Balas dendam²

3.8K 9 0
                                    

Juna dan Juan saling pandang, teriakan Teya membuat kedua laki-laki itu mematung.

"Arga beneran?" Juna hanya mengangguk skeptis dan menatap kedalam rumah sepi itu.

"Kalo sampe beneran apa gak marah si Haidar?"

"Lo ngurusin amat ke Haidar! Ya, lo inget aja gimana alasan gak masuk akalnya bilang 'gak sengaja' dan bikin adiknya Arga meninggal" Juan memukul pundak Juna dan mengamati keadaan sekitar.

Teya memberontak, kedua tangannya diikat menjadi satu, pandangannya ditutup dengan kain.

"Lo siapa?! Lepasin gue!"

"Syukurlah lo gak kenal, kalo gue lepasin, gue rugi dong." Tangan Arga bergerak mengusap leher jenjang Teya, meninggalkan bekas kemerahan disana.

"MINGGIR, JANGAN SENTUH GUE!"

"Sayang banget, Haidar gak disini. Harusnya dia disini sambil ngeliat adik satu-satunya yang dia sayang, gue rusak."

Arga melepaskan kancing piyama milik Teya, tangannya mengusap pipi gadis itu.

"Let's make a beautiful night!"

"BANG HAIDAR!"

Suara kulit yang bertemu, teriakan serta isakan tangis milik Teya tak gentar membuat Arga menyudahi kegiatannya.

"Gue udah kasih tau abang lo, dan lo tau? Abang lo lagi perjalanan pulang, tenang, setelah ini gue pergi"

"ARGA, SIALAN! BUKA PINTUNYA BANGSAT!"

"Tunggu, gue belum selesai."

"Abang tolongin Teya, hiks..."

"Arga, buka pintunya, anjing"

"Biar gue buka, Dar" Dimas menggeser tubuh Haidar ke belakang dan menabrakkan bahunya ke arah pintu. Haidar menatap tangannya yang memerah, ia menyesal meminta kepada almarhum kedua orangtuanya meminta pintu yang terbuat dari kayu jati.

"Sshhh, sekali lagi!" Belum sempat mendobrak, Haidar menahan tangan Dimas dan menggeleng.

"Harus dicongkel, gue ambil linggis dulu di garasi!" Dimas mengangguk, mengangkat lengan kaosnya dan menatap bahunya yang memerah.

Haidar kembali, ia memberikan linggis itu kepada Dimas dan Jeffry.

"Udah kebuka, dikit lagi!"

"Semangat ngerusak pintunya!" Teya didalam sana masih terus menangis, tangisan yang bercampur dengan moan.

"Gue pergi, uangnya ada di lemari baju lo, see you later!" Arga memakai bajunya dengan cepat. Teya memandang kearah jendela yang terbuka, tangisannya tak kunjung usai.

"TEYAAA!" Haidar memeluk tubuh adiknya, seharusnya ia tahu ini akan terjadi, Dimas sudah memberi peringatan setelah Haidar kembali ke markas.

Flashback

"Lo yakin ninggalin Teya sendiri? Perlu gue jagain rumah lo?" Nampak dari raut khawatir dari Dimas.

"Gak usah bang, udah gede dia, gak bakal kenapa-kenapa"

20 menit berlangsung dengan canda tawa di markas itu hingga 1 notifikasi masuk, Haidar menatap nanar foto yang dikirim Arga.

"I was told you!"

"HAIDAR! Dar!" Haidar dengan segera berlari menuju ruang tamu markas dan meraih kunci motornya.

Flashback end

"Harusnya gue dengerin kata bang Idar, maafin Teya!" Dimas menatap Haidar, raut penyesalan muncul disana.

"Gue juga salah, harusnya gue gak ninggalin lo, dan kalo semisal gue dengerin kata bang Dimas, ini gak bakal terjadi"

Hai, hello, annyeong
Iyyaa, gw gak bikin teks moan nya karena sejauh ini gw liat² moan nya sama ajaa :(

Gak jelas, maaf yaa, next gw usahain lebih better dari yang ini, gw ngerasa nervous disini, kek flashback ke kejadian gw sendiri nyeh, byee
Salam Candy 🍭

One shoot 18+Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu