Sebelum menuju ke cerita, aku jelasin dulu biar kalian nggak bingung.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ket : - Minji, Hanni, Danielle usia 33 tahun. - Haerin usia 29 tahun. - Hyein usia 14 tahun. - Michie usia 10 tahun.
Selamat membaca!
Nyengir dulu 😁
✓✓✓
“Ayolah Pa..” pinta seorang anak kepada Papanya. Seragam SMP elit melekat di tubuh tinggi gadis berambut panjang lurus itu.
“Hyein.. Kamu kan bisa pergi sama Mama dan Papi.” jawab sang Papa, menatap putrinya yang duduk persis di hadapannya.
Hyein menghembuskan napasnya kasar.
“Papaku itu Papa Minji, bukan Papi Danielle!!” ucap Hyein dengan nada tinggi. Matanya terlihat mulai memerah.
“Tapi In, Papa nggak bisa ketemu sama mama kamu.” lirih Minji. Tatapannya sedikit sendu, berharap agar anak perempuannya itu mau mengerti.
“Kenapa?! Apa setelah 13 tahun lamanya, Papa masih belum bisa maafin mama?” tanya Hyein, semakin meninggikan nada bicaranya pada Minji.
Minji diam, tidak tahu harus menjawab apa.
“Aku pulanggg..” seru gadis lain dengan seragam sekolah dasar yang melekat di tubuhnya.
Gadis itu masuk ke dalam bengkel, membuat Hyein dan Minji lantas menoleh kearahnya.
“Sore Ayah, sore Kak Hyein.” sapanya dengan senyuman manis.
Dia berjalan mendekat pada keduanya, lalu mencium pipi Minji dengan sayang.
Minji langsung tersenyum mendapat perlakuan manis dari putri keduanya itu. Namun tidak dengan Hyein. Gadis yang sebentar lagi akan menjadi murid SMA itu menatap jengah pada keduanya. Bahkan Hyein sama sekali tidak berminat menjawab sapaan dari adik tirinya.
“Sore juga Michie.” balas Minji.
“Ayah, besok jadi kan nonton pertandingan tim basket sekolah aku?” tanya Michie seraya duduk di kursi sebelah Minji.
Tanpa ragu Minji mengangguk mantap. Dan hal itu sukses menarik kembali emosi Hyein yang sempat mereda.
“Papa! Kenapa papa bisa mudah nurutin kemauan Michie? Sedangkan aku? Papa bahkan nggak mau nganter aku ujian! Kenapa, Pa?!”