga lu!" Jawab gue sambil pura-pura dorong kepalanya.
"Ciee ah!"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Sttsttsttt,"
Di lapangan gue ga nemuin si Reina baris dimana, barisan kelas 9-8 sama kelas 8-8 agak jauhan. Susah banget liat dia. Saat upacara beres, ada pengumuman sebentar, semua murid dibebasin mau duduk, jongkok, berdiri, atau apapun itu bebas. Asal jangan keluar lapangan.
Ini kesempatan nih.
Gue perhatiin seluruh lapangan nyari dia. Pas gue ngeside eye ke kiri ternyata dia udah natepin gue! Mana senyum lagi sambil lambai tangannya. Aaaaaaarrrrgghhhhhh. Anjir anjir amanin jantung gue.
Hey you, listen to my heartbeat 💓
Gue paksain senyum meskipun keliatan banget nervousnya.
"Lo kenapa, Fir?" tanya dwi terkekeh.
Stefany natep gue lalu natep Reina.
"Ada si Reina weh! Disitu!" kata Stefany sambil agak nunjuk dia, gue tepis tangannya.
