Naomi mengacak pelan rambut pendek Vino.

"Baiklah Tuan Vino!!" Naomi tersenyum jenaka, membuat Vino terkekeh geli.

Malam semakin larut, dan mereka berdua menutup malam mereka dengan bercinta seperti biasanya.

.

.

.

.

Lantai keramik yang sangat kotor, di pojok ruangan terdapat meja kecil dengan alat-alat tukang yang berserakan. Lampu berwarna kuning yang menggantung di tengah ruangan, menjadi satu-satunya penerangan. Tidak ada ventilasi, membuat ruangan menjadi sangat pengap. Debu menempel di atas perkakas usang yang tergeletak di sembarang arah. Tempat ini terlihat seperti gudang.

Bunyi pintu yang terbuat dari besi terbuka pelan, menimbulkan suara berderit yang cukup membuat sepasang mata yang meringkuk di pojok ruangan itu terbuka. Seseorang masuk, lalu menutup pintunya. Dia berjalan perlahan. Sepatu putih dengan logo berbentuk centang itu terlihat berwarna sedikit kecoklatan, entah karena terkena lumpur atau apa. Celana jins gombrong dengan jaket tebal berwarna merah pekat, juga wajah yang tertutup topeng.

"Sudah hari ke-11." ucap suara di balik seseorang yang memakai topeng. Suaranya terdengar seperti seorang laki-laki.

Dia berjongkok, sedangkan pemuda yang meringkuk di atas lantai keramik yang dingin itu terdengar terisak pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia berjongkok, sedangkan pemuda yang meringkuk di atas lantai keramik yang dingin itu terdengar terisak pelan. Jari-jari putih yang terlihat pucat itu menyentuh lengan sang pemuda hingga membuat isakannya berubah menjadi tangisan.

"Zee yang malang...." ucapnya. Bibirnya membentuk smirk yang mengejek.

Ya,, pemuda itu adalah Zee. Kedua tangan Zee tersayat penuh luka karena pisau lipat, lalu kedua kakinya penuh lebam karena hantaman tongkat baseball berkali-kali, bisa di pastikan jika salah satu kaki Zee retak. Zee tidak bisa kemana-mana, karena kedua tangan dan kakinya di pasangkan rantai besi yang tergembok.

"Uhhmmmm!!!! Uhhmmmmmm!!!!!" Zee menggeleng hebat, saat seseorang bertopeng itu mengeluarkan gunting dan pemantik api dari saku jaketnya yang tebal. Mulut Zee memang sudah tak tertutup lakban, namun mulut itu kini sudah terjahit secara paksa, bahkan bekas darah masih terlihat jelas di sekitar bibirnya.

"Kau pasti bertanya-tanya mengapa berada disini bukan..? Apa kau mau tau alasannya??" suara itu seperti mempermainkan Zee, membuat Zee hanya menggeleng lemah dengan kedua mata yang sudah berlinangan. Seseorang itu kini membakar ujung gunting dengan pemantik api, membiarkan ujung gunting yang terbuat dari besi itu terbakar.

"Jika kau ingin tau alasannya, pejamkan matamu. Biarkan aku memberitahumu sesuatu."

Ujung gunting yang telah panas itu di tempelkan ke pipi Zee, membuat pemuda itu mengerang kesakitan. Pipi Zee melepuh, dagingnya terbakar. Suara tawa dengan intonasi keras terdengar mengisi ruangan, seolah seseorang bertopeng itu tengah menertawakan kemalangan yang menimpa Zee. Tangis Zee semakin menjadi, merasakan panas dan perih yang tak terkira. Jika dia boleh meminta, dia lebih baik di bunuh sekarang juga, daripada dia nantinya akan terbunuh namun dengan cara di siksa seperti ini. Mati dengan cara perlahan-lahan, mungkin itu tujuan utama seseorang bertopeng itu pada Zee.

GOOD BOY || JKT48 Ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang