"Mama papa doakan Archel ya semoga bisa kuat dan tidak dianggap lemah dan maafkan Archel jika melakukan itu dengan cara salah."

Begitulah omongan sosok itu sebelum menghapus air matanya dan memperbaiki penampilan untuk keluar ruangan.

"Tunggu." Ucap Archel dewasa.

Saat mengikuti sosok itu keluar ruangan tiba tiba latar berubah.

Sekarang terlihat Archel dewasa sedang mencambuk kelima ayangnya.

Dia kemudian menyuruh mereka berlima keluar dari ruangannya.

Setelah mereka keluar cukup lama sosok Archel asli terdiam sampai akhirnya dia ambruk duduk di lantai.

Tangannya yang memegang cambuk terlihat gemetar.

"Maaf... maaf sudah mencambuk kalian."

"A-aku takut... aku takut kalian dikirim untuk membunuhku."

"Aku takut kalian akan jahat padaku jadi aku terpaksa melakukan ini agar kalian semua takut padaku."

"Mama papa maaf aku menjadi seorang yang kejam dan seorang pembunuh."

"Aku tidak ada bedanya dengan orang yang membunuh kalian." Archel itu masih berbicara sambil menangis sendirian di kamarnya.

"Aku melakukannya agar mereka tak berani denganku."

"Aku takut dikhianati sama seperti orang itu menghianati papa dan mama."

"Aku ingin bilang bahwa yang mulia akhirnya mengirimku ke perbatasan."

"Aku harap aku bisa mati dan bertemu kalian."

"Meski nantinya aku akan berada di neraka tapi setidaknya aku ingin sebentar saja melihat kalian berdua."

"Archel rindu kalian."

Sosok itu menangis sambil menyembunyikan wajahnya di lutut.

Archel kw sedari tadi hanya melihat.

'Ohhh jadi ini sifat duke yang asli. Pantas saja pas kejadian di istana itu gue mendadak nangis.'

'Aslinya dia rapuh...'

Sesaat kemudian semua menjadi putih.

Terlihat disana Archel asli menghampirinya sambil tersenyum

"Terima kasih dan maaf."

Belum sempat otak kecil si Archel kw memproses kejadian barusan sekarang ditambah dia tidak tahu maksud kalimat itu.

'Hah? Apa nih?'

"Terima kasih dan maaf untuk apa?"

Belum juga dijawab tiba-tiba Archel itu menghilang.

Dunia itu pun kemudian menjadi tidak jelas dan saat itulah Archel terbangun.

Dia bangun di kasurnya dengan sebuah kain di wajahnya.

Di samping tempat tidurnya ada seseorang yang tidur.

Tentu saja Archel mengenalinya.

Dia adalah Xavi.

Archel pun kemudian mengangkat tangannya untuk mengusap rambut itu.

Xavi yang merasakan ada tangan yang mengusap kepalanya pun langsung bangun.

Dia menatap Archel yang sudah membuka mata lalu dengan cepat dia pergi ke luar sambil berteriak.

"Pelayan cepat panggilkan Chris, Archel sudah bangun." Ucap Xavi berteriak.

Mendengar itu pelayan langsung berlari.

I'm A Bottom (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora