Chapter 8 : Keributan Kecil

Mulai dari awal
                                    

"Astaga! Apa kalian semua tak tau siapa diriku? Aku adalah putri Count Lirdens, Remifa Lirdens. Aku juga adalah sahabat dari Nona Liliya Frexiq yang merupakan calon tunangan dari Pangeran Alexander de Lamour. Bagaimana kalian bisa memperlakukan Nona Muda yang terhormat ini dengan sangat lancang?" Gadis tersebut berucap dengan nada sombongnya, tak lupa dagunya ia angkat dengan angkuh.

"Lancang?" Karena keributan kecil ini Marie tidak bisa kembali tidur. Ditambah ia juga sangat geram dengan sikap sombong gadis tersebut. Jadi, secara tak sengaja Marie berucap keras dengan nada bertanya itu.

'Karena sudah begini, mari segera selesaikan.' Batin Marie, kini matanya menatap tajam nan angkuh gadis bernama lengkap Remifa Lirdens tersebut.

"Siapa kau?! Sangat tidak sopan!" Sentak Remifa dengan senyum remehnya. Membuat Marie memaksakan senyumnya dan berusaha agar emosinya tak lepas kendali.

"Marie Kleora Wisley. Putri dari Marquess Wisley, Nona Lirdens." Marie tersenyum dengan dagu terangkat angkuh saat melihat ekspresi terkejut di wajah Remifa.

"Lagipun, Nona. Bukannya dalam peraturan atau tata tertib Venaars Academy yang juga sudah dijelaskan dalam surat undangan maupun brosurnya, tertera bahwa tak ada sistem kasta di dalam lingkungan Venaars Academy. Apakah saya salah baca saat itu?"

Sungguh aura kebangsawanan dari Marie kini sangat terkuar. Ia menegur dengan anggun, bahkan senyumannya terukir indah sarat akan keangkuhan. Kedua matanya menyipit seakan ikut tersenyum seperti bibir manisnya.

"Ti-tidak. Namun, saya adalah putri Count yang terhormat. Bagaimana bisa mereka memperlakukan saya dan menempatkan saya pada tempat yang sama dengan kalangan bawah? Walau tertera tidak boleh ada sistem kasta, tetapi sebagai seorang bangsawan sejati kita harus menjaga lingkungan sekitar kita. Jangan sampai berlian berada di tengah-tengah kerikil." Balas Remifa dengan senyum paksanya. Keringat dingin mulai bermunculan.

Tentu ia takut karena kini yang dilawannya adalah seorang Putri Marquess sedangkan dirinya hanya Putri Count. Dimana kedudukan Marquess lebih tinggi daripada kedudukan Count. Namun, namanya juga seorang bangsawan. Ego dalam balutan harga diri adalah hal yang amat sangat dijunjung tinggi oleh mereka.

Untungnya hal tersebut tak berlaku pada Marie walau dirinya terkadang terlihat ketus pada Leuna. Karena itu pula Marie dapat membalas dengan tenang ucapan Remifa. "Sayangnya, kerikil-kerikil tersebut lebih berharga daripada berlian yang tertolak memasuki gerbang Venaars Academy. Dan kita tak tau, bisa saja kumpulan kerikil tersebut adalah berlian mahal yang tertutupi tanah."

Balasan Marie membungkam telak mulut Nona Lerdins tersebut. Wajahnya memerah, entah karena marah ataupun malu. Sementara Marie masih memasang senyum formalnya, murid lainnya merasa kagum dengan perkataan Marie untuk melawan Remifa.

"Seperti yang kami katakan, selain para murid dengan surai berwarna hijau silahkan kembali ke kamar masing-masing." Ucapan salah satu penjaga tersebut langsung dituruti oleh para murid asrama tersebut.

Kini Remifa hanya bisa diam menuruti. Marie membalikkan badannya berniat melangkah ke arah kamarnya. Akan tetapi, ia memilih menolehkan kepalanya agar dapat menatap wajah merah Remifa tanpa berbalik badan.

Dengan senyum formal terukir Marie berkata, "Ingat, Nona Lerdins. Di atas langit masih ada langit." Tepat setelah itu tanpa ragu Marie melangkah pergi. Meninggalkan Remifa dengan kekesalan yang sudah akan meledak.

Tanpa diduga Remifa tersenyum miring dalam sekilas. 'Marie Kleora Wisley. Aku akan membalasmu.' Begitulah batinnya dengan amarah menggebu.

●●●

Hawa dingin membangunkan seorang gadis yang tak lain adalah Leuna. Dengan malas Leuna memposisikan tubuhnya untuk duduk dengan mata yang masih setia tertutup. Ditariknya selimut untuk dijadikan jubah penutup tubuhnya yang hanya memakai piyama tidur tipis.

"Hoaahmm. Gara-gara keributan kecil malam tadi jadi tidurku terganggu nih. Mana masih mengantuk lagi." Gumam Leuna pelan sembari melangkah ke arah jendela dan membukanya.

Membiarkan udara pagi yang dingin tetapi juga sejuk menerpa wajah manisnya. Kedua matanya terbuka perlahan, memandang ke arah mentari yang masih malu-malu menampakkan sinar benderangnya.

"Yah, Selamat pagi dunia! Pagi ini adalah pagi pertamaku di Venaars Academy!" Ujar Leuna dengan senyuman manisnya. Kepalanya menengok ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul setengah 5 pagi.

Dengan segera Leuna melepaskan selimut yang menutupinya tadi dan pergi mandi, tentu setelah memilih pakaian casual apa yang akan dipakainya untuk kelas materi pertamanya.

Hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk Leuna benar-benar siap. Ia tentu tak berendam dahulu karena mempunyai rencana untuk menjelajah Venaars Academy seorang diri sebelum memasuki kelasnya nanti.

Sweater sedikit tebal berwarna ungu muda dipadukan bersama celana yang tak terlalu ketat berwarna hitam, tak lupa sepatu bertali sewarna dengan sweaternya juga hiasan jam tangan hitam melingkar di pergelangan tangan kirinya. Surai panjangnya ia kepang jadi satu dan disampirkan ke bahu kanannya dengan tambahan sebuah kaca mata bulat yang membuatnya terlihat seperti kutu buku.

Sebenarnya Leuna tak mempunyai masalah pada matanya, kacamata itu juga hanya kacamata hiasan. Tak ada niat apapun, seperti ingin jadi nerd atau lainnya. Ia hanya ingin saja memakai kacamatanya, apa tak boleh?

Untuk jubah, tak ia pakai karena memang jubah tersebut dipakai disaat tertentu saja. Sebagai gantinya, para murid diberikan sebuah kalung dengan liontin berwarna sesuai tingkatnya juga berbentuk hewan yang menjadi lambang asrama.

"Nah, mari kita pergi!" Seru Leuna dengan semangat. Tangannya menyambar dua buah buku juga satu bolpoin, satu buku berupa novel dan satu buku lagi berupa buku catatan yang pasti dibawanya kemana saja.

Keluar kamar dan tak lupa menguncinya, kuncinya kemudian dimasukkan ke dalam saku celana. Dengan pelan Leuna melangkah menuruni tangga. Asrama masih terlihat sepi, tak ada satu orang pun yang ditemuinya. Dan memang ini lah yang diinginkan Leuna.

Ternyata tak hanya asrama saja yang masih sepi. Di lingkungan Venaars Academy ini juga masih sepi, karena itu Leuna yang saat ini berada di taman dekat bangunan utama Venaars Academy memilih duduk di salah satu bangku bawah pohon oak.

"Udaranya segar sekali hehe, suasananya juga tenang. Mari kita mulai sesi membacanya." Ditemani dengan keheningan yang menyejukkan, Leuna membuka buku novel yang dibawanya tadi dan mulai membaca dengan tenang.

Tanpa tau jika ada sepasang mata yang mengamatinya sejak memasuki area taman tadi. Sepasang mata sewarna langit di sore hari itu mengamati Leuna dari balik dedaunan pohon oak.

TBC.
~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~

Note :
Hai? Hehe, maaf banget Sya lama enggak up. Yah, karena ada lah satu dan lain hal yang enggak bisa Sya sampaikan. But, akhirnya Sya comeback karena tahu ada yang menunggu cerita Sya satu ini.

Berhubung hari ini Sya lagi senang banget jadi up lah. Plus karena ada ide juga hehe. Makasih banget buat kalian yang udah mau menunggu Sya update hehe.

Maaf banget kalau ada typo ya... Ini enggak Sya revisi lagi karena takutnya kemaleman hehe. Maaf juga ada beberapa komentar yang belum Sya jawab. Setelah ini langsung Sya jawab deh.

Jangan lupa buat selalu tinggalin jejak kalian ya! Baik itu mau vote ataupun komenan kalian yang bikin mood Sya naik hehe.

❤️❤️❤️Buat kalian yang udah mau mampir baca cerita Sya dan tinggalin jejaknya! See U!

31 Juli 2023

Leuna {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang