01

806 42 7
                                    

Happy Reading😊

        Jam menunjukan pukul 06.00 WIB. Jovano sedang bersiap untuk berangkat sekolah. Dia berlari kecil menuruni tangga rumah nya untuk menghampiri ayah, bunda dan kakak nya yang sedang berada di meja makan.

"Pagi ayah, bunda, kakak." Ucap nya sembil menuju tempat duduk nya,

"Pagi juga adek." Balas mereka bersamaan.
Pagi ini dia hanya sarapan roti dengan telur mata sapi yang telah bunda nya siapkan.

"Ayah apakah setiap ayah mengurus perusahaan aku harus selalu ikut juga?" Tanya Jovano kepada sang ayah

"Memangnya kenapa nak?"

"Tidak ada ayah, hanya saja..." jovano menjeda ucapan nya karena ragu untuk mengatakan nya.

"Hanya saja apa dek?" Tanya lembut sang bunda

"Hanya saja aku harus selalu berinteraksi lagi dengan orang-orang baru di sekolah dan itu tidak mudah. Tidak bisakah aku menetap disini, disatu tempat saja seperti ka Jerico ayah?" Jovan mengucap kan secara lantang dan mengakhiri kalimat nya dengan sedikit bertanya kepada sang ayah. Dia merasa lelah karena sedari dulu selalu berpindah -pindah sekolah.

Jerico sang kakak memang sudah menetap di Bandung selama hampir 3 tahun lamanya, pada saat dia mau menginjak SMA dan sudah diterima sekolah di Bandung sang ayah mendapat panggilan dari perusahaan yang berada di Jakarta. Dikarena kan Jerico tidak ingin lagi ribet untuk mengurusi kepindahan dan mendaftar ulang jadi dia memilih untuk menetap di Bandung. Sedang kan sang adek Jovano harus ikut pindah ke jakarta, padahal pada saat itu Jovan sudah berada di kelas 9.

"Untuk sekarang ini ayah memutuskan untuk tinggal disini, jadi kamu jangan khawatir kalo kita akan pindah lagi, namun ayah sama bunda harus keluar Negeri dulu karena beberapa perusahaan ayah disana sedang kacau. Kamu disini harus jaga diri ya."

"Baiklah ayah semoga aku betah ya di sekolah baru ku dan mempunyai teman." Ucap Jovan sambil menghabiskan sarapan nya.

      Jovan segera menghabiskan rotinya dan bergegas untuk berangkat sekolah, dia memasuki mobil dan di antarkan oleh supir ayahnya yang bernama Selamet untuk pergi ke sekolah baru nya. Jovan tidak berangkat bareng sang kakak di karena kan Jerico membawa mobil sendiri untuk pergi ke sekolah dan alasan lainnya karena tidak ingin terlalu mencolok sebagai anak baru.

ʕ•̫͡•ʕ•̫͡•ʔ•̫͡•ʔ•̫͡•ʕ•̫͡•ʔ•̫͡•ʕ•̫͡•ʕ•̫͡•ʔ•̫͡•ʔ•̫͡•ʕ•̫͡•ʔ•̫͡•ʔ

        Setelah sampai di gerbang sekolah dan turun dari mobilnya. Semua Siswa-Siswi memandang nya dengan pandangan bertanya, Jovan merasa risih dengan tatapan mereka semua. Jovan segera mencari ruang kepala sekolah, setelah menemukan ruang kepala sekolah Jovan segera masuk ruangan tersebut. Kemudian salah satu guru mengajak Jovan untuk ke kelasnya, Jovan segera mengikuti langkah sang guru dan sampai di Kelas yang akan dia tempati. Semua di kelas terdiam tak kala melihat kedatangan Jovan. Jovan dengan cepat memperkenal kan diri nya dan berakhir duduk di sebelah Yasa.

"Hai nama gua Yasa, Yasa Adikta." Yasa memberi tangan nya untuk bersalaman. Jovan meraih tangan Yasa untuk membalas nya

"Iya, hai juga nama gua Jovan, Areksa Jovano Arganta."

"Hai Jo nama gua Jeremi, Jeremi Adhiyaksa Pratama." Kata Jeremi memperkenal kan diri nya

"Kalo gua Nakula, Nakula Askara Dipta."

        Mereka berbincang hingga guru Fisika memasuki kelas. Jovan memulai belajar nya hingga dia melihat ke arah jendela, dia melihat 4 orang pria yang tengah berjemur di lapangan menghadap tiang bendera. Sorot matanya melirik pada sosok pria yang menatap nya tajam, melihat Jovan yang sedang melihat orang itu Yasa langsung memberi tahu Nama pria yang sedang Jovan lihat.

OBSESI PANGLIMA TEMPURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang